Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Di Mana D.N Aidit dan Pentolan PKI saat Malam Gerakan 30 September 1965 Terjadi?

Di Mana D.N Aidit dan Pentolan PKI saat Malam Gerakan 30 September 1965 Terjadi? Aidit dan Njoto pada rapat PKI tahun 1950. Njoto Peniup Saksofon di Tengah Prahara©2022 Merdeka.com

Merdeka.com - Malam mencekam 30 September 1965. Tidak ada yang menduga bakal menjadi sejarah paling kelam dalam perjalanan bangsa ini. Enam jenderal dan satu perwira Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) gugur dalam peristiwa yang diawali dengan adanya isu kudeta oleh dewan jenderal.

Selama bertahun-tahun, Partai Komunis Indonesia yang dipimpin D.N Aidit dicap sebagai dalang dari peristiwa tersebut. Benarkah demikian? Di manakah Aidit dan para pentolan PKI saat peristiwa berdarah itu terjadi?

Peter Kasenda menjelaskan dalam bukunya yang berjudul Kematian D.N. Aidit dan Kehancuran PKI. Hari itu Kamis Kliwon, 30 September 1965. Jarum jam tepat menunjukkan pukul 21.30 WIB. Aidit tengah asyik berbincang serius dengan bekas Hardoyo. Dia adalah Ketua CGMI yang tak lain onderbouw PKI.

Wajah keduanya menegang. Namun beberapa kali mereka harus menghentikan percakapan karena anak Aidit, yakni Ilham Aidit mondar-mandir di ruang tamu. Beberapa saat kemudian, Hardoyo pamit. Aidit mengantar tamunya tersebut ke teras. Selepas itu, Aidit berbalik dan masuk ke rumah dan mengunci pintu depan serta meminta anaknya untuk segera tidur.

"Ham, larut malam begini kamu belum juga tidur," ujar Aidit sembari menarik tangan anaknya dan menggandengnya ke kamar tidur.

Biasanya bila tidak ada tamu, Aidit berganti baju dan masuk ke ruangannya. Dia menghabiskan waktu dengan membaca atau menulis sampai pagi. Sambil mendengarkan musik-musik klasik.

Namun malam itu, kediaman Aidit disambangi sebuah mobil Jeep dengan dua orang berseragam militer. Mereka ingin menjemput Aidit. Sang istri menyambut di depan pintu rumah. Dengan nada tinggi istri Aidit yakni dr. Soetanti membentak kedua orang tersebut.

"Ini sudah malam!""Maaf, tapi ini darurat. Kami harus pergi segera!" jawab tamu tidak diundang tersebut."Sebentar akan saya panggilkan!" Soetanti menjawab dengan nada kesal sembariberjalan ke arah ruangan kerja suaminya.

Aidit menemui tamu itu. "Segeralah bersiap Bung, waktu kita terbatas!" kata mereka.

Aidit kembali ke kamar tidur sembari memasukkan beberapa pakaian dan buku ke dalam tasnya. Dia sempat terlihat ragu. Apalagi istrinya beberapa kali melarangnya pergi. Namun, itu tidak mencegah kepergian Aidit. Malam itu terakhir kali keluarga melihat Aidit. Sejak saat itu, mereka menganggap Aidit hilang. Karena mereka kehilangan kontak.

Lantas ke mana Aidit pergi?

pusat komando operasi halim perdanakusumaBuku Kematian D.N Aidit dan Kehancuran PKI©2022 Merdeka.com

Ke Mana Aidit Pergi?

Mayor Soejono memberikan keterangan di Mahmilub. Dia adalah orang berseragam militer yang menjemput Aidit di rumahnya dan membawa Aidit menemui Kepala BC PKI Syam Kamaruzaman di Jalan Salemba Tengah, Jakarta Pusat. BC PKI adalah badan rahasia yang dibentuk senagai penghubung dengan para perwira militer.

Badan ini muncul pada tahun 1965 ketika urusan militer semakin dipandang penting dalam penyusunan strategi pemimpin PKI. Hal ini merupakan suatu hal yang lumrah bagi partai politik pada periode tersebut.

Di tempat tersebut sudah menunggu beberapa anggota BC PKI yang dibentuk Aidit tanpa sepengetahuan pengurus CC PKI yang lain. Seperti dijelaskan dalam buku Aidit: Dua Wajah Dipa Nusantara, di Jakarta berhembus isu adanya Coup atau Kudeta yang akan dilakukan oleh Dewan Jenderal. Seiring kabar Bung Karno yang tengah sakit. Hal ini lantas menjadi alasan bagi Aidit untuk melancarkan sebuah gerakan sebelum didahului oleh pihak militer.

