Misi Penerbang Bomber TNI AU Hancurkan Kapal Perang Belanda
Merdeka.com - Sebuah misi berbahaya diberikan untuk pilot pesawat pengebom Angkatan Udara Republik Indonesia. Menghancurkan kapal milik angkatan laut milik Belanda yang dijaga ketat.
Pesawat angkut C-47 Dakota mendarat pagi itu di Pangkalan Udara Morotai. Penumpangnya Panglima Komando Regional Udara IV Letnan Kolonel Udara I Dewanto. Dia datang dengan membawa misi khusus dari Panglima Mandala, Mayor Jenderal Soeharto.
Komandan Lanud Morotai Mayor Udara Pedet Soedarman diperintahkan untuk menghancurkan kapal milik Angkatan Laut Belanda di Pulau Gag yang terletak di perairan Irian Barat. Keberadaan kapal perang itu dianggap merintangi misi militer RI merebut Irian Barat.
-
Bagaimana Kolonel Pedet menghancurkan kapal Belanda? Pedet Soedarman kenyang pengalaman tempur. Dia menerbangkan pesawat jenis B-25 Mitchel dan B-26 Invander dalam menumpas berbagai pemberontakan yang terjadi di tanah air. Pedet juga yang menghancurkan kapal angkatan Laut Belanda.
-
Di mana TNI AU mengebom markas Belanda? Pada tanggal 29 Juli 1947, TNI AU menyerang markas Belanda di kota Ambarawa dan Salatiga.
-
Mengapa Marinir Belanda melampiaskan kekesalan mereka pada jaket Kopassus Benny? Merasa tak bisa mengalahkan kapten baret merah itu, Belanda melampiaskan kekesalannya.
-
Siapa yang memimpin serangan ke markas Belanda? Dengan segala persiapan dan menyusun rencana untuk menyerang Belanda, akhirnya Siti Manggopoh bersama pasukannya mulai menyerang malam hari pada Kamis 15 Juni 1908. Tak tanggung-tanggung, Siti bersama pasukan langsung menyerang markas Belanda.
-
Siapa yang memimpin pasukan Belanda? Pada pukul 16.30 WIB, Komandan KDM Tambakboyo Letda B.K Nadi menerima laporan dari Komandan Pos Pantai Glondong. Sekitar 10 mil dari Pantai Glondong tampak tiga kapal perang besar dan tujuh kapal kecil.
"Kapan To?" tanya Mayor Pedet pada rekannya itu.
"Sesegera mungkin," jawab Letkol Dewanto.
"Kalau begitu sekarang saja ya," tegas Mayor Pedet.
Bukan tanpa alasan perintah itu diberikan pada Mayor Pedet Soedarman. Pengalaman dan keberaniannya sebagai bomber andalan AURI telah terbukti di berbagai palagan tempur.
Pesawat Pengebom
Segera setelah disetujui, persiapan langsung dilakukan. Pesawat Pengebom B-25 nomor 434 dimuati aneka persenjataan dan siap tinggal landas menjalankan misi.
Sebenarnya sebagian kru Angkatan Udara merasa terkejut. Apalagi misi penting dan berbahaya harus dilakukan hari itu juga. Namun tidak ada komentar yang keluar dari mulut mereka. Semuanya siap melaksanakan tugas tempur.
Peristiwa ini dikisahkan dalam Buku Pedet Soedarman, Pengalaman Heroik Penerbang Bomber.
Pulau Gag ketika itu masih berada dalam kekuasaan Belanda. Kapal perang milik Belanda dikawal oleh pesawat patroli Neptune yang siap menghancurkan pesawat pengebom AURI. Dari segi kecepatan, Neptune berada di atas angin daripada B-25.
Kapal Belanda Diberondong Peluru Hingga Hancur
Tanggal 24 Maret 1962, pesawat B-25 meninggalkan lapangan udara Morotai. Mereka harus terbang rendah di atas permukaan laut untuk menghindari radar Belanda yang berada di Sorong.
Setelah menyusuri bagian selatan Pulau Gag, Pedet Soedarman melihat targetnya. Kapal perang Belanda itu berada di sebuah teluk dan tersamar pepohonan.
Pedet membawa pesawatnya naik ke ketinggian 1.000 kaki. Siap mengebom kapal perang itu. Namun niat tersebut diurungkan karena dari ketinggian, target tidak terlihat jelas.
