NASA Ungkap Planet Merkurius Dilapisi Berlian Setebal 16 Kilometer, Sayang Tak Bisa Ditambang
Merkurius adalah planet terkecil di tata surya dan terdekat dengan matahari.
Baru-baru ini, Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) mengungkap planet Merkurius memiliki lapisan berlian setebal 10 mil atau sekitar 16 kilometer. Merkurius adalah planet terkecil di tata surya dan terdekat dengan matahari.
Menggunakan data dari pesawat luar angkasa Messenger NASA, para ilmuwan mengatakan Merkurius memiliki banyak kualitas yang tidak ditemukan di planet lainnya. Hal ini termasuk permukaannya yang sangat gelap, inti yang sangat padat, dan berakhirnya era vulkanik Merkurius secara prematur.
-
Dimana Merkurius berada di tata surya? Merkurius merupakan planet terkecil yang paling dekat Matahari, dengan jarak rata-rata 36 juta mil (58 juta km).
-
Apa yang membuat Merkurius berkilauan? Badan antariksa NASA dalam akun instagramnya baru-baru ini berbagi foto planet Merkurius yang berwarna kecoklatan dan biru yang memantulkan cahaya bling-bling seperti berlian.
-
Apa yang membuat Planet Merkurius unik? Merkurius adalah planet terkecil yang berada di Tata Surya. Radius rata-ratanya hanyalah 2.440 km, sekitar 1/3 ukuran bumi. Planet ini merupakan yang paling dekat ke Matahari.
-
Apa ciri khas Merkurius yang membuatnya berbeda dari planet lain? Dengan jarak hanya sekitar 58 juta kilometer dari matahari, Merkurius menampilkan ciri-ciri yang membedakannya dengan planet-planet lainnya.
-
Apa yang terjadi pada Merkurius di masa lalu? 'Merkurius yang kita lihat saat ini mungkin tidak lebih dari inti planet yang sebelumnya pernah ada di sana,' ucap Nicola Mari, ahli geologi planet dari Universitas Pavia, Italia, yang tergabung dalam proyek BepiColombo. Misi ini merupakan misi kolaborasi dari Badan Antariksa Eropa (ESA) dan Badan Penjelajah Antariksa Jepang (JAXA) untuk pergi ke Merkurius.
-
Bagaimana Merkurius bertabrakan dengan planet lain? Pada suatu masa, Merkurius diduga bertabrakan dengan benda planet lain sehingga ia berputar ke arah Matahari. Tabrakan itu dapat melontarkan kerak, sehingga menjadi tipis, dan sebagian besar mantel Merkurius.
Messenger diluncurkan pada Agustus 2024 dan menjadi pesawat luar angkasa pertama yang mengorbit Merkurius.
Ilmuwan juga menemukan bercak grafit, sejenis (atau “alotrop”) karbon di permukaan planet terdalam tata surya. Tambalan ini membuat para ilmuwan berpendapat bahwa pada awal sejarah Merkurius, planet kecil ini memiliki lautan magma yang kaya karbon. Lautan ini akan mengapung ke permukaan, menciptakan bercak grafit dan warna gelap pada permukaan Merkurius.
Proses yang sama juga menyebabkan terbentuknya mantel kaya karbon di bawah permukaan. Tim di balik temuan ini berpendapat, mantel ini bukanlah graphene, seperti dugaan sebelumnya, namun terdiri dari alotrop karbon lain yang jauh lebih berharga: berlian.
“Kami menghitungnya, berdasarkan perkiraan tekanan baru pada batas inti mantel, dan mengetahui bahwa Merkurius adalah planet yang kaya karbon, mineral pembawa karbon yang akan terbentuk pada antarmuka antara mantel dan inti adalah berlian dan bukan grafit,” jelas anggota tim Olivier Namur, seorang profesor di KU Leuven kepada Space.com.
Kristalisasi Inti Logam
Studi baru ini juga berkaitan dengan kejutan besar yang terjadi beberapa tahun lalu ketika para ilmuwan mengevaluasi kembali distribusi massa di Merkurius, dan menemukan mantel planet kecil ini lebih tebal dari perkiraan sebelumnya.
“Kami secara langsung berpikir hal ini pasti mempunyai implikasi besar terhadap spesiasi (distribusi unsur atau alotrop di antara spesies kimia dalam suatu sistem) karbon, berlian vs grafit, di Merkurius,” jelas Namur.
“Kami yakin berlian bisa terbentuk melalui dua proses. Yang pertama adalah kristalisasi lautan magma, namun proses ini kemungkinan besar berkontribusi pada pembentukan hanya lapisan berlian yang sangat tipis di antarmuka inti/mantel,” jelas Namur.
“Kedua, dan yang terpenting, kristalisasi inti logam Merkurius.”
Tak Bisa Ditambang
Namur mengatakan ketika Merkurius terbentuk sekitar 4,5 miliar tahun lalu, inti planet ini sepenuhnya cair dan semakin mengkristal seiring berjalannya waktu. Sifat sebenarnya dari fase padat yang terbentuk di inti bagian dalam saat ini belum diketahui secara pasti, namun tim meyakini fase-fase ini pastilah memiliki kandungan karbon yang rendah.
“Inti cair sebelum kristalisasi mengandung sejumlah karbon; Oleh karena itu, kristalisasi mengarah pada pengayaan karbon pada sisa lelehan,” lanjutnya.
“Pada titik tertentu, ambang batas kelarutan tercapai, yang berarti cairan tidak dapat melarutkan lebih banyak karbon, dan berlian terbentuk.”
Menambang berlian ini tidak mungkin dilakukan. Suhu ekstrim di Merkurius dan kedalaman berlian, sekitar 485 km di bawah permukaan, membuat ekstraksi menjadi tidak praktis. Namun, berlian ini mungkin memainkan peran penting dalam medan magnet Merkurius.