Mengenal Condre, Senjata Tradisional Asli Cianjur yang Jarang Diketahui
Merdeka.com - Senjata tradisional masyarakat Sunda di Jawa Barat tak melulu soal kujang. Di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat misalnya, terdapat pusaka lain bernama Condre. Secara tampilan, Condre memiliki bentuk yang panjang dan sedikit melengkung.
Condre telah lama kesohor sebagai senjata yang digunakan para leluhur di Cianjur. Menurut informasi yang berkembang, senjata ini pertama kali populer di abad ke-18. Senjata ini juga sarat nilai filosofis sehingga dianggap sakral.
Sayangnya, Condre saat ini menjadi warisan budaya asli Cianjur yang jarang diketahui, sehingga keberadaannya terlupakan. Berikut selengkapnya tentang senjata tradisional asli Cianjur, Condre.
-
Dimana senjata kuno itu ditemukan? Senjata ini ditemukan di hutan dekat daerah Hrubieszow, Polandia timur, seperti dilansir Ancient Pages.
-
Kenapa pedang kuno ini penting? Dilansir Arkeonews, pedang yang ditemukan pada 4 Juni lalu itu memperlihatkan bagaimana indahnya seni abad pertengahan, tidak hanya di Kyrgyzstan saja tapi juga di seantero Asia Tengah.
-
Apa saja senjata kuno yang ditemukan? Senjata yang ditemukan ini mencakup ujung tombak, kapak, dan tiga lainnya yang jenisnya belum teridentifikasi.
-
Siapa yang memakai pedang kuno tersebut? “Pedang ini digunakan oleh seorang tentara Salib yang menetap di negara tersebut setelah Perang Salib Pertama dan mendirikan Kerajaan Yerusalem pada tahun 1099,“ ujar Jacob Sharvit, seorang peneliti dari IAA.
-
Dimana pedang kuno itu ditemukan? Sebuah pedang kuno berbentuk unik ditemukan oleh tiga bersaudara di Amanbaev, sebuah desa di wilayah Talas, Kyrgyzstan.
Menjadi Pegangan Masyarakat Cianjur Zaman Dahulu
Senjata tradisional Cianjur, Condre ©2022 YouTube Kang Yudis/Merdeka.com
Disampaikan Divisi Sejarah Lembaga Kebudayaan Cianjur (LKC) Luki Muharam, Condre sendiri dahulunya menjadi senjata tradisional oleh masyarakat petani di sana. Terdapat sejumlah versi terkait asal mula senjata itu digunakan.
Salah satu yang ia ceritakan, Condre ini dulu sempat digunakan oleh seorang petani kopi setempat untuk membunuh Bupati Cianjur ke-3 bernama Raden Astramanggala atau Raden Aria Wiratanu yang menjabat di tahun (1707-1727).
“Condre ini pertama kali populer, awal abad ke-18, atau sekitar tahun 1700an di mana Bupati Cianjur ke-3 bernama Raden Astramanggala atau Raden Aria Wiratanu tewas setelah terkena sabetan Condre oleh seorang petani kopi” kata Luki, mengutip YouTube Kang Yudis, Rabu (14/12).
Sempat Dilarang Beredar
Kemudian terdapat versi lain, terkait awal mula Condre dikenal sebagai senjata yang “mematikan”.
Saat itu Bupati Cianjur ke-3 bernama Raden Astramanggala atau Raden Aria Wiratanu dikabarkan tewas akibat tusukan Condre oleh seorang pemuda setempat. Usut punya usut, tewasnya bupati yang dikenal juga dengan sebutan Dalem Cicondre itu karena urusan asmara.
Kisahnya bermula saat bupati flamboyant itu berkeliling ke pedalaman Cianjur. Ketika memasuki sebuah desa terpencil, ia berjumpa dengan seorang gadis desa yang memiliki kecantikan luar biasa. Sejak itu, ia merasa jatuh cinta dan hendak melamar gadis tersebut walau dirinya sudah memiliki istri.
Posisi yang sama juga ada pada gadis itu, karena dirinya sudah memiliki calon. Namun orang tua sang gadis merasa tidak bisa menolak pinangan bupati lantaran memiliki kedudukan yang tinggi dan disegani oleh masyarakat Cianjur. Karena tidak suka akan pinangan bupati, calon gadis itu lalu menusuknya dengan Condre saat sang gadis hendak dilamar.
