Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Ketika Anak Tentara Jadi Saksi Kekejaman PKI di Solo

Ketika Anak Tentara Jadi Saksi Kekejaman PKI di Solo Heri Isranto saksi hidup kekejaman PKI di Solo. ©2021 Merdeka.com

Merdeka.com - Kota Solo memang sering mendapatkan julukan 'daerah merah' sejak zaman revolusi. Istilah yang identik dengan basis kelompok atau partai kiri, khususnya Partai Komunis Indonesia (PKI). Menjelang pecahnya Gerakan 30 September/PKI, atau sering disingkat G30S/PKI, banyak peristiwa mengerikan terjadi.

Ketika enam perwira tinggi dan seorang perwira menengah TNI Angkatan Darat beserta beberapa orang lainnya dibunuh dalam upaya kudeta di Jakarta dan Yogyakarta, d isaat bersamaan peristiwa penculikan dan tindak kekejaman lainnya juga terjadi di Kota Bengawan.

Kekejaman kaum komunis dan suasana mencekam itu turut dialami saksi hidup asal Kota Solo, Heri Isranto (66). Warga Jalan Honggowongso, Kelurahan Panularan, Laweyan, Solo yang saat itu masih duduk di bangku sekolah dasar (SD Kemasan).

Tempat tinggal orang tua pria yang akrab disapa Gogor, memang berseberangan dengan markas partai berlambang palu arit itu. Sehingga hampir setiap peristiwa yang terjadi selalu dilihatnya.

"Sampai sekarang masih terekam jelas dalam ingatan saya. Hampir setiap hari di seberang rumah saya itu terjadi insiden pas mau meletusnya (G30S/PKI)," ujar Gogor saat ditemui merdeka.com, Senin (27/9).

Gogor yang saat ini aktif menjadi pengurus NPC (National Paralympic Committee) Indonesia itu mengaku sempat menerima ancaman kekejaman PKI, akibat keusilannya. Suatu sore seusai peristiwa di Jakarta dan Yogyakarta, ada segerombolan orang berbadan besar dan bertato dengan wajah menyeramkan di depan rumahnya.

Melihat kedatangan orang-orang tersebut, ia pun penasaran dan ingin mengetahui asal-usul mereka. Apalagi wilayah tersebut adalah halaman depan kakek dan orang tuanya.

"Setelah saya melihat orang-orang itu, salah satu orang memegang ketiaknya dan dioleskan ke hidung saya. Sambil berkata 'hai masuk, minggat kamu'," katanya.

"Naluri saya sebagai anak kolong (anak tentara), spontan orang itu saya tendang. Dia marah dan mengejar saya," katanya lagi.

Namun beruntung Gogor kecil diselamatkan oleh tetangganya dan berhasil masuk ke rumah. Seorang tetangga menyampaikan kepada anggota PKI tersebut agar tidak mengganggunya. Karena Heri Gogor adalah cucu 'ndoro' (ningrat). Namun pria tersebut justru semakin marah dan mengancamnya.

"Ndoro-ndoro apa, enggak ada ndoro. Kamu saya sate, tak panggang kamu," ucap Heri menirukan orang tersebut.

Gogor sejak kecil memang tinggal bersama tiga kakeknya. Yakni Mangku Suwiryo, Mangku Sunarto (partisipan PNI) serta Sudiyono (aktivis Muhammadyah).

"Markas mereka itu kalau sekarang istilahnya seperti DPC (Dewan Pimpinan Cabang) PKI di Solo. Banyak sekali orangnya. Saya masih ingat DN Aidit (pemimpin senior PKI) sering datang ke sana," katanya.

Heri Gogor menceritakan, ketiga kakeknya yang merupakan kakak adik itu memang berasal dari keluarga ningrat dan memiliki rumah di Jalan Honggowongso serta Masjid At Taqwa. Bangunan rumah dan lahan besar itu beserta masjid lantas diwakafkan dan menjadi SMA Al Islam 1 Solo yang terletak depan markas PKI Solo.

