7 Fakta Sungai Citarum, dari Titik Awal Peradaban Sunda hingga Rusak karena Manusia
Merdeka.com - Citarum merupakan sungai terpanjang dan terbesar di wilayah Pasundan, tepatnya Provinsi Jawa Barat. Sungai Citarum merupakan sungai yang memiliki nilai sejarah di tataran Sunda pada era kejayaan Kerajaan Tarumanegara.
Namun sangat disayangkan, sungai yang berpengaruh di tatar Pasundan tersebut telah masuk dalam kategori sungai dengan tingkat pencemaran yang tinggi di Dunia sejak tahun 2007. Padahal jutaan orang tergantung langsung hidupnya dari sungai ini.
Sungai Citarum yang dulu menjadi awal peradaban Sunda, kini telah berubah dan semakin tercemar karena ulah manusia. Berikut faktanya.
-
Kenapa Sungai Citarum dinamai Citarum? Banyaknya tanaman tarum di sekitar sungai, akhirnya masyarakat di zaman dahulu menamai sungai besar itu dengan nama Citarum (Ci=cai atau air dan Tarum=bunga tarum).
-
Bagaimana orang Sunda beradaptasi dengan Sungai Citarum? Saat itu, kawasan Bandung masih berupa danau purba yang sangat luas dan dalam, sehingga masyarakatnya sudah akrab dengan wilayah perairan dan berhasil beradaptasi dengan mengembangkan komunitas di generasi-generasi selanjutnya.
-
Apa yang istimewa dari Sungai Citumang? Pesona alam Sungai Citumang dapat dinikmati dengan berbagai cara. Pengunjung dapat merasakan kesegaran sungai dengan berenang di airnya yang jernih. Selain itu, wisatawan juga bisa melakukan snorkeling di sungai ini untuk melihat keindahan bawah airnya.
-
Apa fungsi Sungai Cibanten di masa kerajaan Banten Girang? 'Cibanten ini sangat vital pada masanya, karena sebagai rute transportasi, juga sebagai pertahanan di masa Kerajaan Banten Girang,' terangnya.
-
Siapa yang membantu masyarakat di sekitar Sungai Citarum? Indra Darmawan adalah sosok yang berperan penting dalam Yayasan Bening Saguling.
-
Apa kegunaan sungai Kalimas di masa lalu? Pada masa lalu, Kalimas adalah pintu gerbang menuju ibu kota Kerajaan Majapahit di Trowulan Mojokerto.
Titik Awal Peradaban Sunda
Dalam perjalanan sejarah Sunda, Citarum erat kaitannya dengan Kerajaan Taruma, kerajaan yang menurut catatan-catatan Tionghoa dan sejumlah prasasti pernah ada pada abad ke-4 sampai abad ke-7.
Komplek bangunan kuno dari abad ke-4, seperti di Situs Batujaya dan Situs Cibuaya menunjukkan pernah adanya aktivitas permukiman di bagian hilir. Sisa-sisa kebudayaan pra-Hindu dari abad ke-1 Masehi juga ditemukan di bagian hilir sungai ini.
Leluhur sunda juga sudah mengingatkan masyarakat untuk tetap merawat sungai Citarum melalui Sajak Sunda Kuno yang berbunyi, Hana nguni hana mangke, tan hana nguni tan hana mangke.
Dilansir dari Mongabay.com, kalimat tersebut merupakan Bahasa Sunda Kuno yang berarti ada dahulu ada sekarang, tak ada dahulu tak ada pula sekarang. Yang terangkum dalam Buku Manusia Sunda, Karangan Ajip Rosidi.
Pembatas Dua Kerajaan
Sejak runtuhnya Taruma, Citarum menjadi batas alami Kerajaan Sunda dan Galuh, dua kerajaan kembar pecahan dari Taruma, sebelum akhirnya bersatu kembali dengan nama Kerajaan Sunda. Citarum juga disebut dalam Naskah Bujangga Manik, suatu kisah perjalanan yang kaya dengan nama-nama geografi di Pulau Jawa dari abad ke-15.
Bukti Sungai Citarum Menjadi Pembatas Kedua Belah Kerajaan Di Pasundan
Wikipedia 2020 Merdeka.com
Pemanfaatan di Era Modern
Sejak lama Citarum dapat dilayari oleh perahu kecil. Penduduk di sekitarnya memanfaatkan sumberdaya perikanan di sungai ini, baik secara tradisional dengan cara memancing atau menjala, atau dengan membudidayakan ikan dalam keramba jaring apung di waduk dan bendungan. Karena banyaknya debit air yang dialirkan oleh sungai ini, maka dibangun tiga waduk (danau buatan) sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dan juga untuk irigasi persawahan di sungai ini: 1. PLTA Saguling di wilayah hulu DAS Ci Tarum2. PLTA Cirata di wilayah tengah, dan3. PLTA Ir. H. Djuanda atau lebih dikenal sebagai PLTA Jatiluhur, di wilayah hilir.
