Perempuan Afrika Selatan Ciptakan Alat Anti-Pemerkosaan, Begini Bentuk dan Cara Penggunaannya
Alat ini bisa membuat pelaku merasakan kesakitan luar biasa.
Alat ini bisa membuat pelaku merasakan kesakitan luar biasa.
-
Siapa yang mengembangkan alat ini? 'Kami bekerja selama bertahun-tahun dalam bidang fisika di balik proses desalinasi, namun mewujudkan semua kemajuan tersebut, membangun sistem, dan mendemonstrasikannya di laut…adalah pengalaman yang sangat berarti dan bermanfaat bagi saya,' kata penulis senior Jongyoon Han, seorang profesor teknik elektro dan ilmu komputer dan teknik biologi, dan anggota Laboratorium Penelitian Elektronika (RLE).
-
Siapa yang menciptakan alat ini? Alat penyiksaan banteng perunggu tersebut dibuat oleh pematung yang dipekerjakan Phalaris, yaitu Perilaus.
-
Mengapa alat ini diciptakan? Tujuan dari dibuatnya teknologi ini ialah ingin lebih banyak mendapatkan mimpi yang sadar di mana penggunanya sadar bahwa ia sedang bermimpi.
-
Siapa pelaku pemerkosaan? 'Kejadian ini berawal dari kejadian longsor di daerah Padalarang Bandung Barat. Kebetulan keluarga korban ini rumahnya terdampak sehingga mereka mengungsi ke kerabatnya (AR) untuk sementara,' ucap Kapolres Cimahi, AKBP Tri Suhartanto, Selasa (3/9).
-
Apa yang diciptakan oleh para peneliti? Mereka menggunakan model muskuloskeletal – yang dikendalikan oleh metode kontrol refleks yang mencerminkan sistem saraf manusia.
-
Apa yang dilakukan perempuan dengan AI? Malas dapat 'berbicara' dengan ibunya melalui chatbot ini, yang memberikan tanggapan yang diperkirakan akan diberikan oleh ibunya.
Perempuan Afrika Selatan Ciptakan Alat Anti-Pemerkosaan, Begini Bentuk dan Cara Penggunaannya
Seorang perempuan asal Afrika Selatan menciptakan alat anti-pemerkosaan yang disebut Rapex, yang dapat menyebabkan rasa sakit luar biasa bagi penyerang.
Beberapa orang mengaku terkejut setelah mengetahui alat anti-pemerkosaan itu dan bagaimana alat tersebut akan digunakan.
Alat anti-pemerkosaan ini bukanlah penemuan baru, sebelumnya sudah ada sabuk kesucian yang memiliki fungsi yang sama, yaitu mencegah para pemangsa wanita.
Sumber: UNILAD
Rapex diketahui dapat menimbulkan rasa sakit yang menyiksa karena duri yang ada dalam alat tersebut. Jika perempuan memakai alat ini, pria yang berusaha memperkosanya akan tertusuk.
Alat ini tidak bisa dilepas tanpa bantuan medis. Hal ini telah menarik perhatian beberapa pengguna media sosial.
Rapex, yang kemudian berganti nama menjadi Rape-aXe, dirancang seperti kondom wanita dan penggunaanya dimasukkan ke dalam alat vital wanita.
Alat ini diciptakan oleh Sonette Ehlers, yang bekerja sebagai teknisi darah di Layanan Transfusi Darah Afrika Selatan.
Ehlers mengatakan terinspirasi menciptakan alat tersebut karena sering mendengar cerita dari korban pemerkosaan selama bekerja dan seorang pasien yang memiliki riwayat yang sama, berharap dia memiliki gigi di kemaluannya untuk mencegah penyerangan.
Desain Ehlers adalah selubung lateks yang disematkan dengan batang duri yang tajam dan menghadap ke dalam. Jika penyerang mencoba melakukan pemerkosaan, maka alat vital mereka akan masuk ke dalam selubung lateks dan tersangkut di duri-duri tersebut. Hal ini akan menyebabkan rasa sakit yang luar biasa bagi si penyerang.
Selain itu, alat tersebut akan tetap melekat pada pria, sehingga ia membutuhkan perawatan medis untuk melepasnya. Dengan cara ini, pada dasarnya ia memberi tahu polisi dan petugas medis tentang upaya pemerkosaan.
Seperti kondom pada umumnya, alat ini juga dapat mencegah kehamilan dan penularan penyakit menular seksual.
Setelah melihat gambar-gambar kondom Rape-aXe di Reddit, banyak yang berkomentar bahwa ini merupakan ide yang bagus, namun banyak yang memiliki kekhawatiran dan pertanyaan.
"Saya menyukai ide alat ini membuat alat vital penyerang robek, mereka pantas mendapatkannya dan lebih buruk lagi. Meskipun begitu, saya khawatir hal ini akan membuat pemerkosa kesal sampai-sampai mengubah pemerkosaan menjadi pembunuhan.”
"Saya pikir masalahnya adalah pemerkosa mungkin akan membalas atau bahkan membunuh korban," tambah yang lain.
"Ini sebenarnya bukan ide yang bagus seperti yang terlihat pada pandangan pertama, oleh karena itu ini masih berupa prototipe. Kekhawatiran utamanya adalah bahwa hal ini akan membuat penyerang marah dan menempatkan korban dalam bahaya yang lebih besar.”
Setelah mengungkapkan prototipe alat ini pada tahun 2005 di Afrika Selatan, Ehler juga membahas beberapa kekhawatiran. Dia mengatakan, meskipun tidak ada yang bisa menjamin hasil dari pemerkosaan, alat ini dirancang untuk menimbulkan rasa sakit untuk memberi korban kesempatan untuk melawan atau melarikan diri.
Meskipun banyak yang setuju agar alat ini tersedia, namun sampai saat ini Rapex belum pernah dijual ke publik dan belum ada kepastian apakah alat ini akan dipasarkan.