5 Fakta Keju yang Unik dan Menarik, Ternyata Dibuat Secara Tak Sengaja
Keju merupakan salah satu produk olahan susu yang sering dikonsumsi sehari-hari. Ini beragam fakta keju yang jarang diketahui.
Keju merupakan salah satu produk olahan susu yang sering dikonsumsi sehari-hari. Keju dapat ditambahkan ke dalam berbagai macam makanan seperti hot dog, burger, hingga beragam olahan kue. Bukan hanya itu, keju juga sering dijadikan topping berbagai minuman manis.
Dibalik rasanya yang lezat, ternyata terdapat berbagai fakta keju yang jarang diketahui. Mulai dari fakta bahwa keju termasuk makanan tertua di dunia, jenis keju yang lebih dari seribu, dibuat secara tidak sengaja, hingga produksi yang berdampak pada meningkatnya emisi karbon.
-
Kenapa keju dangke unik? Keju pada umumnya juga harus melewati proses fermentasi sebelum nantinya diproduksi dan dikonsumsi. Apabila keju biasa difermentasi dengan ragi, sementara keju dangke menggunakan getah pepaya.
-
Kenapa keju cocok untuk bahan makanan? Keju tak akan pernah salah untuk digunakan sebagai bahan tambahan berbagai makanan. Tak heran ragam makanan dengan rasa keju amat sangat populer di seluruh dunia. Rasanya yang khas memang akan memanjakan lidah siapa saja.
-
Apa manfaat keju untuk tubuh? Meskipun makanan tinggi lemak sering dianggap buruk untuk kesehatan manusia, penelitian menunjukkan bahwa dalam jumlah sedang, konsumsi lemak susu dapat menurunkan kolesterol dan mengurangi risiko penyakit kardiovaskular serta kematian akibat semua penyebab.
-
Apa itu keju aroma? Keju aroma adalah camilan viral bercita rasa lezat.
-
Bagaimana cara membuat keju aroma sederhana? Buat adonan tepung terigu dengan cara, 1-2 sdm tepung terigu diberi sedikit air. Jangan sampai cair karna adonan ini berguna sebagai lem kulit lumpianya. Potong keju memanjang, lalu isi didalam kulit lumpia. Sebelum menggulung kulit lumpia, beri sejumput gula pasir di atas kejunya lalu gulung. Setelah digulung, lanjut diberi lem adonan tepung terigu. Lakukan hingga semua bahan habis. Panaskan minyak, lalu goreng diminyak panas sambil terus dibolak-balik agar tidak gosong. Jika warna sudah kuning kecoklatan, boleh diangkat lalu tiriskan. Beri topping sesuai selera. Sajikan.
-
Bagaimana cara membuat keju padat? Proses pematangan keju bervariasi tergantung pada jenis kejunya. Keju lunak seperti brie atau camembert dipatangkan dengan cara dibiarkan di udara terbuka untuk mengizinkan jamur putih tumbuh di permukaannya. Sementara keju keras seperti cheddar atau parmesan memerlukan waktu pematangan yang lebih lama dengan cara disimpan dalam ruang yang dikontrol suhu dan kelembaban.
Jika penasaran, berikut kami rangkum berbagai fakta keju yang unik dan menarik, bisa disimak.
1. Salah Satu Makanan Tertua
Fakta keju yang pertama, disebut salah satu makanan tertua di dunia. Keju dianggap sebagai salah satu makanan tertua di dunia, dengan sejarah yang diperkirakan sudah dimulai lebih dari 7.000 tahun yang lalu.
Bukti arkeologis menunjukkan bahwa pembuatan keju kemungkinan dimulai di kawasan Mesopotamia, wilayah yang kini dikenal sebagai Irak modern. Pada masa itu, manusia mulai memelihara hewan ternak seperti kambing dan domba untuk diambil susunya.
Salah satu teori tentang penemuan keju menyebutkan bahwa susu disimpan dalam kantung yang terbuat dari perut hewan, yang mengandung enzim alami bernama rennet. Enzim ini secara tidak sengaja memisahkan susu menjadi padatan (keju) dan cairan (whey), yang akhirnya melahirkan proses pembuatan keju.
Sejak saat itu, keju berkembang menjadi makanan yang populer di berbagai budaya dan peradaban kuno. Bangsa Romawi dan Yunani kuno, misalnya, dikenal sebagai penggemar keju, dan mereka menyebarkan teknik pembuatan keju ke berbagai penjuru Eropa.
Seiring waktu, metode pembuatan keju menjadi lebih canggih, dengan berbagai varian dan jenis keju yang muncul di seluruh dunia. Keju terus menjadi bagian penting dari tradisi kuliner banyak negara hingga saat ini, menjadikannya salah satu makanan paling bertahan lama dalam sejarah manusia.
2. Dibuat Secara Tidak Sengaja
Fakta keju yang kedua berkaitan dengan sejarah pembuatannya. Keju diyakini pertama kali dibuat secara tidak sengaja ribuan tahun yang lalu. Menurut salah satu legenda, penemuan keju terjadi ketika manusia purba menyimpan susu dalam kantung yang terbuat dari perut hewan.
Di dalam perut hewan tersebut terdapat enzim alami yang disebut rennet, yang berfungsi untuk memisahkan susu menjadi bagian padat dan cair. Saat susu tersimpan dalam kantung ini, enzim tersebut menyebabkan susu menggumpal, membentuk keju dari bagian padatnya, sementara cairannya menjadi whey.
