Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Ketika Sukarno Marah kepada Ibrahim Adjie

Ketika Sukarno Marah kepada Ibrahim Adjie Surat Presiden Sukarno untuk Ibrahim Adjie. ©2021 dokumen keluarga Ibrahim Adjie

Merdeka.com - Dia disebut-sebut sebagai salah satu 'jenderal kesayangan' Bung Karno. Namun soal PKI, dia tak ragu bersilang pendapat dengan sang presiden hingga membuatnya 'didubeskan'.

Penulis: Hendi Jo

SELASA, 5 Oktober 1965. Di tengah situasi panas yang tengah melanda Jakarta pasca meletusnya Insiden 30 September 1965, sepucuk surat dari Istana Bogor tiba Wisma Yaso. Surat itu dari Presiden Sukarno untuk salah satu istrinya Ratna Sari Dewi. Selain mengabarkan kondisi dirinya, Sukarno pun memberitahu jika hari itu dia akan memanggil sejumlah jenderal yang berpengaruh di Angkatan Darat. Salah satunya adalah Mayor Jenderal Ibrahim Adjie, Panglima Kodam VI Siliwangi.

"Surat itu kemudian diberikan oleh Ibu Dewi kepada Papi saat mereka bertemu di Inggris beberapa tahun kemudian," ungkap Kiki Adjie (71), putra kedua Ibrahim Adjie.

Bukan rahasia lagi saat itu jika Ibrahim Adjie adalah salah satu 'jenderal kesayangan' Bung Karno. Menurut Kiki, saat Si Bung Besar “terjebak” di Pangkalan Angkatan Udara Halim Perdanakusumah pada 1 Oktober 1965, secara diam-diam ayahnya mengirimkan 'pesan' ke Halim untuk secepatnya memindahkan Presiden Sukarno ke Istana Bogor, yang merupakan wilayah kewenangannya.

"Papi bilang jika tak juga diberangkatkan ke Bogor, dia dan jajarannya akan menyerbu Jakarta," ujar Kiki.

Singkat cerita, Bung Karno pun diterbangkan ke Istana Bogor. Sehari kemudian, dia mengirimkan surat singkat kepada Adjie. Isinya: permintaan untuk menyelamatkan Angkatan Darat Republik Indonesia dari ancaman neo kolonialisme (nekolim). Bersama surat itu, Sukarno pun menyelipkan foto dirinya dan selembar uang berjumlah seratus rupiah. Ketiga benda bersejarah itu kini masih dirawat baik oleh Kiki Adjie.

Usai meletusnya Insiden 30 September 1965, di Jakarta sendiri mulai marak aksi-aksi pengganyangan terhadap PKI. Pada 10 Oktober 1965, kantor CC PKI yang beralamat di Jalan Kramat Raya no.81 dibakar massa antikomunis. Orang-orangnya diburu, disiksa dan bahkan dibunuhi.

Hal yang sama terjadi pula di Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Bali dan Nusa Tenggara Timur. Dalam waktu yang sangat singkat, tiba-tiba saja jutaan pengikut komunis di Indonesia menjadi musuh masyarakat nomor satu.

Situasi tersebut tentu saja membuat Ibrahim Adjie dan Gubernur Mashudi waswas. Baru saja tiga tahun masyarakat Jawa Barat lepas dari perang saudara dengan Darul Islam/ Tentara Islam Indonesia (DI/TII), apakah harus lagi berhadapan dengan kekerasan? Demikian pikir Adjie dan Mashudi saat itu.

Merasa tidak tega lagi memberikan situasi yang berdarah-darah kepada masyarakat Jawa Barat, Adjie dan Mashudi lantas membuat keputusan yang sangat krusial: membubarkan PKI di Jawa Barat.

"Melalui briefing di Aula Kodam VI pada 17 November 1965, Pangdam VI/Siliwangi Mayjen Ibrahim Adjie di hadapan para wakil partai politik dan organisasi­organisasi massa mengumumkan pembubaran PKI dan ormas-ormasnya," tulis buku 'Komunisme di Indonesia Jilid IV: Pemberontakan G30S/PKI dan Penumpasannya' (disusun oleh Pusat Sejarah TNI).

Akibat keputusan itu, Adjie kemudian dipanggil Presiden Sukarno ke Istana Bogor. Di hadapan 'anak kesayangannya' itu, Si Bung Besar menumpahkan rasa kecewa dan marahnya.

"Itu hak prerogatif presiden, bukan wewenangmu,Djie!" ujar Sukarno.

"Tapi saya bertanggungjawab terhadap rakyat Jawa Barat, Pak. Dengan membubarkan PKI, maka saya dapat melindungi para anggotanya dari amukan masyarakat," jawab Adjie.

Bung Karno tetap tak terima. Dia kembali menyatakan bahwa 'kesalahan segelintir pimpinan PKI, tidak berarti menjadikan partai-nya menjadi salah'. Sebaliknya, Adjie pun ngotot merasa telah berbuat benar. Perdebatan pun tak menemui ujung. Mereka berdua akhirnya berpisah dalam situasi yang tidak mengenakan.

Hal yang sama kemudian terulang kembali pada 13 Maret 1966. Kepada Wakil Perdana Menteri II J. Leimena, Adjie 'membenarkan' apa yang dilakukan Letnan Jenderal Soeharto ketika membubarkan PKI secara nasional menyusul turunnya Surat Perintah 11 Maret (Supersemar). Leimena mengatakan tindakan Soeharto itu membuat Sukarno sangat murka.

