Awalnya Tak Sengaja, Warga Tangerang Raup Cuan dari Kaus yang Dilukis Cairan Pemutih
Merdeka.com - Kreativitas bisa lahir dari mana saja, termasuk kesalahan saat mencuci pakaian. Inilah pengalaman unik yang dimiliki seorang warga Kota Tangerang bernama Dedi Jauhari. Ia kini mengembangkan bisnis kaus lukis hingga menghasilkan cuan.
Diungkapkan pria 45 tahun itu, mulanya ia salah memasukkan deterjen dan malah menuangkan cairan pemutih hingga membuat kaus hitamnya luntur. Namun dari kesalahannya itu kausnya justru menjadi lebih unik dan menarik karena memiliki motif luntur yang berpadu dengan warna hitam.
Dari kesalahannya itu, kaus kreasinya disukai oleh banyak orang karena bernilai seni tinggi.
-
Apa yang membuat seseorang kreatif? Dalam bukunya Creativity: The Work and Lives of 91 Eminent People (1996), mengungkapkan bahwa kreativitas adalah hasil dari perpaduan sifat-sifat paradoksal yang tampaknya bertentangan tetapi saling melengkapi.
-
Dimana warga Majalengka mencuci pakaian? Di Desa Bantrangsana, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, musim kemarau turut berdampak, hingga warga terpaksa mencuci pakaian di Sungai Cideres yang keruh.
-
Mengapa warga Majalengka mencuci pakaian di sungai? Tak ada pilihan lain dari warga, karena ini cara tercepat agar kebutuhan mencucinya bisa terpenuhi.
-
Bagaimana cara warga Majalengka mencuci pakaian di sungai? Terpantau di lokasi, sejumlah ibu rumah tangga bergantian mencuci pakaian keluarga mereka karena air di rumahnya sudah tidak bisa mengalir.
-
Hobi apa yang tingkatkan kreativitas? Punya hobi memasak? Skill yang satu ini mungkin dianggap biasa, tapi ternyata kalau rutin dilakukan bisa meningkatkan kreativitas yang dimiliki seseorang, lho!
-
Dimana nama laundry yang lucu bisa ditemukan? Lantas apa saja kumpulan ide nama laundry yang lucu dan unik banget yang bisa menjadi daya tarik tersendiri? Melansir dari berbagai sumber, Kamis (29/8), simak ulasan informasinya berikut ini.
"Di situ saya langsung berpikir bahwa kaus hitam dengan pemutih ini bisa menjadi media lukis baru, saya dan media bisnis baru saya. Akhirnya, di saat pandemi itulah bisnis lukis saya bergeser ke lukis kaus dengan pemutih pakaian ini," kata Dedi beberapa waktu lalu, dikutip dari laman Pemkot Tangerang, Jumat (26/5).
Hasilkan gambar estetik
©2023 Laman Pemkot Tangerang/ Merdeka.com
Ada banyak gambar yang bisa Dedi buat dengan cairan pemutih ini. Mulai dari lukisan tokoh, pemandangan, hambar hewan, dan karya lainnya. Gambar tersebut bisa dipesan sesuai keinginan.
Lebih rinci, dirinya menyebut jika pewarnaannya sendiri dilakukan dengan cara membuat motif. Kemudian bagian tersebut diberi cairan pemutih pakaian. Jika ingin warnanya semakin memutih atau krem, pemberiannya cairan pemutih itu bisa diperbanyak.
“Sejauh menekuni teknik lukis dengan cairan pemutih ini, saya tidak mengalami kesulitan. Hanya saja, butuh ketelatenan dan kepekaan terhadap gelap terangnya gambar," Kata Dedi, di workshop miliknya, Jalan Gang Keramat, nomor 28, RT 03, RW 02, Kelurahan Nerogtok, Kecamatan Pinang.
Dimulai Sejak 2016
©2023 Laman Pemkot Tangerang/ Merdeka.com
Sebelumnya Dedi sudah memulai bisnis ini sejak 2016 lalu dengan mengukuhkan branding “Scutterist”. Mulanya ia belum merambah ke dunia lukis kaus dan hanya di papercart, digital vector, sketsa pensir dan siluet dari media kayu.
Namun berkat inovasi yang bermula dari kesalahannya itu, bisnis lukis kausnya semakin dikenal banyak orang. Produknya pun sudah melanglangbuana mulai dari Jabodetabek, Jawa Barat, sampai ke Bali.
"Selain dipesan untuk keperluan pribadi maupun kado, produk Scutterist juga sering saya ikutsertakan berbagai pameran. Jadi, ya lebih memperkenalkan jika cairan pemutih pakaian juga bisa dijadikan sebuah media lukis dengan karya yang bernilai seni tinggi," katanya.
Untuk pembuatannya, Dedi hanya membutuhkan waktu selama dua jam. Saat ini kaus dengan lukisan cairan pemutih sedang banyak dipesan terutama bergambar wajah.
"Paling banyak diorder adalah gambar wajah pemesan. Namun, paling sulit saat menerima orderan gambar batik, karena cukup banyak detail yang perlu diperhatikan," ungkap Dedi.
Dedi diketahui menjual kausnya Rp150 ribu hingga Rp300 ribuan per biji. Ia juga menjual berbagai jenis, mulai dari kaus lengan panjang dan lengan pendek.
"Pesan sesuai keinginan aja, ada kaus lengan pendek dan juga panjang" tegas Dedi. (mdk/nrd)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Selain memproduksi, Dendi juga memiliki misi lain yakni ingin membantu perekonomian warga di sekitar tempat tinggalnya.
Baca SelengkapnyaPembuatan lurik tradisional ini bisa disaksikan langsung di halaman rumah warga di Kedungampel
Baca SelengkapnyaKusmanto mengklaim motif batik yang ia buat bukanlah motif yang selama ini mudah ditemui di pasaran.
Baca SelengkapnyaDdi tangan santri ini daun jati jadi sumber cuan. Ia membuat lukisan dari daun jati bernilai seni tinggi.
Baca SelengkapnyaGradasi warna dengan motif yang indah membuat batik ciprat ini jadi UMKM unggulan di Desa Kemduo
Baca SelengkapnyaSalah satu keunikan dari produk rajutannya adalah turut mengangkat kebudayaan Banten dengan membuat karakter hewan badak.
Baca SelengkapnyaPria tersebut memberikan kejutan kepada karyawannya dengan menyamar sebagai pelanggan yang ingin mencuci motornya.
Baca SelengkapnyaNanang tersadar, mengakhiri hidup bukanlah solusi terbaik menghadapi masalah yang saat ini sedang mendera.
Baca SelengkapnyaBegitu kreatif, pria tersebut memanfaatkan botol bekas yang sudah tak lagi terpakai.
Baca SelengkapnyaSejumlah karya Wahyu merupakan visualisasi dari para tokoh terkenal, mulai dari mantan Presiden RI ke-4, K.H Abdurahman Wahid (Gusdur).
Baca SelengkapnyaDalam pelatihan ini semua peserta terlibat dalam proses pembuatan untuk mendapatkan ide-ide berwirausaha.
Baca SelengkapnyaSekar Ayu Irawati, seorang pengusaha muda, telah menciptakan sebuah konsep dengan kreativitas daur ulang.
Baca Selengkapnya