Dari Dapur ke Lahan, Begini Cara Public Farm Tetap Produktif selama Pandemi
Merdeka.com - Dampak pandemi tidak hanya dirasakan oleh buruh, yang banyak kehilangan pekerjaan. Tapi juga para pengais rezeki di jalanan, seperti tukang becak, dan pedagang di pasar. Ketika tidak ada lagi pembeli di pasar, mereka harus memutar otak agar asap dapur tetap mengepul. Belum lagi tukang becak, yang tak bisa menarik penumpang seperti biasa.
Masalah ini dirasakan oleh sekelompok seniman dan budayawan di Yogyakarta. Melalui Public Kitchen, kelompok yang dipelopori seniman, di antaranya Iwan Wijono dan Sri Wahyuni ini, turun langsung memberi bantuan. Mereka berinisiatif memberikan bantuan berupa nasi bungkus untuk para warga terdampak di daerah Jogja.
Sri Wahyuni, yang ditemui di kediaman Iwan Wijono di Desa Gesik, Kasihan, Bantul, Sabtu (24/7) lalu, menceritakan bagaimana awalnya, Public Kitchen hadir. Ia bersama keenam rekannya, bahu membahu, memasak dan membagikannya sendiri.
-
Mengapa Pasar Pakelan sepi? 'Sudah bubar pasarnya. Tadi pagi ramai. Jam setengah 6 pagi sudah ramai di sini,' kata salah seorang pedagang di Pasar Pakelan.
-
Apa yang dihadapi petani di DIY? 'Menyewa lahan itu mahal. Modalnya tidak sedikit. Kalau gagal panen itu harus ditanggung sendiri,' kata Nurohmad.
-
Apa masalah yang dihadapi petani? Oh, selamat pagi juga. Masalah saya adalah bahwa ladang ini selalu banjir setiap musim hujan.
-
Apa yang terjadi pada para petani? Mereka masih selamat meski mengalami luka bakar.
-
Bagaimana cara tukang becak mengatasi permasalahan di kantor? 'Ya, kalau saya melihat foto istri saya, semua permasalahan apa pun di kantor, menjadi tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan permasalahan dengan dia!'
-
Apa yang membuat tukang becak takut? Ketika sampai di dekat kuburan, Tiba-tiba sang wanita menyuruh becak berhenti. 'Stop, bang,' katanya.Pada saat si wanita turun, tukang becak melihat ternyata kaki wanita berambut panjang itu tidak menapak ke tanah sehingga membuat si tukang becak berkata sambil mengigil: 'Aaaa tidaaa Kuntilanaaaakkk..!'
"Kita langsung gerak, Mas Iwan, Mas Yunus, Anisa orang Malaysia, Adam, mas Budi, kita inisiatif, ngapain pandemi seperti ini, harus berbagi ke orang-orang yang butuh. Biasanya ke kampung rosok. Itu kalau semua (tempat) lockdown (mereka) mau cari di mana? Terus pemilah sampah, tukang becak," cerita perempuan yang akrab disapa Nunik ini.
Berlanjut ke Pembagian Bibit Tanaman Pangan Gratis
Aksi sosial kelompok seniman ini berlangsung sejak April dan setiap harinya, bisa membagikan ratusan nasi bungkus. Tidak hanya berhenti di situ, aksi tersebut justru mendapat banyak dukungan donatur. Dengan semangat itu, akhirnya kelompok seniman ini memutar otak, agar apa yang diberikan pada masyarakat tidak hanya berhenti pada nasi kotak saja.
Iwan Wijono, salah satu pelopor aksi ini, mengaku khawatir jika pandemi ini berlangsung lama, dan ketersediaan pangan masyarakat berkurang. Dari hasil diskusinya bersama seniman dan budayawan Yogyakarta, ia akhirnya 'melahirkan' Public Farm Yogyakarta.
Sedikit berbeda, Public Farm berfokus pada pertanian, berawal dari pembagian bibit tanaman pangan gratis. Bukan tanpa alasan, Iwan mengaku, dengan bibit tanaman pangan, diharapkan masyarakat mampu mengolah kebutuhan pangan mereka lebih mandiri, terlebih saat pandemi.
"Karena orang tidak boleh kerja (karena dampak Covid-19), kalau ini krisisnya panjang, biar (mereka) punya makanan di rumah. Saya bibitnya di sini, bagi-baginya di situ (menunjuk halaman depan rumahnya),” cerita Iwan.
Hasil Pembagian Bibit Tanaman Pangan
Pembibitan dilakukan Iwan di kediamannya, di Desa Gesik, Kasihan, Bantul, sejak Mei 2020. Begitu bibit tanaman pangan jadi, Public Farm membagikannya secara gratis pada masyarakat. Terbukti, banyak masyarakat yang menghubungi Iwan dan datang untuk mengadopsi bibit tersebut. Bahkan, Public Farm sempat kewalahan karena banyaknya peminat dan jumlah bibit yang terbatas.
