Perwira Australia Hilang di Bogor, Belanda Tuduh Tentara RI Dalang Penculikan
Merdeka.com - Sekelompok petugas Sekutu dari Australia dan Inggris tewas dan hilang di perbatasan Sukabumi-Bogor. Tentara Repoeblik Indonesia (TRI) berada di balik insiden itu?
Penulis: Hendi Jo
Suatu pengadangan oleh gerilyawan Indonesia terjadi pada 17 April 1946 di wilayah Caringin, perbatasan Sukabumi dan Bogor. Dua jip berisi lima petugas Sekutu hancur tertembak. Menurut Odah (87), insiden itu hanya berlangsung singkat saja dan tidak harus membuat warga sekitar mengungsi.
-
Siapa yang terlibat dalam peristiwa ini? 'Kami memanggil pihak keluarga pengendara sepeda motor yang pura-pura kesurupan untuk dimintai keterangan,' ucap dia.
-
Bagaimana petugas imigrasi tewas? Berdasarkan hasil olah TKP, dengan menggunakan metode Sciencetif Crime Investigation (CSI) mantan Kapolres Metro Jakarta Barat itu mengatakan tersangka membunuh TS dengan cara mendorongnya dari balkon apartemen.
-
Dimana petugas imigrasi meninggal? Kronologi Petugas Imigrasi Tewas Didorong WN Korea di Apartemen Tangerang Polisi membongkar kasus tewasnya seorang petugas imigrasi inisial TFF atau TS yang terjatuh dari lantai 19 apartemen kawasan Parung Jaya, Karang Tengah, Kota Tangerang, Jumat (27/10).
-
Siapa yang terlibat dalam insiden tersebut? Dalam sebuah video yang dibagikan akun Instagram @kejadiansmg pada Selasa (12/9), tampak seorang pengendara motor merekam sebuah mobil yang mencoba menghentikannya.
-
Siapa yang terlibat dalam insiden ini? Seorang driver taksi online di kawasan Jakarta Pusat tengah ramai jadi perbincangan usai kedapatan emosi ke penumpang wanita.
-
Siapa yang berjuang untuk Indonesia? Kata-kata ini membangkitkan semangat juang dan patriotisme dalam diri setiap pemuda Indonesia.
"Saya dengar dari orang-orang dewasa saat itu, katanya ada dua mobil berisi tentara Belanda diserang tentara kita," ujar Odah, yang saat itu masih berusia sebelas tahun.
Rupanya para gerilyawan itu salah alamat. Mobil-mobil yang disangka milik tentara Belanda itu ternyata berisi rombongan penyelidik Sekutu untuk kejahatan perang Jepang. Mereka terdiri dari empat warga Australia: Squadron Leader F.G. Birchall, Kapten Aliestar McKanzie, Letnan Penerbang Hector Murdoch McDonald, seorang sipil bernama Hanson, serta dua anggota militer Inggris Kapten Collins dan Sersan Bill Williams.
"Mereka baru saja kembali dari kunjungan ramah-tamah dengan penduduk setempat," ujar Letnan Kolonel R.C. Smith, atasan ketiga perwira Australia itu, dalam sebuah surat belasungkawa kepada ibunda Birchall. Kini surat tersebut menjadi koleksi Nick West, salah satu keponakan Birchall.
Birchall Belajar Mengucap 'Hidup Indonesia'
Bulan sebelumnya, Birchall sempat menulis sepucuk surat kepada sepupunya Tom Francis di Melbourne, Australia. Dalam surat yang ditulis di Batavia (Jakarta) itu, sang perwira sempat menyebut situasi tempat dia bertugas yang penuh dengan mara bahaya.
"Karena itu, aku berusaha belajar mengucapkan (dalam bahasa Indonesia) 'Hidup Indonesia' dan beberapa patah kata lain yang senada. Aku juga akan menggambar bendera Australia dengan ukuran besar di kendaraanku… Aku tidak mau mengambil risiko…" demikian menurut surat yang sekarang tersimpan baik di Australian War Memorial tersebut.
Berdasarkan penyelidikan yang dilakukan oleh Polisi Tentara RI, belakangan terketahui jika rombongan Birchall dan kawan-kawan disergap kompi Letnan Dua Bustomi Burhanuddin, bawahan Mayor A.E. Kawilarang, komandan Batalyon ke-2 Resimen TRI Bogor. Namun soal itu ditutup rapat-rapat oleh pihak RI.
