Sosok Panglima TNI ini Dikenal Jenderal Anti Voorijder dan Tolak Gunakan Nopol Khusus
Merdeka.com - Selama menjadi pejabat tinggi militer, sang panglima selalu mengupayakan untuk tidak memakai pengawalan selama perjalanan. Baginya, seorang pejabat tak ada bedanya dengan rakyat biasa.
Penulis: Hendi Jo
Sebagian besar pejabat di Indonesia identik dengan voorijder (pengawalan) jika pergi ke suatu tempat. Selain terkesan eksklusif, menggunakan pengawalan khusus tersebut bisa efisien dalam membuka jalur ketika situasi jalan sedang dilanda kemacetan.
-
Mengapa perwira tersebut diperlakukan seperti itu? Dijelaskan dalam video, bahwa setiap prajurit yang sudah masuk ke rumah tahanan maka dianggap sama. “Tidak ada yang spesial di penjara militer meski setinggi apapun pangkatnya,“
-
Bagaimana cara pemimpin menunjukkan bahwa dia tidak arogan? Pemimpin sejati tidak perlu berteriak untuk didengar.
-
Bagaimana Mayjen Panggabean menyelamatkan diri dari bahaya? Panggabean Diinapkan di Sebuah Mess Pabrik Rokok Panggabean merasa sangat berterima kasih pada penjaga mess itu.Apalagi dia dengan sukarela memberikan sebuah kemeja putih untuk pakaian ganti seragam Mayjen Panggabean.
-
Apa yang terjadi pada perwira tersebut di dalam tahanan? Dalam video, tampak sekumpulan pria berpakaian serba oranye, bertuliskan 'Narapidana Militer'. Sementara tentara yang menjadi tahanan baru, mengenakan seragam loreng dan dipajang di tengah lapangan. Pangkat yang melekat di pundaknya tidak ada artinya. Perwira itu digojlok oleh para tahanan senior. Perwira itu diperintah untuk menyebutkan nama dan pangkatnya.
-
Bagaimana tahanan memperlakukan perwira tersebut? Perwira itu diperintah untuk menyebutkan nama dan pangkatnya. Setelah mengatakan nama, perwira itu disoraki para tahanan lain. “Izin, nama ***, pangkat Letnan Kolonel,“ katanya. “Ulangi, suara yang keras, ulangi,“ ujar para penghuni tahanan. “Pangkatnya digondol kucing,“ teriak penghuni tahanan yang lain.
-
Siapa yang pimpin pasukan? Tim Sparta yang dipimpin langsung oleh Kapolresta Surakarta Kombes Pol Iwan Saktiadi langsung melakukan pengadangan.
Namun kebiasaan itu tak urung membuat banyak keluhan di kalangan masyarakat pengguna jalan. Para pejabat pengguna jasa voorijder malah kerap disebut sebagai manusia-manusia sombong dan tak tahu diri.
Usir Voorijder
Alasan itu pula yang rupanya membuat Jenderal Edi Sudradjat anti dikawal voorijder. Alih-alih merasa nyaman dan terhormat, panglima ABRI sekaligus menteri pertahanan di era Orde Baru itu malah pernah mengusir sekelompok voorijder dari Corps Polisi Militer (CPM).
Ceritanya, suatu hari Edi memerlukan pergi ke Bandung. Baru beberapa saat masuk tol Jagorawi, tiba-tiba entah dari mana munculnya dua pengendara sepeda motor besar dan sebuah jip CPM mengikuti mereka. Sepertinya, mereka hendak mengawal Edi. Minimal, selama di dalam jalan tol Jagorawi.
Menurut Letnan Kolonel (Purn) Jatnika, mantan ajudan Edi, sang panglima langsung memperlihatkan wajah tak suka. Dia lantas meminta Jatnika yang tengah menyopir untuk meminggirkan mobil ke bahu jalan tol.
"Jat, berhenti dulu. Ini siapa yang mengikuti kita?" tanya Edi.
"Siap, Panglima! Sepertinya CPM, Pak," jawab Jatnika.
"Tolong deh kamu keluar dulu. Bilang sama mereka, kita enggak usah dikawal. Bukannya nomor pelatnya mobil ini sudah diganti? Kok mereka masih tahu juga. Jangan lupa kasih mereka uang rokok Jat," ujar Edi.