Sejak saat itu, muncul kebijakan senjata Condre dilarang beredar di kalangan masyarakat Cianjur, namun keturunan bupati dan abdi dalem boleh memilikinya.
“Sejak saat itu Condre dilarang beredar di Cianjur, namun tewasnya bupati ke-3 itu membuat keturunannya diwajibkan memiliki Condre di rumahnya” kata Luki.
Punya Bentuk Mirip Cabai
Dilihat sekilas, Condre terlihat memiliki bentuk seperti cabai. Ia bermotif lebar dengan bagian bawahnya meruncing dan sedikit melengkung.
Salah satu tokoh asal Cianjur, Dadang Ahmad Fajar, bentuk cabai dari Condre ini memiliki filosofis yang kuat. Ia menyebut jika filosofi Condre adalah cabai dan ini tidak boleh lupa dibawa oleh masyarakat.
“Bentuknya ini mirip seperti cabai, filosofisnya pun, filosofis cabai. Sehingga kata orang Cianjur: di mana wae urang Cianjur hirup, tapi henteu kabawa ka talanjuran atau di mana saja orang Cianjur hidup, dia tidak lupa akan hal ini” kata dia
Jenis-Jenis Condre
Sementara itu, terdapat dua jenis Condre yang dikenal oleh masyarakat adat di Cianjur yakni Condre Jalu dan Condre Bikang.
Condre Jalu memiliki ukuran serupa badik, namun dengan bentuk yang mirip cabai. Condre Jalu dikenal memiliki gagangnya dengan motif tertentu, dan memiliki tempat atau wadahnya. Sementara untuk yang Bikang, ukurannya lebih kecil dan tidak memiliki gagang karena memiliki motif pegangan spiral (melintir).
Condre juga memiliki ciri khas dengan bidang yang melengkung ke bawah dan sedikit ke atas. Beberapa kalangan mengklaim Condre mirip Rencong, namun letak perbedaannya terdapat di ukuran dan bidangnya.
“Jadi Cianjur memiliki senjata khas, dan demi kepentingan khazanah kebudayaan, Condre ini perlu dilestarikan kembali” lanjut Dadang. (mdk/nrd)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sebuah video memperlihatkan sebuah keris tertua dari Jawa yang disimpan di Museum Belanda. Keris itu pemberian Paku Alam V pada abad ke-19.
Baca SelengkapnyaBaru-baru ini viral orang tadarus dengan membawa senjata tajam di balik bajunya.
Baca SelengkapnyaSaat itu, carok jadi strategi penjajah mengadu domba pribumi dengan jagoan kaki tangan mereka.
Baca SelengkapnyaPedang itu ditemukan dalam kondisi yang cukup baik dan itu cukup mengejutkan.
Baca SelengkapnyaMenak Koncer merupakan tradisi yang berkembang di Dusun Resowinangun, Desa Pledokan, Kecamatan Sumowono, Semarang, Jawa Tengah.
Baca SelengkapnyaAda semangat perjuangan dan keislaman masyarakat Cirebon di balik bendera Macan Ali.
Baca SelengkapnyaNama Kujang berasal dari Kudihyang, atau asal katanya Kudi dan Hyang dalam bahasa Sunda kuno artinya sakti dan memiliki kekuatan tertentu.
Baca SelengkapnyaMasyarakat Jawa mempercayai bahwa tongkat ini memiliki karomah yang kuat. Barang siapa yang memegangnya, diyakini bisa menjadi seorang pemimpin.
Baca SelengkapnyaPedang kuno ini ditemukan seorang pendeteksi logam.
Baca SelengkapnyaSenjata yang dipakai para pejuang pun beragam, jauh dari kata modern seperti bangsa barat.
Baca SelengkapnyaDi balik fungsinya yang sangat penting, senjata ini juga kaya makna filosofis.
Baca SelengkapnyaKeunikan lain dari tradisi panahan ini adalah cara membidiknya yang tidak menggunakan mata, melainkan menggunakan hati.
Baca Selengkapnya