Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Kisah Sakiko yang Dicintai Bung Karno

Kisah Sakiko yang Dicintai Bung Karno Pakaian Tradisional Musim Panas Jepang. ©2021 AFP/David Gannon

Merdeka.com - Sebelum Naoko Nemoto (Ratna Sari Dewi), Sukarno telah menjalin hubungan serius dengan perempuan Jepang lain bernama Sakiko Kanasue.

Penulis: Hendi Jo

JIKA bicara tentang istri Presiden Sukarno yang berasal dari Jepang, maka mayoritas orang akan menyebut nama Naoko Nemoto alias Ratna Sari Dewi. Anggapan itu tentu saja tidak keliru. Bagi Sukarno, Naoko merupakan salah satu istri yang paling berpengaruh dalam kehidupan politiknya, terutama di hari-hari kala kekuasaan Si Bung Besar mulai meredup.

"Setelah peristiwa Gerakan 30 September 1965, bisa dikatakan Dewi adalah salah satu penasehat politik paling penting bagi Sukarno," ungkap sejarawan Aiko Kurosawa.

Tetapi dalam kenyataannya, Dewi bukanlah perempuan Jepang satu-satunya yang pernah singgah di hati Bung Karno. Menurut seorang penulis Jepang bernama Masashi Nishihara dalam The Japanese and Sukarno's Indonesia, empat tahun sebelum menikahi Dewi, Sukarno pernah menjalin ikatan cinta dengan seorang perempuan Jepanglain bernama Sakiko Kanasue.

"Ia adalah seorang model fesyen," ungkap Nishihara.

Tapi berbeda dengan Nishihara, majalah Vanity Fair Vol. 55 Tahun 1992 menyebut Sakiko pernah bekerja sebagai pramuria di klub malam bernama Benibasha, sebuah klub malam di pusat kota Tokyo.

Pertemuan pertama Bung Karno dengan Sakiko sendiri terjadi di Kyoto. Sejak pandangan pertama, Si Bung nampak sudah merasa tertarik dengan Sakiko. Kode asmara sang presiden rupanya tidak disia-siakan oleh Kinoshita, sebuah perusahaan Jepang yang memiliki kepentingan menggarap berbagai proyek pembangunan Indonesia dari hasil pampasan perang Jepang. Jadilah Sakiko 'dibawa' oleh grup Kinoshita sebagai bagian dari lobi bisnis tingkat tinggi di Indonesia.

Sukarno memang benar-benar jatuh cinta kepada Sakiko. Tidak perlu waktu panjang, pada 1958, dia menikahi gadis Jepang tersebut di Hotel Daiichi, Ginja. Dia kemudian memutuskan masuk Islam dan berganti nama menjadi Saliku Maesaroh.

Di penghujung 1958, Sakiko didatangkan secara diam-diam ke Jakarta bersama ibunya. Sebagai kamuflase dia diklaim sebagai 'guru anak-anak ekspatriat Jepang' di Jakarta dan menempati sebuah rumah mewah di wilayah elite Menteng. Para tetangganya mengenal Sakiko sebagai Nyonya Basuki.

Seiring waktu berjalan, Sukarno yang sibuk mengurusi soal pampasan perang masih rutin pulang-pergi ke Jepang. Saat itulah, menurut Aiko Kurosawa, Sukarno bertemu dengan Naoko Nemoto, gadis cantik berusia 19 tahun. Sang orator pun lantas kembali jatuh cinta. Tanpa disadari, Naoko ternyata merupakan andalan grup Tonichi (saingan Kinoshit) untuk memuluskan jalur bisnis mereka di Indonesia.

Sukarno kembali dimabuk asmara. Dengan suka cita dia lantas mengundang gadis pujaannya itu untuk datang ke Indonesia. Gayung bersambut. Naoko menyambut baik ide itu. Maka pada 14 September 1959, Naoko datang ke Jakarta. Menurut penulis C.M. Chow, Naoko tidak sendiri. Dia didampingi dua gadis Jepang cantik lainnya.

"Mereka ditempatkan di rumah yang disediakan secara khusus oleh perusahaan Tonichi di Jakarta," tulis CM Chow dalam Autobiography as told to Atoh Matsuda.

Kedatangan Naoko tercium oleh Sakiko. Rasa marah dan cemburu membakar dia punya hati. Merasa frustasi dan terbuang di negeri orang, dua minggu sesudah kedatangan Naoko, Sakiko Kanasue berlaku nekad: mengakhiri hidup dengan cara mengiris urat nadi sendir.

"Dia merasa malu karena Naoko menjadi kekasih favorit Sukarno," ungkap Lambert Giebels dalam Paradoks Revolusi Indonesia.

Sukarno kaget dan berurai air mata mendengar berita duka itu. Dia kemudian meminta para bawahannya untuk mengurus pemakaman istri Jepang-nya itu dengan baik dan tanpa menarik perhatian orang-orang. Menurut Aiko, kematian Sakiko memang disembunyikan sedemikian rupa dari penciuman pers dan khalayak. Bisa jadi itulah mungkin yang menyebabkan upacara pemakaman dilakukan pada waktu malam dan tidak dihadiri begitu banyak orang.

"Sakiko dimakamkan di Blok P, namun sekitar akhir tahun 1970-an, kerangka Sakiko dipindahkan oleh keluarga besarnya ke Jepang…" ujar Aiko.

