Sudah dua bulan krisis Rohingya, Suu Kyi baru melawat ke Rakhine
Merdeka.com - Penasihat Negara Myanmar, Aung San Suu Kyi, hari ini buat pertama kalinya melawat ke bagian utara Negara Bagian Rakhine. Dia baru mengunjungi wilayah itu setelah dua bulan lebih konflik sektarian antara etnis minoritas muslim Rohingya dan militer serta warga mayoritas Buddha di Myanmar meletup, pada 25 Agustus lalu.
Dilansir dari laman Associated Press, Kamis (2/11), Suu Kyi tiba di Ibu Kota Sittwe, Negara Bagian Rakhine, pagi hari dan langsung menuju ke daerah sebelah utara di mana sebelumnya terdapat banyak perkampungan Rohingya. Saat kampanye dua tahun lalu, dia sudah pernah mengunjungi negara bagian itu tetapi cuma di bagian selatan yang dianggap tidak terlalu bergejolak.
"Penasihat negara sudah datang, tetapi langsung menuju daerah Maungdaw di sebelah utara Rakhine," kata Wakil Gubernur Rakhine, Tin Maung Swe.
-
Dimana Rohingya dijemput? Andi menjelaskan, warga Aceh ini menjemput pengungsi Rohingya di sekitar perairan laut Sabang.
-
Dimana Rohingya tinggal? Etnis Rohingya adalah kelompok etnis minoritas Muslim yang mayoritas tinggal di negara bagian Rakhine di Myanmar.
-
Dimana Rohingya ditemukan? Mereka terlantar di jalan protokol yakni di pinggir Jalan Sudirman, Kota Pekanbaru.
-
Bagaimana Rohingya dibawa ke Sumatra? 'Selanjutnya diangkut pakai truk menuju Tanjung Balai Sumatra Utara. Dari Tanjung Balai pengungsi ini akan diseberangkan ke Tanjung Selangor, Malaysia,' jelasnya.
-
Kenapa Rohingya diantar ke kantor Gubernur? Sebelumya, warga berniat menurunkan pengungsi Rohingya ini di Kantor Imigrasi Banda Aceh. Namun karena kantor tersebut sedang dalam renovasi dan tak ada satupun orang, warga akhirnya membawa pengungsi ke kantor gubernur.
-
Siapa yang mengantar Rohingya ke kantor Gubernur? 'Warga berbondong-bondong membawa kemari. Ini pengungsi yang [berlabuh] di Krueng Raya tadi pagi,' kata Yusuf.
Juru Bicara Suu Kyi, Zaw Htay, enggan membeberkan rencana perjalanan mereka dengan alasan demi keamanan. Namun, dia mengatakan Suu Kyi berjanji proses pemulangan orang Rohingya sedang berjalan.
Kemarin dikabarkan kalau rencana pemulangan (repatriasi) etnis minoritas muslim Rohingya mendadak mandek. Pemerintah Myanmar dan Bangladesh justru saling menyalahkan tentang mengapa rencana repatriasi terlunta-lunta.
Myanmar menuding Bangladesh sengaja mengulur waktu buat menunggu sampai uang bantuan berjumlah miliaran dollar dari sejumlah lembaga bantuan dunia cair, baru kemudian mengirim kembali orang Rohingya ke kampung halamannya.
Tudingan itu disampaikan oleh Zaw Htay. Dia mengatakan pemerintah Myanmar sudah bersiap memulai proses pemulangan orang Rohingya kapanpun, berdasarkan kesepakatan yang juga dibuat di masa lalu, yakni pada awal 1990-an. Namun, lanjut dia, Bangladesh masih maju mundur dalam rencana repatriasi.
"Kami sudah siap, tetapi di sisi lain kesepakatan kami ajukan belum diterima, dan akhirnya mandek," kata Zaw Htay kemarin.
Padahal nota kesepahaman tentang pos perbatasan antara kedua negara sudah diteken. Menteri Dalam Negeri Bangladesh, Asaduzzaman Khan, meneken langsung kesepakatan itu di Ibu Kota Naypyitaw, Myanmar, pekan lalu. Namun, sampai saat ini tanda-tanda proses pemulangan orang Rohingya belum terlihat.
Menurut Htay, uang bantuan sebesar USD 400 juta sudah berada di tangan Bangladesh. Kabarnya duit itu bakal dipakai buat membangun kamp pengungsian lebih besar bagi orang Rohingya.
"Uang bantuan sudah di tangan mereka. Kami khawatir kalau mereka punya niat lain di samping repatriasi," ujar Htay.
Pemerintah Myanmar, menurut Htay, hanya akan menerima orang Rohingya yang diakui hidup di negara itu. Dia mengatakan masih menunggu daftar pengungsi Rohingya dari Bangladesh.
Pemerintah Bangladesh pun buru-buru membantah tudingan Myanmar. Mereka menyatakan proses pemulangan orang Rohingya mandek gara-gara Myanmar menolak sepuluh poin dalam kesepakatan itu. Termasuk enggan melaksanakan rekomendasi Komisi Penasihat Negara Bagian Rakhine dipimpin oleh mantan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa, Kofi Annan. Kofi Annan meminta pemerintah Myanmar memastikan keamanan, kesejahteraan, dan mengakui orang Rohingya jika dipulangkan.
Khan mengatakan kalau saat ini pemerintah Bangladesh dan Myanmar belum bisa membentuk satuan tugas terpadu repatriasi Rohingya. Menurut dia, hal itu bakal dibicarakan lagi saat Menteri Luar Negeri Bangladesh, Abul Hassan Mahmood Ali, melawat ke Myanmar pada akhir November mendatang. (mdk/ary)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Menurut Kapolri sejumlah warga Rohingya yang mengungsi sudah adanya kesepakatan sebelumnya.
Baca SelengkapnyaBelum diketahui di mana para pengungsi ini akan ditampung.
Baca SelengkapnyaViral Pengungsi Rohingya di Aceh 'Ngelunjak', Menko Muhadjir Ngaku Belum Terima Laporan
Baca SelengkapnyaRatusan pengungsi Rohingya kembali tiba di Aceh. Hingga Minggu pagi, para pengungsi ini masih berkumpul di pinggir pantai, setelah turun dari sebuah kapal kayu.
Baca SelengkapnyaDiketahui jumlah imigran Rohingya yang tiba di Aceh, telah melebihi 800 orang.
Baca SelengkapnyaKapal yang mengangkut pengungsi berlabuh di desa tetangga. Mereka kemudian berjalan kaki 2km.
Baca SelengkapnyaAceh menjadi wilayah yang kerap disinggahi pengungsi Rohingya. Mereka datang dengan kapal secara ilegal.
Baca SelengkapnyaPengungsi Rohingya kembali terdampar di wilayah Pidie, Aceh, Rabu (15/11). Sehari sebelumnya 196 orang yang terdampar, kali ini jumlahnya 146 orang.
Baca SelengkapnyaPemerintah Indonesia adalah negosiasi dengan pemerintah Myanmar soal pengungsi Rohingya.
Baca SelengkapnyaJumlah minoritas Muslim Myanmar yang tiba di Aceh mengalami peningkatan.
Baca SelengkapnyaIza Fadri membagikan kisahnya saat ditunjuk menjadi Dubes Indonesia untuk Myanmar, dan ditugaskan menangani konflik Rohingya.
Baca SelengkapnyaNelayan Aceh melakukan penyelamatan puluhan warga Rohingya setelah air pasang membalikkan kapal mereka saat cuaca buruk.
Baca Selengkapnya