Diusulkan Jadi Cagar Budaya, Ini Fakta Menarik Eks Stasiun Banjarnegara
Stasiun Banjarnegara punya peran strategis dan nilai sejarah yang tinggi
Stasiun Banjarnegara punya peran strategis dan nilai sejarah yang tinggi
Diusulkan Jadi Cagar Budaya, Ini Fakta Menarik Eks Stasiun Banjarnegara
Stasiun Banjarnegara merupakan stasiun kereta api non-aktif yang berada di pusat Kota Banjarnegara, Jawa Tengah. Stasiun ini dibuka bersamaan dengan diresmikannya jalur kereta api Purwareja-Banjarnegara pada tanggal 18 Mei 1898.
Sejak tahun 1978, stasiun ini sudah tidak aktif lagi bersamaan dengan matinya jalur kereta api Wonosobo-Banjarnegara-Purwokerto. Kini stasiun itu dijadikan sebagai toko bahan bangunan.
-
Apa ciri khas Stasiun Binjai? Stasiun ini memiliki ciri khas bangunan yang didominasi dengan gaya Belanda.
-
Kenapa Stasiun Sawahlunto jadi museum? Dengan banyaknya peninggalan sejarah bernilai tinggi maka PT. KAI bersama Pemkot Sawahlunto memutuskan untuk mengubah stasiun tersebut menjadi museum.
-
Apa yang menjadi daya tarik utama dari wisata Banjarnegara? Banjarnegara adalah sebuah kabupaten yang kaya akan potensi wisata yang menarik untuk dikunjungi. Salah satu daya tarik utamanya adalah keindahan alamnya yang memukau.
-
Apa yang membuat stasiun ini unik? Keunikan Stasiun Lebak Jero terletak pada lokasinya yang berada di tengah-tengah pegunungan serta jalur relnya yang melengkung membentuk kurva S. Stasiun ini juga hanya memiliki dua jalur dengan jalur belok terpendek di Jawa Barat, yang hanya dapat menampung maksimal lima gerbong kereta api.
-
Apa keunikan Stasiun Bedono? Berada pada ketinggian 711 mdpl, stasiun ini menjadi stasiun kereta api tertinggi di Jawa Tengah.
-
Dimana Stasiun Tanjungkarang dibangun? Kota Bandar Lampung memiliki stasiun yang terkoneksi dengan Kota Palembang, Sumatra Selatan, yang bernama Stasiun Tanjungkarang.
Wacananya, stasiun itu akan diaktifkan lagi seiring dengan reaktivasi jalur Purwokerto-Wonosobo. Namun terbaru, bangunan itu akan dijadikan sebagai cagar budaya. Apalagi walaupun sudah lama tidak aktif, bangunan stasiun itu masih tampak kokoh.
Masuk ke dalam kantor utama, di tembok kanan ruangan terdapat peta jadwal kereta api jurusan Purwokerto-Wonosobo-Banjarsari-Purbalingga dengan titi mangsa berlaku pada 3 November 1966. Sayangnya peta tersebut sudah rusak parah dimakan rayap.
Pintu-pintu utama stasiun masih kokoh dan terawat baik, begitu pula dengan ubin dan tegel kunonya. Hanya saja sebagian tembok sudah kusam dan terkelupas karena dimakan zaman.
Sementara di area emplasemen stasiun, jalur kereta dan rel sudah tidak tampak sama sekali. Tapi berdasarkan keterangan Tim Leader Penjagaan Aset PT KAI DAOP V Purwokerto Indra Wisata, rel di stasiun itu sebenarnya masih utuh hanya saja terkubur di dalam tanah.
Ketua Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Banjarnegara Heni Purwono mengatakan bahwa stasiun kereta api itu menjadi prioritas utama untuk dikaji dan diusulkan menjadi bangunan cagar budaya.
Hal ini dikarenakan, selain nilai sejarah yang tinggi juga rawan terhadap pembongkaran atau perubahan bentuk.
“Dari nilai sejarah, keberadaan kereta api di Banjarnegara sangat berperan dalam tumbuh suburnya pergerakan nasional dengan Syarikat Islam-nya, sehingga tokoh-tokoh nasional seperti HOS Tjokroaminoto dan Haji Agus Salim kerap berkunjung ke Banjarnegara,”
terang Heni dikutip dari Liputan6.com.
Heni mengatakan, ada potensi kerawanan dari bangunan Stasiun Banjarnegara. Ia berharap kelak apabila ditetapkan menjadi bangunan cagar budaya maka stasiun itu akan lebih terlindungi dan memiliki nilai sewa atau nilai jual yang lebih tinggi karena nilai sejarahnya.
“Saya berharap semua bangunan bergaya kolonial yang masih baik kondisinya di Banjarnegara bisa dipertahankan, agar generasi mendatang bisa belajar tentang sejarah dari bangunan-bangunan yang masih tersisa,” kata Heni.