"Kebetulan kakek saya itu aktivis Muhammadyah dan berhadapan dengan rumah pribadi kiai Nahdatul Ulama (Kyai Firas)," katanya.

Tak hanya dirinya dan keluarga, Gogor juga sering melihat banyak orang yang dibawa ke markas PKI itu kemudian disiksa.

"Sering saya melihat orang dibawa masuk lalu terdengar suara dipukuli. Pokoknya benar-benar biadab," kecamnya.

Selain melakukan penyiksaan, para antek komunis tersebut juga sering membuat bom molotov. "Saya masih ingat itu, mereka itu tanpa izin, bergerombol bikin molotov. Batu besar itu dinam (dianyam), kemudian botol dikasih minyak dengan sumbu panjang," bebernya.

Dikatakannya, orang-orang yang sering berkumpul di markas PKI bukan warga sekitar. Namun yang pasti mereka anggota PKI dan berasal dari luar daerah.

Setelah pecah G30S, Gogor bersama keluarga pun bisa bernapas lega setelah pasukan Komandan RPKAD (Resimen Para Komando Angkatan Darat) yang sekarang menjadi Komando Pasukan Khusus (Kopassus) menyerbu markas PKI di Honggowongso, di awal Oktober 1965.

"Jadi pagi harinya markas PKI di depan rumah saya itu diobrak abrik sama RPKAD. Dan di situ sudah ada satu truk. Ada dua tetangga saya anggota PKI yang diminta senjatanya dan dibawa," katanya lagi.

Menurut dia, saat itu operasi yang dilakukan RPKAD menumpas antek-antek komunis berlangsung sangat cepat.

"Setelah itu pagi harinya serangan balik ke markas DPC PKI itu. Seingat saya semua dimasukkan ke truk sampai habis, cepat sekali. Setelah itu semua sudah bersih," jelasnya.

Usai peristiwa tersebut, terungkap juga dokumen-dokumen PKI di Solo. Salah satunya sempat membuat bulu kuduk berdiri, karena keluarganya masuk dalam rencana eksekusi PKI Solo.

"Setelah itu beberapa hari, terbongkar dokumen-dokumen PKI. Mereka akan mengeksekusi keluarga saya, H Sangidoe dan H Asngat, itu ada semua. Untung RPKAD cepat datang ke Solo," tuturnya.

Dalam dokumen tersebut, lanjut Gogor, keluarganya sudah disiapkan lubang di Makam Bergola, Tipes.

"Sudah dibuatkan semacam lubang besar untuk keluarga saya. Kalau saat itu sudah dewasa mungkin saya takut. Sampai hari ini saya merinding kalau ingat," katanya lagi.

Terbukti dokumennya PKI bahwa keluarga saya, (ayah dari pendiri Ormas Mega Bintang, Mudrick M Sangidoe) masuk dalam daftar eksekusi mereka dan dibuatkan lubang untuk mengubur semua," ujar dia.

Keluarganya menjadi sasaran pembunuhan PKI karena ketiga kakeknya merupakan tokoh agama saat itu. Gogor menyebut pengalaman pahit itu menjadi cerita yang tidak bisa dilupakan, dan bersyukur ia bersama keluarga masih dilindungi Allah SWT.

"Harapan saya jangan sampai komunis itu tumbuh lagi di Indonesia. Itu sangat membahayakan, karena saya sudah ikut mengalami sendiri," tutup Heri. (mdk/cob)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Foto Langka Suasana Mencekam Jakarta Usai Penculikan para Jenderal di Tragedi G30S, TNI dengan Tank Kuasai Ibu Kota & Buru PKI
Foto Langka Suasana Mencekam Jakarta Usai Penculikan para Jenderal di Tragedi G30S, TNI dengan Tank Kuasai Ibu Kota & Buru PKI

Simak foto langka suasana di Jakarta usai tragedi G30S. Banyak tank berkeliaran memburu anggota PKI.

