Suara Hati Presiden Sukarno Tolak Hasil Konferensi Meja Bundar
Merdeka.com - Kendati secara resmi disepakati oleh pihak Republik Indonesia dan Kerajaan Belanda, diam-diam Bung Karno tak pernah sepakat dengan Perjanjian KMB.
Penulis: Hendi Jo
Pada 27 Desember 1949, secara resmi pemerintah Kerajaan Belanda 'menyerahkan' kedaulatan seluruh wilayah bekas jajahannya kepada Republik Indonesia Serikat (RIS).
-
Mengapa Kyai Makmur menolak bekerja sama dengan Belanda? Pada 14 Oktober 1947 ia ditembak mati oleh Belanda pada Agresi Militer I karena tidak mau diajak bekerja sama.
-
Kapan Bung Karno diasingkan ke Bengkulu? Provinsi Bengkulu pernah menjadi tempat pengasingan Presiden Soekarno selama era sebelum kemerdekaan dalam rentang tahun 1938-1942.
-
Bagaimana patung Bung Karno diresmikan? Pada Rabu (23/8) patung Bung Karno diresmikan di Omah Petroek. Peresmiannya dihadiri tokoh-tokoh penting di antaranya Megawati Soekarnoputri dan Ganjar Pranowo.Di sela-sela mereka, juga tampak budayawan Romo Shindu selaku pemilik tempat.
-
Kapan Soekarno memutuskan Palangka Raya batal jadi ibu kota? Namun sebelum itu, pada 17 Juni 1964, Soekarno sempat melemparkan pernyataan bahwa penetapan Palangka Raya sebagai Ibu Kota Indonesia batal. Ini beriringan dengan keluarnya Undang-Undang No. 10 tahun 1964 tersebut.
-
Siapa yang menolak cinta Presiden Soekarno? Sosok Irma Ottenhoff Mamahit, Pramugari Cantik Berdarah Minahasa yang Menolak Cinta Presiden Soekarno Perempuan cantik nan jelita yang berprofesi sebagai pramugari di pesawat kepresidenan ini menolak rasa cinta Presiden pertama Indonesia.
-
Di mana Bung Karno dilahirkan? Tiga tahun pasca kelahiran Soekarmini, pada 6 Juni 1901 Srimben melahirkan Soekarno di sebuah rumah sederhana di sekitar Makam Belanda kampung Pandean III Surabaya.
Awalnya sempat menimbulkan kegamangan dan keberatan dari beberapa kalangan tertentu di Belanda sendiri. Kehilangan Hindia Belanda memang bukan perkara mudah bagi orang-orang Belanda yang sudah ratusan tahun berkuasa di sana.
"Sebagai hiburan buat Belanda, Konferensi Meja Bundar (KMB) yang didominasi Amerika Serikat (AS), memberikan beban utang negara luar biasa besar kepada RIS," ungkap Frances Gouda dan Thijs Brocades Zaalberg dalam 'Indonesia Merdeka Karena Amerika?'
Dibebani utang Hindia Belanda yang begitu besar (4,5 Miliar Gulden), semula wakil-wakil kaum republik menolak keras syarat tersebut. Tetapi setelah wakil AS, H. Merle Cochran, meyakinkan bahwa bantuan ekonomi AS akan segera tiba setelah penyerahan kedaulatan itu, dengan berat hati para wakil Indonesia menyetujuinya.
"Muncul di benak para pemimpin Indonesia saat itu, terutama Hatta: yang terpenting jadi negara merdeka dulu, soal lain urusan belakang," ujar sejarawan Rushdy Hoesein dalam sebuah diskusi sejarah online bertajuk Perjanjian KMB: Kedaulatan RI atau Kedaulatan RIS yang diadakan oleh Lima Konsorsium Komunitas Sejarah (IDLC, Munasprok, Historika Indonesia, Sudut Kalisat dan Museum Sroedji) pada 27 Desember 2022.
Sukarno Tak Setuju dalam Diam
Selain soal utang tersebut, Indonesia juga dihadapkan pada situasi dilematis untuk menggabungkan diri dalam Uni Indonesia-Belanda yang dipimpin Ratu Belanda. Pada akhirnya, desakan itu disetujui pula mengingat pihak Belanda dalam KMB tersebut tidak ingin lagi memberikan penawaran lain.
"Ya tentu saja, soal itu mau tidak mau disetujui pula oleh Presiden Sukarno," ungkap sejarawan Anhar Gonggong dalam acara yang sama.