Informasi dari BC PKI menjadi penting untuk menentukan langkah PKI setelahnya. Apakah harus menunggu kudeta militer atau mendahuluinya. BC PKI yang diketuai Syam Kamaruzaman, beberapa kali mengadakan rapat dengan sumber koneksinya di Angkatan Darat.

Sejak 6 September 1965, Syam kerap menggelar rapat-rapat di rumahnya dan di rumah Kolonel A. Latief (Komandan Infanteri I Kodam Jaya). Dalam rapat tersebut, hadir pula Letnan Kolonel Untung (Komandan Batalyon I Kawal Kehormatan Resimen Cakrabirawa) dan Mayor Udara Sudjono (Komandan Pasukan Pengawal Pangkalan Halim Perdanakusuma).

Setelah diadakan beberapa kali rapat, Syam yakin pada satu kesimpulan bahwa sekelompok perwira 'progresif' bersedia dan mampu mendukung aksi yang akan dilancarkan PKI. Rapat terakhir dilaksanakan pada tanggal 29 September dan tanggal 30 ditetapkan sebagai hari Gerakan dilaksanakan. Syam Kamaruzaman ditunjuk sebagai pemimpin pelaksana Gerakan 30 September.

Menurut Antonie CA Dake, keberadaan Aidit di kediaman Syam Kamaruzaman merupakan bagian dari serentetan Gerakan. Aidit kemudian diantar Soejono menuju Halim Perdanakusuma. Menurut Victor Miroslav, Aidit melakukan cek terakhir Gerakan 30 September di kediaman Syam Kamaruzaman. Aidit juga bertemu dengan Mayor Jenderal Pranoto Reksosamodro, perwira tinggi yang dekat dengan Bung Karno.

Kepada Pranoto, Aidit menjanjikan posisi Menteri/Panglima AD menggantikan posisi Jenderal Ahmad Yani. Selain itu, Aidit juga menyampaikan konsep Dekrit Dewan Revolusi yang harus diteken dan disiarkan pada Oktober 1965.

Setelah itu, rencananya Aidit bertemu Bung Karno di rumah Komodor Susanto di Halim Perdanakusuma. Skenarionya, Aidit akan memaksa Bung Karno membersihkan Dewan Jenderal. Lalu memintanya mengundurkan diri sebagai Presiden.

Pertemuan dengan Bung Besar gagal. Sebagai gantinya, Aidit mengutus Brigadir Jenderal Soepardjo menemui Bung Karno yang juga berada di Halim, tetapi di tempat terpisah.

Versi Lain Keberadaan Aidit

Versi yang lain menyebutkan Aidit diajak ke rumah dinas Men/Pangau Laksdya Omar Dhani di Wisma Angkasa, Kebayoran Baru Jakarta Selatan. Ternyata rumah tersebut dalam keadaan kosong. Sehingga Soejono mengajak Aidit ke rumah mertua Omar Dhani di Jalan Otto Iskandardinata III, Jakarta Timur.

Mereka sampai menjelang tengah malam. Rumah dalam kondisi terkunci rapat. Maka dari itu, Major Soejono mengajak Aidit ke Kompleks Perumahan AU di PAU Halim Perdanakusuma. Mereka beristirahat di rumah bintara AU. Rumah tersebut tampaknya telah dipersiapkan sebagai tempat komplotan G30S, bahkan secara resmi disebut sebagai Cenko II.

Esok harinya Aidit mendapat kabar bahwa Presiden Sukarno memberi restu terhadap penyingkiran Dewan Jenderal. Lalu, Aidit diminta untuk ke Yogyakarta untuk evakuasi Bung Karno.

Hingga kini masih belum jelas mana versi yang tepat. Tetapi satu hal yang pasti, Aidit tiba di Yogyakarta pada 2 Oktober 1965. Di sana telah menunggu petinggi CC PKI yang lain. Yakni Lukman, Wakil Ketua CC PKI I. Sementara itu, Njoto berada di Sumatera pada malam kejadian.

Reporter Magang: Muhammad Rigan Agus Setiawan (mdk/noe)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Pelarian DN Aidit: Sembunyi di Balik Lemari Berujung Ditembak Mati di Kebun Pisang
Pelarian DN Aidit: Sembunyi di Balik Lemari Berujung Ditembak Mati di Kebun Pisang

Ketua Partai Komunis Indonesia (PKI) D.N. Aidit jadi buronan Angkatan Darat. Lantaran PKI dicap sebagai dalang aksi Gerakan 30 September 1965.

