Mengenal 3 Sosok Barista Tunanetra asal Bandung, Olah Kopi dengan Kemandirian
Merdeka.com - Seorang barista umumnya harus memiliki beberapa kemampuan khusus yang sulit untuk dipelajari. Salah satunya adalah memiliki penglihatan yang tajam untuk memilah kopi dengan kualitas baik.
Namun 3 barista peracik kopi asal Bandung, Jawa Barat memiliki cerita berbeda. Berbekal kemampuan yang dilatih secara mandiri, ke-3 barista tunanetra tersebut mampu menghasilkan kopi dengan kualitas yang luar biasa.
Menggantungkan asanya lewat secangkir kopi, para barista tersebut memiliki kecintaan yang kuat terhadap minuman bercita rasa khas ini.
-
Apa yang dialami barista? RST kemudian menceritakan penganiayaan tragis yang ia alami. Ia menerima cekikan di leher, tonjokan di muka, dan tendangan di badan.Selama itu pula pelaku mengarahkan wajah korban ke air yang mengalir dari kran agar korban tidak dapat bernafas.
-
Bagaimana kopi membangkitkan inspirasi? Kopi adalah bahan bakar untuk meraih mimpi. Seperti kopi yang membangkitkan, bangkitlah dari keterpurukan.
-
Siapa yang bisa menikmati Kopi? Dan kopi tak pernah memilih siapa yang layak menikmatinya. Karena di hadapan kopi, kita semua sama.
-
Bagaimana Kopi bisa memberikan inspirasi? Segelas kopi akan memberimu sebuah inspirasi. Inspirasi mengenai apa yang sebelumnya tidak pernah kamu sangka.
-
Apa yang membuat kopi bisa membuat melek? Salah satu hal yang disukai dari konsumsi kopi adalah mata yang menjadi “melek“ dan lebih terjaga usai mengonsumsinya.
-
Apa manfaat kopi bagi orang yang kurang gerak? Dibandingkan dengan mereka yang tidak minum kopi dan duduk dalam waktu yang lama, peminum kopi yang tidak aktif 1,58 kali lebih kecil kemungkinannya untuk meninggal karena segala penyebab dalam kurun waktu 13 tahun.
Siti Fatimah Iskandar
Liputan6.com 2020 Merdeka.com
Siti Fatimah merupakan barista wanita asal Kota Bandung yang memiliki keterbatasan dalam penglihatan (low vision). Namun keterbatasannya tersebut tidak menghalangi kemahirannya dalam meracik kopi dan menyapa pelanggan yang datang dengan ramah di sebuah cafe di kawasan Jalan Pajajaran.
Wanita 30 tahun tersebut menjelaskan bahwa dia mendapat pengalaman berharga sejak mengikuti pelatihan barista. Mulanya Ia tidak memiliki pengalaman sama sekali di dunia kopi, Ia hanya menyukai minum kopi.
"Jadi benar-benar dari nol. Yang paling sulit itu ketika menggunakan teknik manual," ucap wanita tunanetra low vision itu.
Arfan Ariandi
Arfan Ariandi (Kaos Hitam) Akun Instagram @blindbarista
2020 Merdeka.com
Arfan Ariandi merupakan peracik kopi penyandang low vision asal Kota Bandung, Jawa Barat. Penglihatan pria berusia 24 tahun tersebut sangat terbatas, bahkan mendekati kebutaan.
Tetapi hal tersebut tak mengurangi keinginannya untuk berbagi kopi racikannya kepada masyarakat. Arfan juga memiliki keinginan untuk mempunyai kedai kopi pribadi.
"Saya ingin punya kedai kopi sendiri, kalau tempatnya di mana aja, yang penting ramai," ujar Arfan.
Arfan menjelaskan jika keinginan menjadi barista berawal saat Ia memiliki kegemaran meminum kopi. Menurut pria tersebut kopi buatannya memiliki cita rasa yang tidak kalah dengan kopi buatan lain.
