Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Letkol Kawilarang Memarahi Tentara Belanda

Letkol Kawilarang Memarahi Tentara Belanda Potret Alex Kawilarang. ©2021 Merdeka.com

Merdeka.com - Bagaimana seorang komandan brigade Divisi Siliwangi marah besar ketika para prajuritnya dihina sebagai perampok oleh tentara Belanda.

Penulis: Hendi Jo

Kendati sudah berpangkat letnan kolonel, Alex Evert Kawilarang terbilang masih muda saat itu. Usianya baru 28 tahun. Jiwanya sedang bergelora. Semangat untuk berperang dengan Belanda pun tengah tinggi-tingginya.

Namun tiba-tiba di suatu hari pada awal 1948, Komandan Brigade II Surjakantjana Divisi Siliwangi mendapat perintah dari atasannya di Markas Besar Tertinggi Yogyakarta: harus keluar hutan, berdamai dengan Belanda lalu pergi ke hijrah ke Jawa Tengah.

"Bukan main bencinya saya, ketika mendengar kabar itu. Seperti halilintar di siang bolong rasanya. Tapi kami mampu menguasai diri: tunduk kepada perintah atasan, perintah pusat," ujar Kawilarang dalam otobiografinya, Untuk Sang Merah Putih (disusun oleh Ramadhan KH).

Tentara Belanda Sinis pada Pasukan TNI

Memasuki Februari 1948, pasukan Siliwangi yang dipimpin Alex mulai keluar dari hutan dan gunung di wilayah selatan Cianjur dan Sukabumi. Kekuatan mereka sekitar 5.000 prajurit. Sebagai titik kumpul adalah Sukanagara. Dari sana mereka bergerak menuju wilayah Padalarang.

Ketika turun gunung dan keluar hutan itulah, pihak militer Belanda dan pengamat asing terkejut melihat performa prajurit-prajurit Siliwangi. Kendati sebagian berpakaian rombeng, namun tetap menunjukkan disiplin tinggi dan semangat layaknya tentara profesional.

"Berbeda dengan penggambaran yang kerap ditulis koran-koran Belanda bahwa TNI itu sejenis kumpulan perampok dan ekstrimis, mereka justru terlihat seperti pasukan yang sangat teratur dan memiliki disiplin," ujar Piere Heyboer dalam De Politionele Acties.

Tetapi ada saja tentara Belanda yang tetap berlaku sinis terhadap keberadaan pasukan TNI itu. Sebagai contoh, sebelum bergerak ke titik kumpul di Cirebon, anak buah Letnan Kolonel A.E. Kawilarang harus menunggu terlebih dahulu di Purabaya (suatu kawasan dekat Cimahi). Selama di sana, mereka dikawal secara ketat oleh satu kompi baret hijau dari KST (Korps Pasukan Khusus) yang dikomandani Letnan Henk Ulrici.

Ulrici yang merupakan tangan kanan Kapten R.P.P. Westerling merupakan perwira yang sombong dan dikenal kejam selama berhadapan dengan TNI dan gerilyawan Republik. Salah satu semboyan-nya adalah: kami tidak pernah memelihara tawanan, kami mencari mereka memang untuk dibunuh.

Kawilarang Berang

Singkat cerita, karena merasa berlarut-larut dan tidak pasti, pada suatu kesempatan Kawilarang mendatangi Ulrichi. Secara baik-baik dia menanyakan kapan pasukannya akan dibawa ke Cirebon? Alih-alih dijawab baik-baik juga, Ulrici malah berteriak dengan suara ketus.

"Ya spoedig. Maar die gekke Kapitein Soegih Arto heft zich nog niet over gegeven en wij weten niet waar hij is (Ya, secepatnya, tetapi Si Gila Kapten Soegih Arto--Komandan Batalyon 22--itu belum menyerah dan kami tidak tahu di mana dia sekarang)."

Mendengar jawaban itu, Kawilarang berang dan langsung mendekati Ulrici. Dibentaknya sang letnan KST itu dengan suara yang tak kalah keras.

"Heh! Kepergian Siliwangi tidak ada hubungannya dengan kata 'menyerah'! Ini adalah atas dasar perjanjian Indonesia dengan Belanda! Letnan, kalau bicara harus hati-hati dan jangan berteriak-teriak kepada saya!" demikian teriak Kawilarang seperti dikisahkan Soegih Arto dalam otobiografinya, Pengalaman Pribadi Letjen (Purn) Soegih Arto.

Belum habis rasa tersinggung Kawilarang, tiba-tiba seorang bawahan Ulrici berpangkat sersan berteriak bahwa satu pasukan TNI telah masuk asrama. Tetapi yang membuat Kawilarang berang, si Sersan yang orang Minahasa itu (satu etnis dengan Kawilarang) menyebut para prajurit TNI sebagai 'kelompok rampokers'

"Kawilarang mendatangi sersan itu dan langsung mencaci makinya," kenang Soegih Arto.

Melawankah sang sersan? Alih-alih membalas semprotan Kawilarang, dia memilih ngeloyor dari tempat itu dengan rasa malu dan tanpa berbicara apapun. (mdk/noe)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Membaca Motif 13 Prajurit TNI Aniaya KKB di Papua, Apa Pemicunya?
Membaca Motif 13 Prajurit TNI Aniaya KKB di Papua, Apa Pemicunya?

