Menyusuri Kampung Unik Salapan Karawang, Hanya Boleh Dihuni 9 Keluarga
Merdeka.com - Jauh dari hiruk pikuk kota, menyusuri jalan panjang dengan hamparan sawah. Sebuah papan bertulis Selamat Datang Kampung 9 tergeletak di bawah pohon rindang. Menjadi penanda sudah sampai di Kampung Salapan, Karawang, Jawa Barat. Sekilas memang nampak sama dengan kampung yang ada di desa-desa lainnya.
Namun, kampung ini punya keunikan tersendiri. Sesuai dengan namanya Kampung Salapan yang berarti 9. Kampung ini hanya boleh dihuni 9 keluarga, terdiri dari 27 jiwa baik orang dewasa hingga anak-anak. Tidak lebih, tidak kurang.
Sejak dulu hingga kini, jumlah kepala keluarga tidak pernah mengalami penambahan. Apabila jumlah keluarga melebihi 9 keluarga, maka salah satu keluarga harus keluar dari kampung ini. Warga Kampung Salapan percaya, jika aturan tersebut dilanggar, maka Kampung Salapan akan mengalami musibah.
-
Siapa yang menghuni kampung tersebut? Pasalnya di sini, seluruh penghuninya merupakan perempuan dan tidak ada laki-laki sama sekali.
-
Dimana letak Kelok 9? Kelok 9 merupakan ruas jalan yang membentang di Jorong Ulu Air, Kecamatan Harau, Kabupaten Lima Puluh, Provinsi Sumatra Barat.
-
Bagaimana warga di kampung itu? Selain memiliki pemandangan yang indah dengan hamparan rumput, warga di kampung tersebut dikenal ramah.
-
Kenapa Kelok 9 dibangun? Tujuan dibangunnya Kelok 9 ini untuk mempermudah akses transportasi dari Pelabuhan Teluk Bayur ke wilayah Timur.
-
Kenapa Kampung di Tasikmalaya ini disebut Kampung Seribu Gua? Dalam tayangan di kanal YouTube FHR 21 Entertainment, dikatakan bahwa wilayah ini merupakan kampung seribu gua.
-
Dimana letak kampung wisata Karawang? Kampung Turis Karawang Tempat wisata ini merupakan kawasan yang menampilkan berbagai budaya dan tradisi Karawang, seperti rumah adat, kesenian, kerajinan, dan kuliner.
Sembilan rumah untuk 9 keluarga mengisi Kampung Salapan. Jika diamati, Kampung Salapan memiliki bentuk rumah yang hampir sama yaitu persegi panjang. 9 tangkai padi tergantung di setiap pintu rumah warga, menjadi bagian dari kepercayaan warga Kampung Salapan.
Selain berisi, ruang tamu, keluarga, dan kamar tidur. Di dalam rumah biasanya terdapat Goah sebagai tempat penyimpanan makanan. Namun ada pula, Goah dijadikan tempat penyimpan sesaji. Sesaji pada ruang Goah ini biasanya terdiri dari bunga 7 rupa, kemenyan, kelapa muda, dan kopi yang diletakkan di atas padaringan (tempat penyimpanan beras).
©2021 Merdeka.com/Kuncoro Widyo RumpokoSebuah tradisi di Kampung 9 juga masih kental hingga kini. Saat dalam acara tradisi mereka akan menggunakan baju adat biru tua dongker. Tradisi yang masih dilakukan ialah adat Nyalin dan Ngabungang.
Upacara Nyalin merupakan rangkaian upacara ritual yang masih dilaksanakan sebagian kecil para petani. Upacara ini dilaksanakan ketika tanaman hendak dipanen dan akan diganti dengan tanaman yang baru. Upacara Nyalin ini dilaksanakan satu tahun satu kali dan dilaksanakan secara individu.
Ngabungbang merupakan tradisi tidak tidur semalaman di tempat terbuka tiap malam Sabtu. Dalam tradisi ngabungbang biasanya ada petuah dari warga kampung tersebut yang ditokohkan. Waktu ritual dilakukan pada malam Sabtu dan dilakukan semalam suntuk dengan tidak tidur semalaman.
©2021 Merdeka.com/Kuncoro Widyo RumpokoDulunya, kampung ini bukan bernama Kampung 9. Melainkan kampung Babakan Nonolo atau Kampung Timbul. Nama Kampung 9 mulai digunakan pada tahun 2010 setelah ditemukan batu bata merah raksasa di areal persawahan oleh tim arkeolog Bandung
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa bata merah berukuran besar 20x35 tersebut diduga peninggalan abad ke-3. Ada juga yang menyebutkan bahwa bangunan ini terlebih dahulu ada sebelum Candi Jiwa berdiri di Batujaya. Bata merah nampak persis dengan bata merah di Candi Batujaya.
Potongan bata merah masih dirawat dalam rumah sebagai bukti sejarah kampung 9. Disimpan oleh tetua Ato, warga tertua di Kampung 9. Batu merah ini menjadi bukti adanya kampung sembilan.
©2021 Merdeka.com/Kuncoro Widyo RumpokoKampung dengan 9 rumah ini nampak asri dengan suasana desa yang khas. Kampungnya yang kecil membuat para warganya hidup berdampingan dan erat ikatan kekeluargaannya.
Rata-rata warga berprofresi sebagai peternak dan petani. Kandang dengan kambing, dan lahan persawahan adalah pemandangan yang mudah dijumpai di kampung ini. (mdk/Tys)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Saat musim hujan tiba, kampung itu benar-benar terisolir karena jalan ke sana terhalang aliran air sungai yang deras
Baca SelengkapnyaSuasana kampung di pagi hari cukup sepi. Yang terdengar nyaring hanyalah suara jangkrik.
Baca SelengkapnyaTak hanya penghuninya yang unik, kondisi alam dan pemandangan di sekitarnya juga mencuri perhatian.
Baca SelengkapnyaPemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta sedang gencar membenahi administrasi kependudukan (adminduk).
Baca SelengkapnyaJarak kampung itu menuju pusat desa mencapai 5-6 kilometer
Baca SelengkapnyaTerdapat sejumlah tahapan pembangunan rumah Siwaluh Jabu yang dibantu dukun.
Baca SelengkapnyaRumah-rumah di sana sudah diwariskan secara turun-temurun
Baca SelengkapnyaPenghuni asli Pulau Rempang yang hidup di hutan belantara kini sudah berada diambang kepunahan.
Baca SelengkapnyaAsal-usul Desa Mertelu dibuktikan dengan adanya petilasan Migit Tiban yang berasa di Dusun Beji, Desa Mertelu.
Baca SelengkapnyaMasing-masing warna rumah mencirikan penduduk di sana. Berikut fakta uniknya.
Baca SelengkapnyaSiapa sangka, rumah sederhana ini bisa dihuni puluhan keluarga.
Baca SelengkapnyaSebuah kampung terpencil tengah hutan dihuni para lansia. Bagaimana kehidupan mereka di sana?
Baca Selengkapnya