Putin Mengaku Siap Dialog dengan Trump untuk Akhiri Konflik di Ukraina
Donald Trump akan mulai menjabat sebagai presiden Amerika Serikat pada tanggal 20 Januari 2025.
Pada Kamis, 19 Desember 2024, Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan kesiapannya untuk melakukan kompromi terkait Ukraina dengan presiden terpilih Amerika Serikat (AS), Donald Trump, demi mengakhiri konflik yang berkepanjangan. Trump, yang dikenal sebagai seorang negosiator ulung dan penulis buku "The Art of the Deal", telah berjanji untuk segera menyelesaikan masalah ini, meskipun ia belum memberikan penjelasan rinci mengenai langkah-langkah yang akan diambilnya.
Dalam konferensi pers tahunan yang diadakan pada hari yang sama, Putin menjawab pertanyaan dari seorang reporter saluran berita AS dan mengungkapkan bahwa ia bersedia untuk bertemu dengan Trump, yang menurutnya sudah lama tidak berkomunikasi. Ketika ditanya mengenai tawaran yang bisa disampaikan kepada Trump, Putin menolak anggapan bahwa Rusia berada dalam posisi yang lemah. Dia menegaskan bahwa Rusia telah menjadi lebih kuat sejak dimulainya perang pada tahun 2022. "Kami selalu mengungkapkan kami siap untuk bernegosiasi dan berkompromi," ungkap Putin, seperti yang dilaporkan oleh CNA pada Jumat, 20 Desember.
Putin juga menambahkan bahwa pasukan Rusia sedang bergerak maju di berbagai lini dan mendekati pencapaian tujuan utama mereka di Ukraina. Dia menegaskan, "Saya rasa, orang Ukraina yang masih ingin berperang akan segera 'habis'. Kami siap, tetapi pihak lain juga perlu siap untuk bernegosiasi dan berkompromi." Menurut laporan Reuters bulan lalu, Putin menunjukkan keterbukaannya untuk membahas gencatan senjata dengan Trump, namun ia menekankan bahwa Rusia tidak akan menyerahkan wilayahnya dan meminta Ukraina untuk menghentikan keinginannya bergabung dengan NATO.
Pada hari yang sama, Putin menyatakan bahwa Rusia tidak memiliki syarat untuk memulai pembicaraan dengan Ukraina dan siap untuk bernegosiasi dengan siapa saja, termasuk Presiden Volodymyr Zelenskyy. Namun, ia menegaskan bahwa setiap kesepakatan hanya dapat dilakukan dengan pemerintah Ukraina yang sah, yang saat ini diwakili oleh parlemen Ukraina. Zelenskyy, yang masa jabatannya telah berakhir tetapi menunda pemilihan karena perang, perlu terpilih kembali agar diakui oleh Rusia sebagai penandatangan kesepakatan.
Putin juga menolak gagasan tentang gencatan senjata sementara dengan Ukraina, menekankan bahwa hanya perdamaian yang langgeng yang dapat diterimanya. Ia berpendapat bahwa setiap pembicaraan harus dimulai dengan kesepakatan awal yang telah dibahas oleh negosiator Rusia dan Ukraina di Istanbul pada awal perang, meskipun kesepakatan tersebut tidak pernah terlaksana. Beberapa politisi Ukraina memandang draf kesepakatan itu sebagai bentuk penyerahan yang akan melemahkan posisi militer dan politik Ukraina.
Ukraina pasti akan dikeluarkan dari Kursk
Invasi yang dilakukan Rusia terhadap Ukraina pada tahun 2022 telah menyebabkan banyak korban jiwa, dengan puluhan ribu orang tewas dan jutaan lainnya terpaksa mengungsi. Konflik ini juga memicu krisis yang paling serius dalam hubungan antara Rusia dan negara-negara Barat sejak terjadinya Krisis Rudal Kuba pada tahun 1962. Rusia menganggap bahwa pertempuran ini adalah operasi militer khusus untuk menghentikan perluasan NATO ke arah timur. Saat ini, Rusia telah menguasai sekitar 20% wilayah Ukraina dan berhasil merebut ribuan kilometer persegi tanah pada tahun ini.
Dengan tujuan untuk mengintegrasikan empat wilayah Ukraina ke dalam Rusia, pasukan Rusia terus merebut desa-desa di bagian timur Ukraina. Mereka kini mengancam kota-kota strategis seperti Pokrovsk, yang merupakan titik transportasi penting bagi Ukraina. Putin menyatakan bahwa pertempuran ini sangat kompleks, sehingga "sulit dan tidak ada gunanya untuk menebak apa yang akan terjadi... (tapi) kami terus bergerak ... menuju penyelesaian tugas utama kami, yang telah kami tetapkan di awal operasi militer khusus ini." Ketika ditanya tentang keberadaan pasukan Ukraina di wilayah Kursk, Rusia, Putin menegaskan bahwa pasukan Ukraina pasti akan terpaksa keluar dari wilayah tersebut.
Putin menyatakan bahwa Rusia seharusnya melakukan invasi ke Ukraina lebih awal
Perang yang sedang berlangsung ini telah berdampak signifikan terhadap perekonomian Rusia. Putin mengungkapkan bahwa ekonomi negara tersebut menunjukkan gejala ketegangan yang berujung pada inflasi yang sangat tinggi. Meskipun demikian, dia menegaskan bahwa pertumbuhan ekonomi Rusia masih lebih baik dibandingkan banyak negara lainnya, termasuk Inggris. Ketika ditanya apakah ada langkah yang seharusnya diambilnya secara berbeda, Putin menyatakan bahwa seharusnya dia mengirimkan pasukan ke Ukraina lebih awal dari tahun 2022 dan bahwa Rusia seharusnya lebih siap dalam menghadapi konflik ini.
Dalam sebuah wawancara dengan reporter BBC, ketika ditanya apakah dia telah menjaga Rusia, sesuatu yang pernah diminta oleh Boris Yeltsin sebelum menyerahkan kursi kepresidenan pada akhir tahun 1999, Putin menjawab bahwa dia telah melakukannya. "Kami telah mundur dari tepi jurang," kata Putin. "Saya sudah melakukan segala yang saya bisa untuk memastikan Rusia tetap menjadi negara yang independen dan berdaulat." Pada kesempatan yang sama, Putin juga memberikan pujian terhadap rudal hipersonik Oreshnik yang dia klaim tidak dapat dihancurkan. Dia menyatakan siap untuk meluncurkannya kembali ke Ukraina untuk menguji kemampuan sistem pertahanan udara Barat dalam menanganinya.
Di Brussels, Presiden Ukraina, Zelenskyy, memberikan tanggapan terhadap pernyataan Putin mengenai rudal tersebut. Dia mempertanyakan kewarasan Putin dengan mengatakan, "Apakah menurut Anda dia orang yang waras?" Ini menunjukkan ketidakpercayaan Zelenskyy terhadap klaim dan tindakan yang diambil oleh Putin dalam konteks konflik yang sedang berlangsung.