Kadispenad Brigjen TNI Kristomei Sianturi mengatakan kedepan Pomdam Brawijaya akan mendalami motif pelaku

Baca Selengkapnya
Melihat Kejamnya Tentara KNIL di Tahun 1948, Todongkan Senjata pada Warga Indonesia Bikin Ketar-Ketir
Melihat Kejamnya Tentara KNIL di Tahun 1948, Todongkan Senjata pada Warga Indonesia Bikin Ketar-Ketir

Terlihat warga Indonesia mendapat ancaman dari tentara KNIL pada tahun 1948 silam. Tergambar dari potret yang beredar, warga Indonesia nampak tak berdaya.

Baca Selengkapnya
Sosok Guru Somalaing Pardede, Panglima Perang Sisingamangaraja XII yang Terkuat
Sosok Guru Somalaing Pardede, Panglima Perang Sisingamangaraja XII yang Terkuat

Pria panglima perang ini dianggap penjajah Belanda sangat berbahaya dan kuat dibandingkan dengan pemimpinnya sendiri.

Baca Selengkapnya
15 Januari 1949: Mengenang Peristiwa Situjuah Berdarah, Tewaskan Banyak Pejuang PDRI
15 Januari 1949: Mengenang Peristiwa Situjuah Berdarah, Tewaskan Banyak Pejuang PDRI

74 tahun berlalu, ini kisah Peristiwa Situjuah yang renggut banyak pejuang Pemerintah Darurat RI.

Baca Selengkapnya
13 Anggota TNI Aniaya Anggota KKB Berasal dari Satuan Tak Sembarangan, ini Profilnya Pasukan Elite 'Cepat, Senyap, Tepat'
13 Anggota TNI Aniaya Anggota KKB Berasal dari Satuan Tak Sembarangan, ini Profilnya Pasukan Elite 'Cepat, Senyap, Tepat'

Profil satuan elite TNI AD Batalyon Infanteri (Yonif) Raider 300/Braja Wijaya yang sedang jadi sorotan.

Baca Selengkapnya
VIDOE: Kronologi Letkol TNI Dibacok Anak Buah Diduga Akibat Ucapan Rasis saat Apel
VIDOE: Kronologi Letkol TNI Dibacok Anak Buah Diduga Akibat Ucapan Rasis saat Apel

Praka DRB tega membacok komandannya di Kabupaten Manokwari Selatan, Provinsi Papua Barat, Sabtu lalu.

Baca Selengkapnya
Warga Lamongan Gambarkan Kejamnya Kerja Rodi Zaman Penjajah saat Karnaval Agustusan, Bikin Merinding
Warga Lamongan Gambarkan Kejamnya Kerja Rodi Zaman Penjajah saat Karnaval Agustusan, Bikin Merinding

Warga Lamongan tampilkan kekejazam kerja rodi zaman penjajahan Belanda. Bikin nangis.

Baca Selengkapnya
Tragedi Berdarah di Kampung Rawagede, Ratusan Rakyat Sipil Jadi Korban Militer Belanda
Tragedi Berdarah di Kampung Rawagede, Ratusan Rakyat Sipil Jadi Korban Militer Belanda

Penyerangan di Rawagede ini dicap sebagai bagian dari kejahatan perang.

Baca Selengkapnya
Peristiwa De Zeven Provincien, Diskriminasi Rasial Awak Kapal yang Berujung Pemberontakan
Peristiwa De Zeven Provincien, Diskriminasi Rasial Awak Kapal yang Berujung Pemberontakan

Terjadinya diskriminasi rasial antara awak kabin Belanda dan Pribumi pecah di Pelabuhan Aceh pada tahun 1933 silam.

Baca Selengkapnya
Kisah Pemberontakan Batipuh 1841, Dampak Sistem Tanam Paksa Terhadap Rakyat Pantai Barat Sumatera
Kisah Pemberontakan Batipuh 1841, Dampak Sistem Tanam Paksa Terhadap Rakyat Pantai Barat Sumatera

Pemberontakan ini sebagai bentuk reaksi rakyat terhadap sistem tanam paksa oleh Belanda.

Baca Selengkapnya
Pemberontakan Silungkang, Bentuk Protes Eksploitasi Kolonial di Kalangan Warga Sumatra Barat
Pemberontakan Silungkang, Bentuk Protes Eksploitasi Kolonial di Kalangan Warga Sumatra Barat

Perlawanan yang dilakukan kaum PKI terhadap pemerintah Hindia Belanda ini pecah di Minangkabau atau tepatnya di daerah Silungkang dekat tambang Sawahlunto.

Baca Selengkapnya
Bikin Salut, Aksi Perwira TNI Selamatkan Uang Gaji Ribuan Prajurit di Tengah Serangan Musuh
Bikin Salut, Aksi Perwira TNI Selamatkan Uang Gaji Ribuan Prajurit di Tengah Serangan Musuh

Sudah bertahun-tahun para prajurit TNI tak mendapat gaji. Tiba-tiba serangan musuh datang.

Baca Selengkapnya