Bagaimana kabar selanjutnya mengenai Sukarno? Dukanya ternyata cepat sembuh. Obatnya, apalagi jika bukan Naoko yang lebih cantik dan muda dibanding Sakiko. Sejarah mencatat, tiga tahun setelah kematian Sakiko, Naoko akhirnya resmi menjadi pendamping Sukarno. (mdk/noe)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Wanita Jepang Berparas Cantik Ini Tak Disangka Punya Nasib Bagus, Jadi Istri Penguasa di Indonesia
Wanita Jepang Berparas Cantik Ini Tak Disangka Punya Nasib Bagus, Jadi Istri Penguasa di Indonesia

Berikut potret wanita Jepang berparas cantik yang tak disangka punya nasib bagus menjadi istri seorang penguasa Indonesia.

Baca Selengkapnya
Potret Ratna Sari Dewi Istri Bung Karno Saat Kunjungan Pertama di London, 'Cantik Melebihi Masanya'
Potret Ratna Sari Dewi Istri Bung Karno Saat Kunjungan Pertama di London, 'Cantik Melebihi Masanya'

Potret lawas Ratna Sari Dewi istri Bung Karno kembali mencuri perhatian.

Baca Selengkapnya
Genap Berusia 84 Tahun, Intip Transformasi Ratna Sari Dewi Istri Presiden Soekarno yang Cantik dan Awet Muda
Genap Berusia 84 Tahun, Intip Transformasi Ratna Sari Dewi Istri Presiden Soekarno yang Cantik dan Awet Muda

Menginjak usia 84 tahun, Ratna Sari Dewi tetap cantik dan awet muda.

Baca Selengkapnya
Jarang Disorot, Ini Sosok Istri Cantik Keempat Soekarno yang Disebut 'Lambang Perempuan Jawa'
Jarang Disorot, Ini Sosok Istri Cantik Keempat Soekarno yang Disebut 'Lambang Perempuan Jawa'

Ini sosok cantik pendamping Soekarno yang jarang disorot. Paras cantiknya bikin terpukau.

Baca Selengkapnya
Kisah Presiden Soekarno Menyatakan Cinta pada Siti Oetari di Jembatan Peneleh Surabaya, Sederhana tapi Romantis
Kisah Presiden Soekarno Menyatakan Cinta pada Siti Oetari di Jembatan Peneleh Surabaya, Sederhana tapi Romantis

Kota Surabaya menjadi tempat pertama kali belajar agama, menikah, dan bekerja.

Baca Selengkapnya
Hubungannya Tak Direstui, Begini Kisah Cinta Beda Agama Ayah dan Ibu Bung Karno yang Berujung Kawin Lari
Hubungannya Tak Direstui, Begini Kisah Cinta Beda Agama Ayah dan Ibu Bung Karno yang Berujung Kawin Lari

Tanpa kenekatan mereka berdua, tidak akan lahir bapak proklamator Indonesia.

Baca Selengkapnya
Sarinah, Sosok Perempuan Istimewa Bagi Bung Karno
Sarinah, Sosok Perempuan Istimewa Bagi Bung Karno

Sukarno bahkan mengabadikan nama Sarinah dalam nama gedung dan judul buku.

Baca Selengkapnya
Kisah Siti Oetari Istri Pertama Presiden Soekarno, Tidak Sepenuhnya Dicintai dan Diceraikan dalam Kondisi Perawan
Kisah Siti Oetari Istri Pertama Presiden Soekarno, Tidak Sepenuhnya Dicintai dan Diceraikan dalam Kondisi Perawan

Bung Karno mengaku menikahi Oetari karena menghormati gurunya

Baca Selengkapnya
Gambaran Surga Ada di Telapak Kaki Ibu, Setiap Pulang ke Blitar Bung Karno Sungkem pada Ida Ayu Nyoman Rai
Gambaran Surga Ada di Telapak Kaki Ibu, Setiap Pulang ke Blitar Bung Karno Sungkem pada Ida Ayu Nyoman Rai

Sejumlah foto Bung Karno tengah sungkem kepada ibunya beredar di media sosial. Momen itu menggambarkan 'surga berada di telapak kaki ibu'

Baca Selengkapnya
Potret Transformasi Kartika Sari Dewi Putri Bung Karno & Dewi Soekarno, Dekat dengan Megawati dan Puan
Potret Transformasi Kartika Sari Dewi Putri Bung Karno & Dewi Soekarno, Dekat dengan Megawati dan Puan

Masih ingat dengan Kartika Sari Dewi putri Bung Karno? Begini transformasinya.

Baca Selengkapnya
Bocah Ini Belajar sangat Disiplin sampai Kepala Pusing, Saat Dewasa Jadi Presiden
Bocah Ini Belajar sangat Disiplin sampai Kepala Pusing, Saat Dewasa Jadi Presiden

Siapa sangka anak yang lahir saat fajar menyingsing ini menjadi sosok yang berjasa dan dikenang sepanjang masa.

Baca Selengkapnya
Kisah Soekarno di Bandung, Rela Belajar Bahasa Sunda untuk Serap Aspirasi Warga
Kisah Soekarno di Bandung, Rela Belajar Bahasa Sunda untuk Serap Aspirasi Warga

Sokearno pernah memenangkan hati warga Bandung dan Jawa Barat lewat pemikirannya

Baca Selengkapnya