"Kenapa harus marah? Siapa yang membubarkan PKI," tanya Adjie seperti dikisahkan dalam Pikiran Rakyat, 7 Oktober 1989.

"Ya Jenderal Soeharto," jawab Leimena.

"Lha bagaimana? Betul Soeharto yang membubarkan PKI, tapi kan dia melakukannya berdasarkan Surat Perintah Sebelas Maret," kata Adjie.

Beberapa bulan setelah kejadian itu, Adjie kemudian naik pangkat menjadi letnan jenderal. Namun kenaikan itu dibarengi penugasan dari presiden untuk menjadi duta besar di Inggris. Sebagai tentara, tanpa banyak pertimbangan, Adjie menerima tugas itu dengan lapang dada. (mdk/noe)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Deretan Jenderal Berani Tantang Soeharto
Deretan Jenderal Berani Tantang Soeharto

Sejumlah tokoh militer senior dan sipil kecewa. Mereka mempertanyakan sikap Soeharto yang menyeret ABRI sebagai alat kekuasaan.

Baca Selengkapnya
Nyaris Dibunuh 26 Kali tapi Gagal Semua, Ini Kisah Bung Karno yang Jarang Diketahui Orang
Nyaris Dibunuh 26 Kali tapi Gagal Semua, Ini Kisah Bung Karno yang Jarang Diketahui Orang

Ancaman hingga percobaan pembunuhan datang dari kawan dekatnya semasa indekos di Surabaya

Baca Selengkapnya
Daniel Maukar, Pilot yang Tembaki Istana Merdeka Presiden Sukarno
Daniel Maukar, Pilot yang Tembaki Istana Merdeka Presiden Sukarno

Peristiwa Maukar terjadi di tengah kondisi politik yang penuh gejolak. Ketika berbagai pemberontakan muncul di daerah-daerah yang menginginkan otonomi daerah.

Baca Selengkapnya
Berani Kritik Anak Presiden, Jenderal ini Dicopot dari Jabatan Panglima
Berani Kritik Anak Presiden, Jenderal ini Dicopot dari Jabatan Panglima

Jenderal yang paling dipercaya ini tiba-tiba berani mengkritik sepak terjang anak presiden. Jabatan taruhannya.

Baca Selengkapnya
Teka-Teki Isu Dewan Jenderal Pemicu Peristiwa G30S/PKI
Teka-Teki Isu Dewan Jenderal Pemicu Peristiwa G30S/PKI

Soekarno yang mendengar isu Dewan Jenderal ini lantas berniat untuk menghadirkan para jenderal ke Istana.

Baca Selengkapnya
Kenapa Sukarno Memilih Soeharto?
Kenapa Sukarno Memilih Soeharto?

Presiden Sukarno segera mencari sosok pengganti sementara panglima Angkatan Darat karena Letnan Jenderal TNI Ahmad Yani diculik.

Baca Selengkapnya
Kisah Hidup Amir Syarifuddin, Tokoh Sumpah Pemuda yang Dieksekusi Mati karena Terlibat Peristiwa PKI Madiun
Kisah Hidup Amir Syarifuddin, Tokoh Sumpah Pemuda yang Dieksekusi Mati karena Terlibat Peristiwa PKI Madiun

Gubernur Jenderal Van Mook menggambarkan bahwa Amir merupakan orang yang tak mengenal kata takut.

Baca Selengkapnya
Tokoh PKI Tak Mempan Ditembak, ini Yang Dilakukan TNI
Tokoh PKI Tak Mempan Ditembak, ini Yang Dilakukan TNI

TNI versus Tokoh PKI Kebal Peluru, apa yang dilakukan untuk melawan PKI?

Baca Selengkapnya
Jika Soeharto Dikenal Sebagai 'Jenderal yang Tersenyum', Jenderal TNI ini Dijuluki 'Jenderal Tanpa Senyum'
Jika Soeharto Dikenal Sebagai 'Jenderal yang Tersenyum', Jenderal TNI ini Dijuluki 'Jenderal Tanpa Senyum'

Dikenal sebagai antitesis Soeharto, sosok Benny Moerdani ternyata memiliki kisah tak terungkap antara dirinya dan sang Presiden kedua RI. Simak ulasan berikut.

Baca Selengkapnya
Pesta Ulang Tahun Terakhir Bung Karno
Pesta Ulang Tahun Terakhir Bung Karno

Perayaan ulang tahun ke-66 itu dihadiri keluarga dan teman-teman terdekat secara sederhana di salah satu ruangan di Istana Bogor.

Baca Selengkapnya
KSAD Asal Malang Ini Tak Segan Mengkritik Atasan, Ibu Negara hingga Presiden Pernah Merasakannya
KSAD Asal Malang Ini Tak Segan Mengkritik Atasan, Ibu Negara hingga Presiden Pernah Merasakannya

Ia pernah menolak perintah Presiden Soeharto dan menjelaskan kesalahan sang kepala negara memberi perintah tersebut

Baca Selengkapnya
Mengenal Sosok Kolonel Ahmad Husein, Pimpinan Militer yang Membentuk PRRI di Kota Padang
Mengenal Sosok Kolonel Ahmad Husein, Pimpinan Militer yang Membentuk PRRI di Kota Padang

Pejuang asal Padang ini pencetus lahirnya pemberontakan untuk mengkritik pemerintahan rezim Soekarno yang dianggap inkonstitusional.

Baca Selengkapnya