Dampak Kebiasaan Sering Bertukar Pakaian, Bisa Sebabkan Kudis
Kebiasaan bertukar pakaian sering dianggap sebagai hal wajar dan tidak berbahaya. Namun, di balik kebiasaan ini terdapat risiko kesehatan yang tidak disadari.
Bertukar pakaian sering kali dianggap sebagai tindakan yang tidak berbahaya. Namun, kebiasaan ini dapat menimbulkan berbagai risiko kesehatan yang serius.
Dampak Kebiasaan Sering Bertukar Pakaian, Bisa Sebabkan Kudis
Kebiasaan bertukar pakaian, baik di lingkungan sosial maupun dalam kegiatan sehari-hari, sering dianggap sebagai hal yang wajar dan tidak berbahaya. Namun, di balik kebiasaan ini terdapat risiko kesehatan yang mungkin tidak banyak disadari. Salah satu dampak potensial yang dapat timbul adalah risiko penularan infeksi kulit.
Artikel ini akan membahas dampak kebiasaan sering bertukar pakaian untuk kesehatan, dengan fokus pada bagaimana praktik ini dapat memicu penularan kudis dan infeksi kulit lainnya.
-
Kenapa pakaian bekas jadi sarang penyakit? Kulit manusia secara alami dilapisi oleh jutaan bakteri, jamur, dan virus, yang secara kolektif disebut sebagai mikrobioma kulit. Setiap kali kita mengenakan pakaian, mikroba-mikroba ini berpindah ke serat kain yang kita pakai. Menurut Dr. Primrose Freestone, dilansir dari Science Alert, 'pakaian dapat menjadi reservoir penting bagi banyak penyakit menular.'
-
Apa aja jenis penyakit yang bisa menular lewat baju bekas? Studi yang dilakukan di beberapa pasar pakaian bekas menunjukkan bahwa mikroba patogen seperti Staphylococcus aureus (penyebab infeksi kulit dan darah), Salmonella, E. coli, serta virus seperti norovirus dan rotavirus dapat hidup pada pakaian yang terkontaminasi.
-
Kenapa sering ganti warna kutek gel bahaya? Keseringan gonta-ganti warna dapat membuat lapisan kuku lembek dan rentan patah.'Penting untuk memberikan kuku istirahat setelah penggunaan kutek gel untuk menghindari kerusakan pada struktur kuku,' kata Kristin Pulaski.
-
Apa yang menyebabkan jamur pada pakaian? Jamur pada pakaian biasanya terjadi akibat kelembaban yang tinggi dan kondisi lingkungan yang mendukung pertumbuhan jamur.
-
Apa yang membuat pakaian biasa jadi tidak nyaman? Ibu hamil sering mengalami perubahan bentuk tubuh seiring bertambahnya usia kehamilan. Hal ini membuat pakaian yang biasa dipakai menjadi tidak nyaman atau tidak sesuai lagi.
1. Risiko Penyakit Kulit
a. Infeksi Jamur
Salah satu risiko utama dari bertukar pakaian adalah infeksi jamur, seperti kurap. Jamur ini dapat menyebar melalui kontak langsung dengan pakaian yang terkontaminasi. Jamur dermatofita, penyebab kurap, dapat bertahan hidup di serat pakaian dan berpindah ke kulit orang lain saat mereka mengenakan pakaian tersebut.
Gejala Kurap:
- Ruam merah yang berbentuk lingkaran.
- Gatal yang parah.
- Bercak-bercak yang dapat menyebar ke area kulit lainnya jika tidak diobati.
Infeksi jamur ini tidak hanya menyebabkan ketidaknyamanan, tetapi juga dapat memerlukan pengobatan jangka panjang dengan antijamur untuk menghilangkannya sepenuhnya.
b. Kudis
Kudis adalah infeksi kulit yang disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabiei. Tungau ini dapat hidup di pakaian dan berpindah ke kulit orang lain saat mereka mengenakan pakaian tersebut. Kudis sangat menular dan dapat menyebar dengan cepat di lingkungan yang padat, seperti sekolah atau asrama.
Gejala Kudis:
- Rasa gatal yang hebat, terutama di malam hari.
- Ruam merah yang dapat menyebabkan luka jika digaruk.
- Infeksi sekunder akibat garukan yang berlebihan.
Kudis memerlukan perawatan medis yang tepat, termasuk penggunaan krim atau lotion yang diresepkan untuk membunuh tungau dan telur mereka.
2. Penularan Bakteri dan Virus
Bertukar pakaian juga dapat menjadi media penularan berbagai bakteri dan virus. Pakaian yang tidak dicuci dengan benar dapat membawa kuman, yang dapat menyebar ke pakaian lain saat dicuci bersama.
