Air suci Madakaripura juga dipakai dalam upacara Yadya Kasada Bromo
Merdeka.com - Air Terjun Madakaripura dibuka pada tahun 1986, setelah dua bule (pria dan wanita) datang ke air terjun tersebut bersama anjing peliharaan mereka. Penasaran dengan apa yang mereka lakukan, warga setempat pun bertanya kepada dua bule itu tentang apa yang sebetulnya mereka cari.
Dua bule itu mengatakan bahwa ada air terjun indah di lokasi tersebut, yang sudah sejak lama diketahui warga sekitar sebagai grojokan. Informasi itu kemudian sampai ke telinga pemerintah Kabupaten Probolinggo dan Air Terjun Madakaripura lantas dibangun sebagai salah satu obyek wisata di Kabupaten Probolinggo.
Menurut pengakuan Pak Suhardi, salah satu warga yang tinggal di sekitar Air Terjun Madakaripura, situs tersebut dianggap suci oleh masyarakat Tengger yang menghuni kawasan Bromo. Oleh karena itu, dalam melaksanakan prosesi mendak tirta (mengambil air suci), yang menjadi prosesi awal dari upacara Yadnya Kasada, masyarakat Tengger juga mengambil air di situs peninggalan Gajah Mada ini.
-
Dimana letak air terjun tersebut? Air terjun itu berada di Gunung Lushan.
-
Dimana letak air terjun ini? Letaknya berada di Desa Sarimarrihit, sekitar 15 km dari pusat Kabupaten Samosir.
-
Apa yang menarik dari Air Terjun Kakek Bodo? Tak hanya pemandangannya yang indah, air terjun ini punya kisah menarik.
-
Apa yang menarik dari air terjun ini? Daya tarik utama dari tempat wisata ini pastinya air terjunnya yang indah dan memanjakan mata. Semburan air itu mengalir dari ketinggian 7-12 meter dengan debit air yang cukup besar. Derasnya debit air itu menjadi daya tarik wisatawan untuk mengunjungi tempat ini.
-
Kenapa Air Terjun Kakek Bodo menarik dikunjungi? Terletak di lereng Gunung Welirang, Air Terjun Kakek Bodo menawarkan pemandangan alam yang spektakuler dan udara yang segar.
-
Apa yang unik dari air terjun ini? Berbeda dari air terjun pada umumnya, Air Terjun Roro Kuning merambat pada bebatuan.
Selain Air Terjun Madakaripura, ada beberapa sumber air lain yang menjadi tempat dilakukannya mendak tirta, yakni sumber air di Gunung Widodaren dan sumber air di sekitar Pura Senduro Lumajang. Air tersebut kemudian dibawa sebagai kelengkapan untuk menggelar upacara Yadnya Kasada di Pura Luhur Poten, yang berada di kaki Gunung Bromo.
Upacara Yadnya Kasada digelar pada hari-14 bulan Kasada menurut penanggalan Jawa. Sebagai wujud rasa syukur kepada Sang Hyang Widhi dan para leluhur mereka (Joko Seger dan Roro Anteng), selama upacara berlangsung, masyarakat Tengger akan membuang uang, hewan ternak, sayuran, buah-buahan, dan sesajen ke kawah Gunung Bromo.
(mdk/des)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kawasan wisata Bromo ditutup untuk wisatawan mulai 21-24 Juni 2024.
Baca SelengkapnyaSetiap hari, sumber air keramat ini selalu ramai pengunjung.
Baca SelengkapnyaTak hanya terkenal dengan mata airnya, Tuk Budoyo nyatanya kini telah menjadi cagar budaya.
Baca SelengkapnyaKeberadaan Telaga Buret membuat sejumlah desa di Tulungagung tak pernah alami kekeringan.
Baca SelengkapnyaSetiap tahunnya, mereka melaksanakan tradisi untuk melestarikan tujuh sumber air di desa mereka
Baca SelengkapnyaTak sekedar nguri-uri kebudayaan, tradisi ini juga jadi salah satu cara orang Sunda dalam menjaga mata air sebagai sumber kehidupan warga.
Baca SelengkapnyaTelaga ini juga dijuluki "gentongnya" Karanganyar mengingat peran vital akan keberadaannya
Baca SelengkapnyaDanau-danau ini menjadi sumber kehidupan bagi manusia dan makhluk lain di wilayah setempat
Baca SelengkapnyaDaerah-daerah terluar kerajaan ini punya ciri khusus yang unik
Baca SelengkapnyaBagi masyarakat Jawa, malam pergantian tahun baru ini merupakan ajang perenungan diri.
Baca SelengkapnyaUpacara Melasti di Pantai Parangtritis berhasil mendongkrak kunjungan wisatawan
Baca SelengkapnyaTempat yang diyakini sebagai lokasi moksa Raja Kediri ini sering dikunjungi peziarah.
Baca Selengkapnya