Baca Selengkapnya
Monumen Ini Jadi Saksi Bisu Kejamnya Pembantaian PKI di Wonogiri, Begini Kisah di Baliknya
Monumen Ini Jadi Saksi Bisu Kejamnya Pembantaian PKI di Wonogiri, Begini Kisah di Baliknya

Tercatat dalam peristiwa itu, sebanyak kurang lebih 65 orang terbunuh.

Baca Selengkapnya
Tokoh PKI Tak Mempan Ditembak, ini Yang Dilakukan TNI
Tokoh PKI Tak Mempan Ditembak, ini Yang Dilakukan TNI

TNI versus Tokoh PKI Kebal Peluru, apa yang dilakukan untuk melawan PKI?

Baca Selengkapnya
Bikin Merinding, Ini Gorong-gorong Saksi Bisu Kekejaman PKI yang Bantai Bupati Blora Mr Iskandar
Bikin Merinding, Ini Gorong-gorong Saksi Bisu Kekejaman PKI yang Bantai Bupati Blora Mr Iskandar

Ini menjadi tempat pembantaian yang membuat bupati Blora pertama sebagai korban.

Baca Selengkapnya
Sosok Soekitman, Polisi Saksi Sejarah Kelam Penculikan Jenderal TNI saat G30S 1965
Sosok Soekitman, Polisi Saksi Sejarah Kelam Penculikan Jenderal TNI saat G30S 1965

Indonesia tengah memperingati peristiwa kelam Gerakan 30 September oleh PKI.

Baca Selengkapnya
Melihat Kejamnya Tentara KNIL di Tahun 1948, Todongkan Senjata pada Warga Indonesia Bikin Ketar-Ketir
Melihat Kejamnya Tentara KNIL di Tahun 1948, Todongkan Senjata pada Warga Indonesia Bikin Ketar-Ketir

Terlihat warga Indonesia mendapat ancaman dari tentara KNIL pada tahun 1948 silam. Tergambar dari potret yang beredar, warga Indonesia nampak tak berdaya.

Baca Selengkapnya
FOTO: Memperingati Hari Kesaktian Pancasila di Museum Pancasila Sakti
FOTO: Memperingati Hari Kesaktian Pancasila di Museum Pancasila Sakti

Museum Pancasila Sakti menjadi saksi bisu dari G30S/PKI.

Baca Selengkapnya
Peristiwa 1 Oktober: Hari Kesaktian Pancasila, Berikut Sejarah dan Para Tokohnya
Peristiwa 1 Oktober: Hari Kesaktian Pancasila, Berikut Sejarah dan Para Tokohnya

Peringatan 1 Oktober Hari Kesaktian Pancasila dimaksudkan untuk mengenang kembali sejarah dalam mempertahankan ideologi bangsa.

Baca Selengkapnya
Revolusi Sosial Sumatra Timur, Peristiwa Kelam Maret 1946 yang Berujung Pembantaian
Revolusi Sosial Sumatra Timur, Peristiwa Kelam Maret 1946 yang Berujung Pembantaian

Revolusi Sosial Sumatra Timur kisah kelam pembantaian kesultanan Melayu.

Baca Selengkapnya
Jenderal TNI Lolos Dari Maut, Tipu Kapten PKI yang Mau Menangkapnya
Jenderal TNI Lolos Dari Maut, Tipu Kapten PKI yang Mau Menangkapnya

Kapten yang terpengaruh G30S/PKI itu menodongkan senjata pada Brigjen Suryo Sumpeno. Bagaimana cara untuk lolos?

Baca Selengkapnya
Pemberontakan Silungkang, Bentuk Protes Eksploitasi Kolonial di Kalangan Warga Sumatra Barat
Pemberontakan Silungkang, Bentuk Protes Eksploitasi Kolonial di Kalangan Warga Sumatra Barat

Perlawanan yang dilakukan kaum PKI terhadap pemerintah Hindia Belanda ini pecah di Minangkabau atau tepatnya di daerah Silungkang dekat tambang Sawahlunto.

Baca Selengkapnya