Proses ini kemungkinan terjadi tanpa disadari oleh manusia pada saat itu, hingga mereka menemukan bahwa hasil penggumpalan susu ini bisa dimakan dan tahan lama.
Penemuan tersebut menjadi cikal bakal dari pembuatan keju yang kemudian dikembangkan secara lebih sengaja dan sistematis. Sejak saat itu, manusia mulai menyempurnakan teknik pembuatan keju, menciptakan berbagai metode untuk mengolah susu menjadi keju yang lezat dengan menggunakan bahan dan cara yang berbeda-beda.
Dari proses "kecelakaan" tersebut, keju kemudian menjadi salah satu makanan penting di banyak budaya, dan terus dikonsumsi serta dikembangkan hingga kini.
3. Memiliki Lebih dari 1.800 Jenis
Fakta keju yang ketiga berkaitan dengan jenisnya. Keju memiliki lebih dari 1.800 jenis yang tersebar di seluruh dunia, dengan variasi yang berbeda berdasarkan asal-usul, metode produksi, dan jenis susu yang digunakan.
Keju dapat dibuat dari susu sapi, kambing, domba, hingga hewan-hewan lain seperti kerbau dan keledai. Setiap wilayah dan budaya memiliki cara unik dalam menghasilkan keju, mulai dari keju lunak seperti brie dan camembert, hingga keju keras seperti cheddar dan parmesan. Perbedaan dalam kondisi lingkungan, jenis makanan yang dikonsumsi hewan, serta teknik pengolahan lokal menghasilkan rasa, tekstur, dan aroma yang khas untuk setiap jenis keju.
Keanekaragaman jenis keju ini terus berkembang seiring dengan inovasi dalam produksi dan preferensi konsumen yang berubah dari waktu ke waktu. Setiap negara bahkan sering memiliki keju andalan mereka sendiri yang terkenal, seperti Roquefort dari Prancis, Gorgonzola dari Italia, atau Gouda dari Belanda.
Dengan lebih dari 1.800 jenis yang diakui, keju adalah salah satu produk makanan yang paling bervariasi dan terus dieksplorasi oleh para produsen dan penggemar kuliner di seluruh dunia. Hal ini menjadikan keju sebagai makanan yang tak hanya beragam dalam rasa dan tekstur, tetapi juga kaya akan sejarah dan tradisi di setiap budaya.
4. Kandungan Laktosa Berkurang Ketika Keju Matang
Fakta keju yang keempat berkaitan dengan kandungan laktosa. Keju matang memiliki kandungan laktosa yang jauh lebih rendah dibandingkan keju yang masih segar. Laktosa, yaitu gula alami yang terdapat dalam susu, dipecah selama proses fermentasi keju.
Saat keju diproses, bakteri baik yang ditambahkan dalam susu akan mengubah laktosa menjadi asam laktat. Proses ini menyebabkan penurunan kadar laktosa secara signifikan, terutama pada keju yang mengalami pematangan lebih lama seperti cheddar, parmesan, atau gouda. Oleh karena itu, keju-keju matang biasanya aman dikonsumsi oleh orang yang memiliki intoleransi laktosa.
Seiring dengan bertambahnya usia keju, laktosa hampir sepenuhnya hilang karena fermentasi terus berlangsung. Keju yang telah matang selama berbulan-bulan hingga bertahun-tahun, seperti parmesan, bahkan bisa dikatakan bebas laktosa.
Fakta ini membuat keju matang menjadi pilihan yang lebih ramah bagi individu yang kesulitan mencerna laktosa, sehingga mereka tetap bisa menikmati kelezatan keju tanpa khawatir mengalami gangguan pencernaan.
5. Produksi Keju Meningkatkan Emisi Karbon
Fakta keju yang kelima tentang meningkatnya emisi karbon akibat produksi keju. Produksi keju, terutama jenis keju keras, berkontribusi terhadap peningkatan emisi karbon. Proses pembuatan keju memerlukan banyak energi, mulai dari pemanasan susu, fermentasi, hingga pematangan yang bisa memakan waktu lama.
Setiap tahapan tersebut memerlukan sumber daya seperti listrik dan bahan bakar. Selain itu, produksi susu yang menjadi bahan utama keju juga merupakan salah satu penyumbang besar emisi karbon, karena peternakan sapi menghasilkan gas metana, gas rumah kaca yang lebih kuat dibandingkan karbon dioksida. Dengan banyaknya keju yang diproduksi setiap tahun, dampak lingkungan dari industri ini menjadi signifikan.
Selain emisi yang dihasilkan dari proses produksi, distribusi keju juga berkontribusi pada jejak karbon. Keju keras, yang membutuhkan waktu pematangan lebih lama, sering kali diimpor dan diekspor ke berbagai negara, memerlukan transportasi yang menghasilkan emisi tambahan.
Meskipun keju merupakan produk makanan yang sangat digemari di seluruh dunia, tantangan dalam mengurangi dampak lingkungan dari produksi dan distribusinya semakin menjadi perhatian. Banyak produsen keju kini mulai mencari cara untuk mengurangi jejak karbon mereka, seperti melalui penggunaan energi terbarukan dan meningkatkan efisiensi produksi.