Lewat kemampuannya tersebut, pria asli Bandung ini ingin membuktikan pada orang-orang bahwa tunanetra bisa punya kemampuan seperti orang lain, khususnya dalam mengolah kopi.
"Betul, setidaknya dengan kemampuan ini saya ingin mengubah pandangan masyarakat terhadap kaum tunanetra bahwa kita juga bisa," jelas Arfan.
Yuniarti Saadah
Beritabaik.id 2020 Merdeka.com
Barista ke-3 adalah Yuniarti Saadah. Wanita berusia 25 tahun tersebut bekerja di salah satu cafe di Bandung.Sama seperti Siti Fatimah, Yuni juga memiliki penglihatan yang sangat terbatas.
Dilansir dari Liputan6.com, Yuni bersama rekan-rekannya baru beberapa pekan bekerja di Cafe tersebut setelah mengikuti pelatihan dari Badan Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Sensorik Netra (BRSPDSN) Wyata Guna, lembaga yang dinaungi Kementerian Sosial.
Yuni mengaku bahwa Ia sebelumnya memiliki cita-cita untuk menjadi chef. Selain itu Ia juga menggemari minuman jenis kopi, sehingga hal tersebut yang menuntun Yuni untuk mengikuti pelatihan dari Lembaga yang berkonsentrasi pada penderita low vision tersebut.
Sebelumnya Yuni menjelaskan bahwa Ia pernah memiliki pengalaman meracik kopi di salah satu kedai kopi di wilayah Dago, Bandung, Jawa Barat sehingga dunia kopi bukanlah dunia baru bagi perempuan asal Cililin, Kabupaten Bandung tersebut.
Yuni juga memiliki cita-cita ingin membahagiakan kedua orang tua melalui kemampuannya meracik kopi dan kemandiriannya mencari penghasilan sendiri. (mdk/nrd)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kafe ini nyaman dan kopi buatan barista disabilitas ini sangat enak.
Baca SelengkapnyaKusnadi pernah terpuruk hingga tak percaya diri. Tak lama, ia berhasil bangkit dan memilih mengembangkan usaha bersama agar tidak bergantung ke orang lain.
Baca SelengkapnyaKedai kopi ini jadi salah satu contoh tempat nongkrong yang ramah bagi para penyandang disabilitas
Baca SelengkapnyaKeterbatasan Rully tak menyurutkan niatnya untuk terus dinas dan mengabdi kepada satuan Polri. Sikap tangguh pun juga ditunjukkan sang istri.
Baca SelengkapnyaKini, Fatoni disibukkan dengan kegiatan mengajar Qori' di 22 lembaga TPQ maupun Pondok Pesantren di wilayah Kecamatan Pasirian dan Candipuro.
Baca SelengkapnyaMadani Vokasi Academy merupakan bentuk dari TJSL PNM untuk memberdayakan disabilitas melalui pelatihan.
Baca SelengkapnyaAsap yang dihasilkan diklaim tidak banyak dan cenderung memiliki aroma unik, serupa kopi.
Baca SelengkapnyaPerjalanan hidup Slamet yang penuh rintangan menjadikannya sebagai salah satu sosok inspiratif, terutama bagi masyarakat di sekitar lereng Gunung Merapi.
Baca SelengkapnyaCafe tersebut membuat gebrakan dengan mempekerjakan orang-orang disabilitas dan berhasil membuat takjub.
Baca SelengkapnyaPenjual bakso tersebut berhasil membuka tiga cabang di berbagai wilayah Cirebon, Jawa Barat.
Baca SelengkapnyaPenyandang down syndrome yang bekerja di coffe shop Kopi Kamu sebelumnya telah mengikuti pelatihan agar siap untuk bekerja secara profesional.
Baca SelengkapnyaKisah haru seorang pria berjuang buka warung 'kejujuran' walau penglihatan hanya 10 persen. Semua dilakukan demi keluarga.
Baca Selengkapnya