Kendati demikian, secara pribadi, Sukarno sendiri merasa keputusan tersebut sangat tidak adil buat Indonesia. Menurutnya, Belanda telah berlaku tidak jujur dengan membebankan utang yang begitu sangat besar kepada bekas jajahannya yang segala sesuatunya masih terbelakang.
"Akan tetapi sebaliknya, mereka menyetujui untuk memberi pengakuan segera dan mutlak tanpa syarat terhadap kedaulatan Republik," ungkap Sukarno dalam otobiografinya, Bung Karno Penjambung Lidah Rakjat Indonesia (disusun oleh Cindy Adams).
Ketidaksetujuan diam-diam Sukarno terhadap hasil KMB juga terbuhul saat dirinya berdiskusi dengan Soetomo (lebih akrab dikenal sebagai Bung Tomo) pada suatu hari di tahun 1950. Bung Tomo yang merasa 'terpukul' dengan hasil KMB itu mendatangi langsung Sukarno di Istana Merdeka, Jakarta.
"Bukankah Bapak sependapat dengan saya bahwa Perjanjian KMB itu, khususnya status Uni-nya di mana kedudukan Bapak Presiden berada di bawah Ratu Belanda, amat menghina kita?" ujar Bung Tomo, seperti dituliskannya dalam buku Bung Tomo: Dari 10 November ke Orde Baru.
"Memang. Perjanjian KMB itu harus dihapuskan…" jawab Bung Karno.
Keluar dari 'Jebakan' KMB
Dalam pidato memperingati Hari Angkatan Perang pada 5 Oktober 1950, Sukarno malah menyebut KMB sebagai sebuah hal yang banyak mengandung pertentangan dan menimbulkan konflik batin (innerlijke tegenstellingen en conflicten). Dia juga mengkhawatirkan perjanjian itu hanya akan menjadi 'dinamit di bawah jembatan yang masih rapuh'.
"Ia diadakan untuk menyelesaikan pertikaian antara Indonesia dengan Belanda, tetapi ia sebaliknya berakhir dengan melahirkan pertikaian baru," ujar Bung Karno seperti tercatat dalam buku Bung Karno dan ABRI.
Keinginan Bung Besar untuk keluar dari 'jebakan' KMB baru mulai terwujud pada Maret 1956. Setelah membayar sekitar 4 Miliar Gulden. Indonesia secara sepihak membatalkan pemberlakuan Perjanjian KMB.
Keputusan radikal itu malah kemudian ditegaskan oleh pemerintah RI dengan menerbitkan UU No.13 Tahun 1956 yang berisi pembatalan secara sepihak seluruh kesepakatan KMB dengan Belanda, termasuk soal Irian Barat. (mdk/noe)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Presiden sudah akan menaikkan pangkatnya bulan Agustus. Tapi dia menolak kesempatan langka menjadi jenderal.
Baca Selengkapnya23 Agustus diperingati Hari Konferensi Meja Bundar yang menjadi sejarah penting kekuatan diplomasi Indonesia.
Baca SelengkapnyaDi masa Demokrasi Terpimpin Presiden Soekarno merumuskan politik luar negeri yang cenderung anti barat dan memihak kepada negara-negara Komunis.
Baca SelengkapnyaPotret lawas orang-orang Belanda berbondong-bondong naik kapal laut saat diusir dari Indonesia beredar di media sosial.
Baca SelengkapnyaPatung Bung Karno berdiri di gerbang Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Yetetkun Boven Digoel. Keberadaannya dipertanyakan keluarga Bung Hatta.
Baca SelengkapnyaDini hari tanggal 16 Agustus 1945, para pemuda menculik Sukarno-Hatta. Kedua pemimpin ini dibawa ke Rengasdengklok. Ini kesaksian Fatmawati soal peristiwa itu.
Baca SelengkapnyaPresiden Kelima RI Megawati Soekarnoputri menghadiri silaturahmi kebangsaan dan penyerahan surat Pimpinan MPR kepada keluarga Bung Karno.
Baca SelengkapnyaOrba tidak merasa puas memakamkan Bung Karno di Blitar untuk menjauhkan rakyat.
Baca SelengkapnyaMegawati sempat membahas tentang TAP MPR Nomor XXXIII/MPRS/1967.
Baca SelengkapnyaMegawati akhirnya bersedia teken UU KPK berdasarkan masukan dari Sekneg kala itu
Baca Selengkapnya