Air dari Citarum dimanfaatkan sebagai pasokan air minum untuk sebagian penduduk Jakarta. Irigasi di wilayah Subang, Karawang, dan Bekasi juga dipasok dari aliran sungai ini. Pengaturannya dilakukan sejak Waduk Jatiluhur.
Waduk Saguling Merupakan Salah Satu Waduk Yang Dioprasikan Untuk PLTA Antaranews.com
Rusak Akibat Pencemaran Industri
Dilansir dari situs Citarum.org, sungai tersebut saat ini kondisinya sangat mengkhawatirkan. Sejak tahun 2016, Sungai Citarum mulai mengalami penurunan dalam memenuhi daya pasok air. Sungai ini selalu mengalami banjir saat musim hujan dan kekeringan saat musim kemarau.
Menurut situs tersebut keadaan itu merupaka indikator yang menunjukkan bahwa telah terjadi kerusakan Daerah Aliran Sungai. Kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS) yang kritis, terutama di bagian hulu, telah menurunkan kemampuan daya dukung pasokan air.
REUTERS/Darren Whiteside
Kini Dikelilingi 500 Pabrik
Citarum.org menyebut terdapat sekitar 500 pabrik berdiri di sekitar aliran Sungai Citarum. Selain itu, ada tiga waduk PLTA yang dibangun di alirannya, ditambah adanya penggundulan hutan berlangsung pesat di wilayah hulu. Kondisi tersebut memperparah keadaan Sungai Citarum kini.
REUTERS/Darren Whiteside
15 Juta Jiwa Bergantung ke Sungai Citarum
Jumlah keluarga yang mendiami bantaran Sungai Citarum mencapai 15.950.299 jiwa atau 35,8 % dari total pendudukan Provinsi Jabar (44.548.431 jiwa). Citarum.org menyebut, data tersebut didapat pada tahun 2012 dan diperkirakan jumlahnya semakin meningkat.
REUTERS/Darren Whiteside
Upaya Pemerintah
Sejak tahun 2018 lalu pemerintah terus berupaya untuk memperbaiki Daerah Aliran Sungai (DAS) di titik-titik yang dianggap memiliki tingkat pencemaran tinggi di Sungai Citarum, program tersebut diberi nama Citarum Harum.
Program Citarum Harum sendiri terlaksana di bawah komando langsung pemerintah pusat pelaksanaanya lebih terintegrasi dalam rangka mendukung upaya percepatan dan pengendalian air sungai. Menurut situs resmi Citarum Harum, Citarum.id upaya tersebut adalah Gerakan Bersama dalam mengembalikan keadaan Citarum sebagai penghasil air untuk sebagian besar masyarakat di Jawa Barat. Akibat dari maraknya pencemaran limbah ternak, limbah industri, limbah manusia, limbah medis, kerusakan biota sungai terjadi sedimentasi tanah hingga abrasi di sekitaran DAS Citarum.
Merdeka.com (mdk/nrd)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sungai Citarum jadi bukti kalau orang Sunda zaman dulu merupakan bangsa akuatik.
Baca SelengkapnyaSungai Cibanten dulu menjadi tonggak kehidupan sosial masyarakat di Banten
Baca SelengkapnyaKonon, nama Citarum diambil dari sebuah tumbuhan "ajaib" bernama Tarum yang dahulu digilai Belanda.
Baca SelengkapnyaMusim kemarau berkepanjangan membuat aliran Sungai Citarum mengalami kekeringan parah.
Baca SelengkapnyaDahulu danau ini tercipta akibat erupsi gunung purba di Bandung
Baca SelengkapnyaSiapa yang menyangka bahwa Bandung dahulunya merupakan lautan. Ini buktinya.
Baca SelengkapnyaMemiliki debit air yang cukup besar, sungai Serayu juga menyimpan kisah sejarah yang menarik disimak.
Baca SelengkapnyaIni fakta-fakta seputar Kali Angke yang bersejarah di Jakarta.
Baca SelengkapnyaPrasasti ini menarik perhatian karena menggunakan bahasa Jawa kuna. Tulisannya pun menggunakan aksara kawi berisi kutukan jika nekat memanfaatkan Sungai Cicatih
Baca SelengkapnyaKonon, Situ Lengkong Panjalu tercipta dari tetesan air zam-zam yang dibawa dari Makkah oleh anak dari raja Hindu yang berkuasa.
Baca SelengkapnyaDibangun pada abad ke-16, Danau Tasikardi di Banten sudah memiliki teknologi pemurnian air yang mumpuni.
Baca SelengkapnyaPeninggalan masa Kerajaan Sriwijaya berupa kawasan permukiman sekaligus barang-barang yang digunakan manusia pada saat itu.
Baca Selengkapnya