Baca Selengkapnya
Foto Langka Suasana Mencekam Jakarta Usai Penculikan para Jenderal di Tragedi G30S, TNI dengan Tank Kuasai Ibu Kota & Buru PKI
Foto Langka Suasana Mencekam Jakarta Usai Penculikan para Jenderal di Tragedi G30S, TNI dengan Tank Kuasai Ibu Kota & Buru PKI

Simak foto langka suasana di Jakarta usai tragedi G30S. Banyak tank berkeliaran memburu anggota PKI.

Baca Selengkapnya
Foto Langka Jenderal A.H Nasution & Pemimpin PKI D.N Aidit, 'Ketawa Bareng, Habis Itu'
Foto Langka Jenderal A.H Nasution & Pemimpin PKI D.N Aidit, 'Ketawa Bareng, Habis Itu'

Foto langka Jenderal A.H Nasution dan D.N Aidit sukses mencuri perhatian. Terlihat dalam foto lawas tersebut keduanya saling tersenyum dan tertawa.

Baca Selengkapnya
Jenderal AH Nasution Menangis saat Pemakaman Kapten Pierre Tendean, Sang Ibu Peluk Erat Peti Jenazah
Jenderal AH Nasution Menangis saat Pemakaman Kapten Pierre Tendean, Sang Ibu Peluk Erat Peti Jenazah

Tangis kesedihan pecah saat pemakaman Kapten Pierre Tendean korban peristiwa G30S PKI.

Baca Selengkapnya
Detik-Detik Tewasnya Pimpinan PKI DN Aidit Usai Gerakan 30 September
Detik-Detik Tewasnya Pimpinan PKI DN Aidit Usai Gerakan 30 September

Aidit dicap orang paling bertanggung jawab dalam G30S/PKI. Umurnya tak panjang.

Baca Selengkapnya
Bak Masih Hidup, Video Pimpinan PKI DN Aidit Bicara Menjelaskan Perjalanan Hidupnya Direkayasa AI
Bak Masih Hidup, Video Pimpinan PKI DN Aidit Bicara Menjelaskan Perjalanan Hidupnya Direkayasa AI

D.N.Aidit merupakan salah satu tokoh komunisme di Indonesia. Tak banyak orang yang tahu perihal kehidupannya.

Baca Selengkapnya
15 Januari 1949: Mengenang Peristiwa Situjuah Berdarah, Tewaskan Banyak Pejuang PDRI
15 Januari 1949: Mengenang Peristiwa Situjuah Berdarah, Tewaskan Banyak Pejuang PDRI

74 tahun berlalu, ini kisah Peristiwa Situjuah yang renggut banyak pejuang Pemerintah Darurat RI.

Baca Selengkapnya
Monumen Ini Jadi Saksi Bisu Kejamnya Pembantaian PKI di Wonogiri, Begini Kisah di Baliknya
Monumen Ini Jadi Saksi Bisu Kejamnya Pembantaian PKI di Wonogiri, Begini Kisah di Baliknya

Tercatat dalam peristiwa itu, sebanyak kurang lebih 65 orang terbunuh.

Baca Selengkapnya
Pasukan Pembawa Maut dari Lubang Buaya di Pagi Buta 1 Oktober 1965
Pasukan Pembawa Maut dari Lubang Buaya di Pagi Buta 1 Oktober 1965

1 Oktober 1965, pukul 03.00 WIB, belasan truk dan bus meninggalkan Lubang Buaya. Mereka meluncur ke Pusat Kota Jakarta untuk menculik tujuh Jenderal TNI.

Baca Selengkapnya
Misteri Letnan Satu Doel Arif, Komandan Penculik Para Jenderal Saat G30S/PKI
Misteri Letnan Satu Doel Arif, Komandan Penculik Para Jenderal Saat G30S/PKI

Doel Arif adalah komandan Pasopati dalam G30S/PKI. Perintah tangkap hidup atau mati datang darinya.

Baca Selengkapnya
Sosok Soekitman, Polisi Saksi Sejarah Kelam Penculikan Jenderal TNI saat G30S 1965
Sosok Soekitman, Polisi Saksi Sejarah Kelam Penculikan Jenderal TNI saat G30S 1965

Indonesia tengah memperingati peristiwa kelam Gerakan 30 September oleh PKI.

Baca Selengkapnya
Apa Saja yang Terjadi saat Peristiwa Kudatuli hingga Nama Megawati Melambung
Apa Saja yang Terjadi saat Peristiwa Kudatuli hingga Nama Megawati Melambung

PDI sempat pecah jadi dua, antara Kubu Soejadi dan Kubu Megawati.

Baca Selengkapnya