©2020 Merdeka.com/Siwi Nur/Public Farm Yogyakarta
"Ramai banget, sampai habis-habisan... Tapi sekarang sedikit yang mengambil, karena sudah kerja dan tidak nganggur. Yang pada mengambil sudah panen dan berputar sendiri, punya bibit sendiri dan bisa berbagi," lanjut Iwan.Benar saja, Nunik yang ikut mengadopsi bibit-bibit tersebut, kini sudah menikmati hasilnya. Perempuan asal Kotagede ini mengaku sudah panen. Tak hanya itu, Nunik juga mengaku, hasil panennya bisa dibagi ke tetangga, dan sisanya ia jual untuk penghasilan tambahan. “Saya sudah panen, terong, tomat, cabai. Ini mau panen kacang panjang dan ketela… (Hasil panennya) dibagi ke tetangga dulu, baru kalau sisa, nanti dijual. (Karena) Tidak ada kerjaan, setidaknya kita bisa menghemat uang belanja untuk dapur,” ujar Nunik.
Adakan Workshop Pertanian
Kegiatan Public Farm tidak hanya berhenti pada pembagian nasi bungkus dan bibit tanaman saja. Sejak ada pelonggaran aktivitas dari pemerintah, Public Farm mengadakan workshop pertanian alami. Tentunya, acara tersebut dilaksanakan dengan protokol kesehatan dan membatasi jumlah peserta. "Dari pembagian bibit, kita bergeser ke pertanian alami atau biodinamik. Dari hasil diskusi kita, mengetahui banyak tanah di desa yang rusak, terutama tanah pertanian dan untuk perkebunan," ujar Iwan.Pria yang merupakan lulusan ISI Yogyakarta ini mengaku tertarik dengan pertanian alami. Menurutnya, kondisi pertanian saat ini cukup mengkhawatirkan. Kondisi tanah yang rusak, membuat tanaman tidak bisa tumbuh sehat. Apabila tanaman pertanian tidak sehat, makan akan berimbas pada ketersediaan pangan dan nasib para petani. Inilah yang mendasari Iwan untuk berfokus pada pertanian alami berkelanjutan."Nah kenyataannya tanah rusak, retak-retak, kering, kalau tidak dengan pupuk mahal tidak bisa (tumbuh). Dan kemudian, pak Yos, yang seniman dan juga ahli pertanian lulusan doktor Australia, kita bikin kelas ladang di Gua Selarong," jelasnya.
Adakan Kelas Ladang yang Terbuka untuk Publik
Bersama Public Farm Yogyakarta, Iwan menjembatani siapa saja, yang ingin belajar mengenai pertanian alami. Terbaru, Public Farm bersama Bumdes Guasari, Kasihan, Bantul, mengadakan kelas ladang untuk para pemuda dan petani. Dalam kelas itu, peserta, yang jumlahnya dibatasi, akan diajarkan teknik pertanian biodinamik, bersama praktisi yang juga budayawan, Yosef Suprapto.
©2020 Merdeka.com/Siwi Nur/Public Farm Yogyakarta
Imam Nawawi, Ketua Bumdes Guasari mengaku senang dengan kegiatan yang diinisiasi Public Farm ini. Menurutnya, kegiatan ini tidak hanya sekadar mengisi waktu di kala pandemi, tapi juga akan berpengaruh pada keberlangsungan pertanian di daerah mereka."Kami sepakat membuat wahana edukasi pertanian alami, khususnya untuk Guasari, umumnya untuk Indonesia. Mengajak masyarakat kembali ke pola pertanian leluhur, tidak memakai yang sintetis lagi, jadi makanan yang kita makan itu sehat. Jadi diharapkan setelah memakai pupuk yang kita buat ini, jadi lebih sehat, jadi kita membuat produk yang sehat yang baik, tujuannya itu," jelas Imam saat ditemui di lahan Kelas Ladang di Guasari.Melalui program-program yang diinisiasi lewat Public Farm Yogyakarta, Iwan berharap ke depannya mampu membuat masyarakat lebih sadar urgensi pertanian alami. Terlebih dalam kondisi pandemi seperti ini, pertanian harus kembali bangkit, karena kedaulatan pangan berawal dari pertanian. (mdk/snw)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Perekonomian mereka terangkat berkat Bantuan Keistimewaan Khusus (BKK) yang dianggarkan dari Dana Keistimewaan
Baca SelengkapnyaKonon kerajinan sangkar burung di sana sudah ada sejak zaman Penjajahan Jepang. Namun kini eksistensinya makin redup.
Baca SelengkapnyaProduksi abon miliknya saat ini mencapai 2 ton per hari.
Baca SelengkapnyaWalaupun sepi pengunjung, para pedagang pasar memilih bertahan tetap berjualan
Baca SelengkapnyaKarena dikelola dengan baik, bisnis tersebut terus berkembang hingga sekarang.
Baca SelengkapnyaPedagang membongkar paksa pagar penutup perlintasan sebidang kereta api. Aksi itu mereka lakukan, karena penutupan akses membuat Pasar Rangkasbitung sepi.
Baca SelengkapnyaArea persawahan di Jakarta tersebut terdampak kekeringan panjang
Baca SelengkapnyaPerkembangan teknologi menghadirkan banyak aplikasi yang memudahkan masyarakat untuk berbelanja dari jarak jauh.
Baca Selengkapnya