5 Fakta Patung Loro Blonyo, Simbol Kemakmuran dan Keturunan Orang Jawa
Merdeka.com - Patung Loro Blonyo merupakan bagian dari budaya masyarakat Jawa. Biasanya patung ini sering dijumpai pada acara-acara pernikahan atau rumah-rumah orang Jawa yang memegang kental adat budayanya.
Di balik penggunaannya, patung itu memiliki sejarah yang panjang dan makna yang mendalam. Dilansir dari Indonesia.go.id, patung itu konon sudah ada sejak zaman Kerajaan Mataram pada 1476.
Sedangkan menurut Djoko Diyanto, dosen arkeologi UGM, patung Loro Blonyo merupakan simbol sebuah harapan. Keberadaannya di dalam rumah bisa menciptakan aura positif sehingga bisa menjaga kehidupan rumah tangga tetap harmonis. Berikut selengkapnya:
-
Apa yang dimaksud dengan tradisi "piring terbang" di pernikahan adat Jawa? Dalam acara resepsi pernikahan adat Jawa, ada sebuah tradisi yang dikenal dengan istilah “piring terbang”.
-
Bagaimana cara pelaksanaan tradisi "piring terbang" di pernikahan adat Jawa? Seluruh hidangan tidak diberikan pada tamu secara sekaligus. Namun, memiliki urutan tertentu. Beberapa daerah membaginya dengan hidangan pembuka dan makanan berat. Tujuannya adalah agar para tamu bisa menikmati hidangan satu per satu.
-
Apa arti dari Kembar Mayang dalam pernikahan adat Jawa? Kembar Mayang adalah simbol hiasan pernikahan yang memiliki arti filosofis dalam adat Jawa. Kembar Mayang terbuat dari bahan-bahan seperti bunga, daun, dan kain, yang disusun secara simetris untuk menggambarkan kesetaraan dan keselarasan antara dua insan yang akan menikah.
-
Apa yang dilambangkan oleh cermin bulat menurut primbon Jawa? Menurut Primbon Jawa, cermin bulat merupakan simbol dari Cokro Manggilingan.
-
Di mana patung banteng tersebut ditemukan? Menurut keterangan Kementerian Kebudayaan Yunani, arkeolog menemukan patung ini di dekat sebuah kuil.
-
Kapan patung-patung perunggu itu ditemukan? Namun, baru bulan lalu, muncul pecahan kecil yang tidak teridentifikasi dari genangan lumpur dan air.
Arti kata "Loro Blonyo"
©Indonesia.go.id
Patung Loro Blonyo terdiri dari dua patung. Patung perempuannya merupakan simbolisasi Dewi Sri yang juga dikenal dengan Dewi Kesuburan. Sedangkan patung prianya merupakan simbol dari Dewa Wisnu.
Kedua dewa itu kemudian dipertemukan dan menjadi sepasang kekasih. Berkat keserasiannya, pasangan ini kemudian dibuatkan patung yang menyerupai mereka yang kemudian diberi nama Loro Blonyo. Arti Loro Blonyo sendiri adalah kemakmuran dan keturunan atau juga dapat disebut kemakmuran dan kesinambungan.
Kisah Dewi Sri
Sementara versi lainnya menyebutkan bahwa alkisah dulu hiduplah dua saudara kembar yaitu Dewi Sri dan Raden Sadana (kedhono-kedhini). Keduanya saling mencintai dan berhasrat menikah. Namun keinginan itu urung terlaksana karena mereka adalah saudara kandung. Karena putus asa, Sadana bunuh diri dengan harapan dapat bereinkarnasi menjadi manusia lain dan menikah dengan Dewi Sri.
Sepeninggal Sadana, Dewi Sri hidup mengembara dan dikejar-kejar oleh Bathara Kala. Namun di tengah perjalanannya ia ditolong oleh petani. Sebagai balas jasa, dia dengan kesaktiannya memberi para petani itu hasil sawah yang melimpah. Para petani kemudian membalas kebaikan Dewi Sri itu dengan membuatkannya patung dengan Raden Sadana di mana mereka hidup berdampingan. Saat itulah konon awal kemunculan Patung Loro Blonyo.