"Tuduhan itu jelas bisa membuat citra pemerintah RI buruk di mata internasional," ungkap Priyatna Abdurrasyid, perwira Polisi Tentara RI yang ditugaskan untuk menangani kasus tersebut.
Ada dua kemungkinan yang membuat Kompi Bustomi melakukan penyergapan: mereka menyangka orang-orang kulit putih tersebut sebagai tentara Belanda atau karena mereka 'diprovokasi' oleh Nishida dan Karta, dua eks tantara Jepang yang bergabung dengan Kompi Bustomi.
"Saya sendiri yakin, Bustomi dan pasukannya tidak tahu bahwa yang menjadi korban penyergapan mereka adalah orang-orang Australia," ujar Kawilarang dalam biografinya Untuk Sang Merah Putih yang ditulis Ramadhan KH.
Namun menurut kesaksian para korban penyergapan yang berhasil lolos, mereka sempat mengibarkan bendera putih. Bahkan Birchall memberitahu kepada para penyergap bahwa mereka bukan anggota militer Belanda.
"Dia sempat berdiri di atas jip dan berteriak (dalam bahasa Inggris): ‘Kami orang Australia!’," demikian dikutip suratkabar The Canberra Times, 20 April 1946.
Birchall Tak Jelas Nasibnya
Akibat penyergapan itu, Kapten Aliestar McKanzie dan Letnan Penerbang Hector Murdoch McDonald tewas di tempat. Hanson dan Sersan Bill Williams melarikan diri dengan salah satu mobil dalam kondisi terluka. Kapten Collins berhasil menuju pos tentara Sekutu terdekat setelah sempat dirawat warga setempat. Sementara Birchall sendiri keberadaannya tak jelas.
Pihak Sekutu dan Konsulat Australia di Batavia lantas meminta bantuan kepada pihak Inggris, Belanda dan Indonesia untuk mencari Birchall. Pihak Belanda bahkan secara terbuka menuduh bahwa pengadangan dan penculikan itu dilakukan oleh TRI, tentara resmi Republik Indonesia. Tentu saja tuduhan itu disangkal oleh pemerintah RI.
"Saya menganggap itu sebagai suatu pembunuhan keji dan tidak ada sama sekali kehadiran tentara Indonesia di area terjadinya insiden tersebut," ujar Menteri Pertahanan Amir Sjarifuddin dikutip The Sydney Morning Herald, 22 April 1946. (mdk/noe)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Podus yang dipakai para pelaku merupakan praktir terbaru dalam kejahatan menyelundupkan orang ke Australia.
Baca SelengkapnyaMereka diduga hendak diselundupkan ke Australia melalui perairan laut Kabupaten Sukabumi.
Baca SelengkapnyaPeringatan ini bertujuan mengenang dua peristiwa yang terjadi dalam satu hari.
Baca SelengkapnyaBagaimana cerita ada pasukan elite Jerman di Bogor? Lalu siapa saja yang dimakamkan di Makam Jerman di Megamendung.
Baca SelengkapnyaPara pelaku adalah nelayan yang semula diminta seseorang melakukan perjalanan mengangkut ikan.
Baca SelengkapnyaJenazah korban ditemukan terdampar oleh masyarakat di Pantai Secret Bay
Baca Selengkapnya"Dipastikan hingga saat ini, tidak ada informasi korban WNI dalam serangan itu,” tutur Judha
Baca SelengkapnyaWN Australia Hilang saat Berselancar di Perairan Grajagan Banyuwangi
Baca SelengkapnyaBareskrim Polri mengungkap kasus dugaan TPPO yang melibatkan 50 orang warga WNI. Puluhan korban itu diberangkatkan ke Australia untuk dipekerjakan sebagai PSK.
Baca SelengkapnyaTengah Air Base jadi markas pesawat jet tempur Inggris. Dijaga kuat dengan rudal antipesawat udara.
Baca SelengkapnyaKedua bule itu disarankan untuk membuat laporan polisi, namun mereka menolak.
Baca Selengkapnya5 WN China Diamankan di Teluk Kupang, Diduga Akan Diselundupkan ke Australia
Baca Selengkapnya