Diputuskannya untuk menggunakan delapan pucuk senjata mitraliur 12,7 mm yang merupakan andalan B-25. Pedet membuang bom ke laut untuk membuat bobot pesawat lebih ringan.
Pesawat berputar dan mulai memberondong kapal Belanda tanpa ampun. Tepat sasaran. Cukup banyak peluru dilepaskan hingga kapal Belanda itu terbakar dan asap hitam mulai mengepul.
Belanda berusaha memberikan tembakan balasan, namun berondongan delapan senapan mesin dari moncong B-25 dan empat mitraliur dari sayap pesawat, membuat usaha itu sia-sia.
Dari kokpit pesawatnya, Mayor Pedet bisa melihat pasukan Marinir Belanda yang kocar-kacir akibat serangan tersebut.
Begitu yakin targetnya sudah tak berdaya, Mayor Pedet segera meninggalkan Pulau Gag menuju Lanud Ambon.
Dikejar Neptune Belanda
Perjalanan pulang mereka tidak mulus. Sebuah pesawat Neptune Belanda ternyata mengejar mereka. Terbang di atas ketinggian 1.000 kaki.
Lockheed P-2 Neptune adalah pesawat buatan Amerika Serikat yang dirancang khusus untuk patroli maritim dan antikapal selam. Seluruh kru AURI tahu pesawat ini sangat berbahaya karena bisa terbang lebih cepat dan dilengkapi senjata kaliber 2 cm.
Suasa tegang terasa di dalam kabin. Pedet memacu pesawatnya hingga kecepatan maksimal 250 mph, sampai terasa bergetar. Dia memerintahkan anak buahnya bersiap menghadapi Neptune itu dengan senapan mesin yang berada di bagian ekor B-25.
Celaka. Baru ditembakan sekali, senjata belakang itu macet dan tidak berfungsi. Neptune terus mengejar dengan kecepatan tinggi. Tak ada pilihan selain menghadapinya langsung.
"Kalau pesawat Neptune kira-kira sudah dekat, saya akan menghadapinya dan menembaknya," kata Pedet kepada kopilot Letnan Muda Udara I Sutarno yang duduk di sampingnya.
Suasana tegang itu tidak berlangsung lama. Awak pesawat di belakang melapor pesawat Neptune tidak melanjutkan pengejarannya. Suasana ceria langsung memenuhi kabin pesawat. Mereka lolos dari pertempuran hidup dan mati.
Di darat, Mayor Pedet mendapat laporan kapal Belanda terbakar, sementara beberapa orang tewas, termasuk dua orang Marinir Belanda.
Operasi pengeboman itu berhasil tanpa korban seorang pun di pihak AURI. (mdk/noe)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Peringatan ini bertujuan mengenang dua peristiwa yang terjadi dalam satu hari.
Baca SelengkapnyaJika ada yang nyaris tak pernah absen saat perang, dia adalah B-25 Mitchell buatan North American Aviation.
Baca SelengkapnyaKesal tak bisa mengalahkan kapten baret merah Indonesia, mereka melampiaskannya pada jaket militer tersebut.
Baca SelengkapnyaSetelah melewati pertarungan yang sengit, pada akhirnya Kota Purwokerto berhasil dikuasai Belanda.
Baca SelengkapnyaPuncak dari penyerbuan ini adalah pengibaran bendera merah putih di markas tentara Belanda di Bukit Teling.
Baca SelengkapnyaSaking tebal dan pekatnya awan jarak antar pesawat juga tak terlihat.
Baca SelengkapnyaBeredar di media sosial video diduga pesawat jatuh. Pesawat tersebut terlihat seperti diselimuti kobaran api di bagian badan pesawat.
Baca SelengkapnyaSerangan Umum 1 Maret 1949 adalah sebuah upaya besar dalam perang kemerdekaan Indonesia melawan Belanda.
Baca SelengkapnyaAda beberapa momen unik aktivitas tentara Belanda saat di Indonesia.
Baca SelengkapnyaPenamaan "Dreded" konon berasal dari bunyi senapan Belanda yang ditembakan secara membabi buta.
Baca SelengkapnyaSeminggu ini pihaknya sudah melakukan proses evakuasi. Tetapi baru serpihan pesawat yang didapat.
Baca SelengkapnyaKedatangan mereka yang tiba-tiba membuat gempar masyarakat pesisir Tuban
Baca Selengkapnya