4 Fakta Sejarah Masjid Majasem, Jadi Saksi Penyebaran Islam di Klaten
Merdeka.com - Tak jauh dari pusat Kota Klaten, terdapat sebuah masjid tua yang cukup bersejarah. Konon, bagunan masjid di sana sudah berdiri sejak tahun 1385.
Menyambangi masjid itu sesungguhnya tidak terlalu sulit. Dari pusat Kota Klaten, lokasi Masjid Majasem dapat ditempuh sekitar 13 menit menggunakan kendaraan bermotor.
Dilansir dari Jatengprov.go.id, masjid ini jadi saksi bisu penyebaran agama Islam di wilayah Klaten. Keberadaannya masih berhubungan erat dengan Kasunanan Surakarta.
-
Dimana masjid tertua ini berada? Tim Arkeolog Israel menemukan sebuah masjid kuno langka di Kota Rahat, Badui Negev, Israel.
-
Dimana masjid bersejarah itu berada? Situs ini merupakan sebuah masjid yang dibangun dari tanah dan batu oleh dinasti abad pertengahan yang berkuasa di Afrika Utara dan Spanyol.
-
Dimana masjid kuno itu ditemukan? Situs arkeologi Alto da Vigia, di dekat Praia das Maçãs di garis pantai Sintra, mengungkap keberadaan masjid kedua yang berasal dari abad ke-11 dan ke-12 ini.
-
Kapan Masjid Agung Banten didirikan? Dalam laman kebudayaan.kemdikbud.go.id, disebutkan bahwa masjid besar ini mulai dibangun atas perintah Sultan Maulana Hasanuddin, Putra dari Sunan Gunung Jati, sekitar tahun 1552 – 1570 M.
-
Siapa yang menemukan masjid tertua ini? Tim Arkeolog Israel menemukan sebuah masjid kuno langka di Kota Rahat, Badui Negev, Israel.
-
Dimana masjid tertua di Bekasi berada? Bukti lain dari Lemah Abang sebagai gerbang agama Islam bisa dilihat dari keberadaan Masjid Syiarul Islam yang berdiri di Jalan Raya Lemahabang.
Lalu bagaimana sejarah masjid tua itu? Berikut selengkapnya:
Sejarah Masjid Majasem
©jatengprov.go.id
Ketua Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Majasem, Sugimin, mengatakan bahwa di zaman dulu masjid ini adalah sebuah langgar. Namanya Langgar Kalimasada. Konon langgar ini dibangun oleh para wali pada tahun 1385 Masehi.
Setelah masa itu, langgar tersebut sempat tidak terawat. Lalu pada tahun 1780 Masehi, utusan dari Keraton Kartasura memugar langgar berukuran 10x10 meter persegi itu menjadi sebuah masjid.
Prasasti Raja Surakarta
©jatengprov.go.id
Pada dinding masjid, terpahat sebuah prasasti bertandatangan Raja Surakarta Pakubuwana XII. Lalu persis di samping pintu utama masjid, ada sebuah prasasti bertuliskan Masjid Baitul Makmur 1385 M Majasem tanggal 6 Januari 2001.
Sugimin mengaku sudah berusaha mencari bukti soal prasasti itu hingga ke Keraton Surakarta, namun bukti tertulis penanggalan itu telah musnah saat Perpustakaan Keraton Radya Pustaka terbakar.
“Setelahnya, ada sosok Pangeran Ngurawan dari Kartasura sebelum kraton pindah ke Surakarta yang diberikan hak perdikan di sini. Kemudian membangun Langgar Kalimosada jadi Masjid Majasem. Kenapa disebut Majasem, karena di sini dulu banyak tumbuh pohon maja dan pohon asem,” kata Sugimin dikutip dari Jatengprov.go.id.
Ada Makam Kuno
©jatengprov.go.id
Menurut Sugimin, dulunya bangunan asli masjid hanya 10x10 meter persegi. Di dalamnya terdapat 16 tiang penyangga yang terbuat dari kayu dan pondasinya berupa batu. Setelah zaman berkembang, dibangun pula bangunan tambahan berupa serambi dan tempat ibadah khusus putri.
Sementara itu di sebelah barat masjid, terdapat sebuah pemakaman kuno. Makam yang terdiri dari puluhan nisan itu dipercaya menjadi tempat peristirahatan Pangeran Ngurawan dan keluarganya. Pada 22 Juni 2020, bangunan masjid ini ditetapkan sebagai cagar budaya oleh pemerintah.
Daya Tarik Wisata
©jatengprov.go.id
Di Bulan Ramadan ini, Masjid Majasem disemarakkan dengan berbagai kegiatan keagamaan seperti Taman Pendidikan Alquran (TPA) dan kegiatan buka puasa bersama.
Ketua Komunitas Pecinta Cagar Budaya (KPCB) Klaten Wisnu Hendrata menyebutkan pemanfaatan Masjid Majasem ini merupakan salah satu bentuk pelestarian. Cerita yang berkembang di tengah masyarakat tentang masjid ini juga disebut sebagai daya tarik wisata.
“Kami juga mengajak agar pihak terkait melakukan studi lebih lanjut terkait tahun pasti pembangunan masjid. Agar menjadi sarana edukasi bagi generasi selanjutnya,” kata Wisnu dikutip dari Jatengprov.go.id pada Jumat (8/4).
(mdk/shr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Saat ini masjid tersebut hanya tersisa ruang mahrab, pondasi, dan menara yang sudah tidak utuh.
Baca SelengkapnyaMustaka tua itu merupakan bentuk dari akulturasi budaya Hindu-Islam pada masanya
Baca SelengkapnyaMasjid yang berada di samping mal ini merupakan pusat penyebaran Islam di Kota Lumpur
Baca SelengkapnyaMasjid ini ditemukan oleh pendeta tahun 1648 lokasinya terpencil di dalam gang, ini potretnya.
Baca SelengkapnyaMasjid itu punya kemiripan dengan masjid agung Keraton Surakarta.
Baca SelengkapnyaBangunan yang hampir seluruh bagiannya menggunakan kayu itu menjadi bagian dari sejarah masuknya Islam di Sumbar yang berlangsung sejak ratusan tahun.
Baca SelengkapnyaMakam para ulama ini terletak di pemakaman umum desa.
Baca SelengkapnyaMasjid ini menjadi tempat beribadah umat muslim pertama di Cirebon. Inisiator pembangunan adalah Pangeran Cakrabuana, putra Raja Pajajaran.
Baca SelengkapnyaMasjid ini dibangun diatas ukuran 13,1 m × 13,1 m yang terdiri dari 14 pintu jendela, 2 pintu besar, 8 tiang penyangga dan 1 tiang utama
Baca SelengkapnyaMasjid ini memiliki kesamaan dengan Masjid Agung Palembang pada segi arsitektur.
Baca SelengkapnyaMasjid ini dulu sering mengadakan pengajian sebagai salah satu cara melawan kolonial Belanda.
Baca SelengkapnyaDulunya masjid ini menjadi salah satu rumah ibadah terbesar di Minangkabau dan menjadi sentra pengembangan dakwah Islam.
Baca Selengkapnya