Bakteri seperti Staphylococcus aureus dapat hidup di permukaan pakaian dan menyebabkan infeksi kulit. Jika seseorang yang mengenakan pakaian tersebut memiliki luka terbuka atau goresan, risiko infeksi meningkat.
Gejala Infeksi Bakteri:
- Kemerahan dan pembengkakan di area yang terinfeksi.
- Rasa nyeri atau ketidaknyamanan.
- Demam dalam kasus infeksi yang lebih serius.
Dalam konteks pandemi, seperti COVID-19, virus dapat bertahan di permukaan pakaian selama beberapa jam hingga beberapa hari. Meskipun penularan utama virus ini terjadi melalui droplet pernapasan, bertukar pakaian dapat meningkatkan risiko penularan jika seseorang mengenakan pakaian yang terkontaminasi.
Langkah Pencegahan:
- Cuci tangan secara teratur setelah bersentuhan dengan pakaian orang lain.
- Hindari menyentuh wajah sebelum mencuci tangan.
3. Alergi dan Iritasi Kulit
Pakaian yang dipakai oleh orang lain mungkin mengandung residu deterjen, pewangi, atau bahan kimia lainnya yang dapat menyebabkan reaksi alergi atau iritasi kulit. Beberapa orang mungkin memiliki sensitivitas terhadap bahan tertentu yang digunakan dalam proses pencucian atau perawatan pakaian.
Gejala Alergi:
- Ruam kemerahan.
- Gatal atau sensasi terbakar.
- Pembengkakan di area yang terpapar.
Cara Mengurangi Risiko
Mengurangi risiko dampak negatif dari kebiasaan bertukar pakaian melibatkan langkah-langkah pencegahan yang sederhana namun efektif. Berikut adalah beberapa cara untuk mengurangi risiko tersebut:
1. Cuci Pakaian dengan Rutin
Cucilah pakaian secara teratur dengan detergen yang efektif untuk membunuh bakteri dan kuman. Penggunaan air panas dapat membantu membunuh mikroba lebih baik daripada air dingin. Pastikan untuk membilas pakaian dengan baik untuk menghilangkan sisa detergen yang bisa menyebabkan iritasi kulit.
Cara Melakukan:
- Gunakan mesin cuci dengan siklus cuci panas jika memungkinkan.
- Pilih detergen dengan sifat antibakteri jika Anda atau orang lain memiliki kulit sensitif.
- Pastikan pakaian yang digunakan untuk bertukar sudah dicuci bersih sebelum dipakai oleh orang lain.
2. Hindari Bertukar Pakaian Saat Sakit
Jika seseorang mengalami gejala infeksi, seperti flu, batuk, atau demam, hindari bertukar pakaian untuk mencegah penyebaran virus atau bakteri. Pakaian bisa menjadi media bagi patogen untuk berpindah dari satu orang ke orang lain.
Cara Melakukan:
- Selalu pertimbangkan kondisi kesehatan orang yang ingin bertukar pakaian.
- Jika Anda atau orang lain tidak merasa sehat, beri tahu dan hindari bertukar pakaian sampai kesehatan pulih.
3. Gunakan Pelindung atau Lapisan Pelindung
Menggunakan lapisan pelindung seperti t-shirt tipis atau kain bersih di antara pakaian dapat mengurangi kontak langsung dengan keringat dan kotoran dari pakaian sebelumnya. Ini membantu mengurangi risiko kontaminasi kulit.
Cara Melakukan:
- Kenakan lapisan pelindung sebelum memakai pakaian yang akan dipertukarkan.
- Cuci lapisan pelindung ini secara teratur dan pastikan dalam keadaan bersih.
4. Pentingnya Sanitasi dan Kebersihan
Kebersihan lingkungan dan diri sendiri sangat penting untuk mencegah penyebaran infeksi. Menjaga kebersihan tempat bertukar pakaian juga dapat membantu mengurangi risiko.
Cara Melakukan:
- Pastikan area tempat Anda bertukar pakaian bersih dan terjaga.
- Cuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan setelah bertukar pakaian.
- Gunakan desinfektan untuk membersihkan area yang sering digunakan untuk bertukar pakaian.
5. Pilih Pakaian yang Aman dan Bersih
Memastikan bahwa pakaian yang akan dipertukarkan tidak memiliki noda, bau tidak sedap, atau kotoran yang dapat menimbulkan risiko kesehatan. Pakaian bersih dan aman akan mengurangi risiko infeksi dan iritasi kulit.
Cara Melakukan:
- Periksa dan pastikan pakaian dalam keadaan bersih sebelum dipertukarkan.
- Hindari bertukar pakaian yang tampak kotor atau basah.