"Siap, Panglima!"
Setelah meminggirkan mobil ke bahu jalan, Jatnika lantas turun dan menemui komandan CPM. Dia memberitahu, Panglima ABRI tak berkenan mobilnya dikawal voorijder. Sang komandan mafhum lalu setelah memberi hormat. Dia meninggalkan tempat tersebut.
Menurut sang istri Lulu Lugiyati, selama menjadi pejabat, bisa dikatakan Edi sangat jarang menggunakan jasa voorijder. Termasuk saat dia pergi ke kantor atau melintasi jalan-jalan di Jakarta dan kota-kota lain yang dikunjunginya.
"Untuk apa memakai pengawalan segala. Kita juga bisa jalan sendiri, kok. Waktunya macet, ya macet. Kita juga kan masyarakat biasa. Tak usah dibeda-bedakanlah," kata Edi.
Tolak pelat nomor khusus
Selain anti menggunakan voorijder, Jenderal Edi juga tak menyukai penggunaan pelat nomor khusus di mobilnya. Bahkan ketika dia mendapat jatah pelat nomor khusus, Edi malah menyuruh Jatnika mengganti pelat nomor mobil dinasnya.
"Jat, mulai besok, jangan pakai lagi nomor pelat itu yah! Coba cari nomor gede saja. Untuk apa pakai nomor begituan?" katanya.
Edi juga memiliki kebiasaan unik saat menumpang mobil dinasnya. Tidak seperti pejabat lain yang memilih duduk di belakang sopir, dia justru lebih menyukai duduk di samping sopir. Justru kebiasaan itu pula yang membuat Jatnika pernah terkena getahnya.
Suatu hari, Edi memerlukan pergi ke Bandung. Jatnika yang saat itu baru saja diangkat menjadi ajudan, diminta Edi untuk ikut pula. Ketika Jatnika akan memasuki mobil bagian depan, Edi memegang badannya. Dengan memakai isyarat, dia meminta Jatnika untuk duduk di belakang sopir.
Tentu saja Jatnika awalnya bingung. Selama perjalanan ke Bandung, dia tak berani menyandarkan tubuhnya ke jok mobil dan selalu duduk dalam posisi bersiap. Bukan main pegalnya, kata Jatnika. Saat kemudian soal itu diketahui Edi, sang panglima hanya tertawa saja. (mdk/noe)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Banyak cerita menarik yang tidak diketahui publik dari sosok mendiang Presiden Soeharto. Salah satunya dengan tegas menolak untuk dikawal polisi.
Baca SelengkapnyaIni kisah langka teladan kesederhanaan seorang jenderal. Anak buahnya jadi saksi selama menjabat, tak sekali pun dia menggunakan jabatannya untuk korupsi
Baca SelengkapnyaMobil milik pejabat TNI tetap macet-macetan tanpa dikawal.
Baca SelengkapnyaBerikut kisah jenderal Kowad yang berbeda profesi dengan sang anak sebagai seorang perwira polisi.
Baca SelengkapnyaPanglima TNI Jenderal Agus Subiyanto Jamin Prajurit Netral walaupun Presiden Jokowi Berkampanye
Baca SelengkapnyaMarsekal Suryadi Suryadarma Memimpin TNI AU Tahun 1946-1962. Tak Pernah Terpikir Untuk Korupsi Atau Memperkaya Diri Sendiri.
Baca SelengkapnyaCalon Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto berjanji seluruh prajurit TNI tidak akan bertindak arogansi.
Baca SelengkapnyaSekarang banyak aksi pengemudi pakai sirene minta diistimewakan di jalan tol. Presiden Soeharto punya kisah menarik.
Baca SelengkapnyaTNI soal Kasus Sopir Fortuner Arogan Pakai Pelat Dinas Palsu: Melebihi Gaya Tentara di Lapangan
Baca SelengkapnyaPihak TNI memastikan pria berbadan gempal itu bukanlah anggota TNI melainkan sipil.
Baca SelengkapnyaHal ini berdasarkan ST Panglima TNI Nomor : 1681/2018 dan ST Kasad Nomor : 33/2019 tentang penggunaan hak berpolitik.
Baca SelengkapnyaSopir arogan itu sebelumnya ditetapkan polisi sebagai tersangka pemalsuan pelat dinas TNI.
Baca Selengkapnya