Bentuk Patung Loro Blonyo
©goodnewsfromindonesia.id
Pada patung Loro Blonyo, patung laki-lakinya memakai kuluk kanigara yaitu tutup kepala para raja berwarna hitam dengan garis kuning yang disusun secara tegak dan melingkar. Selain itu pada pinggangnya terpasang stagen dan diberi sabuk melingkar. Posisi tangan patung itu diletakkan di atas pusar serta posisi kaki bersila dengan telapak jari-jari kaki diperlihatkan.
Sementara itu pada patung perempuan, busana yang dikenakan adalah kemben dengan hiasan di bagian dahi. Bentuk rambut gelungannya lengkap dengan mahkota di bagian atas dan juga mengenakan hiasan di bagian rambut bernama sunduk mentul. Posisi kakinya menunjukkan sikap hormat dengan bagian telapak dan jari kanan dan kiri terlihat.
Kental Nuansa Budaya Jawa
Menurut catatan sejarah, patung Loro Blonyo berkaitan erat dengan kultur budaya Jawa. Pada awalnya, hanya kaum priyayi etnis Jawa yang memilikinya. Biasanya, patung itu diletakkan di bagian tengah rumah joglo kaum priyayi itu. Bagian itu dianggap sebagai wilayah pribadi suami dan istri.
Dalam perkembangan zaman, patung Loro Blonyo yang sebenarnya berasal dari zaman Jawa Kuno ternyata masih hadir di rumah-rumah masyarakat Jawa modern dewasa ini. Biasanya patung itu ditempatkan di depan kamar pribadi atau di ruang tamu sebagai aksesoris interior ruangan.
Mengalami Perubahan Bentuk
Seiring waktu, patung itu terus berkembang melewati arus zaman. Selain itu, perkembangan seni kontemporer juga membuat patung ini mengalami perubahan bentuk. Tak hanya dibuat dalam posisi duduk sebagaimana asalnya, patung ini juga ada yang posisinya berdiri beserta tambahan aksesoris lainnya.
Menurut Djoko Diyanto, dosen arkeologi UGM, patung Loro Blonyo tak hanya menjadi penanda wilayah pribadi suami istri, namun juga menjadi simbol bahwa sang pemilik rumah telah memiliki keluarga. (mdk/shr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Para tamu undangan diperlakukan secara terhormat melalui tradisi piring terbang.
Baca SelengkapnyaSebuah karya seni budaya lokal khas Jombang ini telah ada sejak abad ke-19 yang sudah terdaftar dalam Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Jawa Timur.
Baca SelengkapnyaTradisi lomba Perahu Bidar ini sudah berlangsung sejak Kesultanan Palembang tepatnya pada tahun 1898. Lomba ini juga dikenal dengan istilah Kenceran.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Topeng-topeng ini sudah ada sejak zaman Kesultanan Banten ketika menguasai wilayah Sumatra.
Baca SelengkapnyaGubernur pertama Jawa Timur merupakan salah satu tokoh penting di Bojonegoro.
Baca SelengkapnyaAngka 7 dikenal memiliki makna khusus dalam berbagai budaya di seluruh dunia. Berikut fakta tentang angka 7 yang menarik untuk disimak
Baca SelengkapnyaTak sekedar menyambut Tahun Baru Islam, tradisi Malam 1 Suro ini juga sebagai bentuk pelestarian budaya yang sudah mengakar di masyarakat.
Baca SelengkapnyaTradisi khas masyarakat Minahasa ini menjunjung tinggi simbol gotong royong yang dipadukan dengan rempah-rempah yang sudah melekat erat.
Baca SelengkapnyaMenurut budayawan dan sesepuh Besemah, nama tersebut berasal dari pengucapan orang Belanda yang salah.
Baca Selengkapnya