Dulunya Hanya Bisa Dinikmati Kaum Bangsawan, Ini Fakta Sejarah Kuliner Garang Asem
Kuliner ini memiliki cita rasa unik dengan memadukan tiga rasa yang berbeda.
Kuliner ini memiliki cita rasa unik dengan memadukan tiga rasa yang berbeda.
Dulunya Hanya Bisa Dinikmati Kaum Bangsawan, Ini Fakta Sejarah Kuliner Garang Asem
Jawa Tengah memiliki kekayaan sajian kulinernya. Rasanya beragam, ada yang manis, asin, asam, pedas, gurih maupun perpaduan rasa.
Salah satu kuliner unik asal Jawa Tengah adalah garang asem. Mengutip Indonesiakaya.com, kuliner garang asem telah menjadi sajian populer pada beberapa daerah seperti Kudus, Semarang, Grobogan, dan Pekalongan. Nama “garang asem” sendiri terdiri dari kata “garang” yang artinya pedas dan “asem” karena rasanya asem.
-
Siapa yang biasa makan Garang Asem? Konon, dulunya Garang Asem ini adalah makanan mewah yang hanya dapat dinikmati oleh kalangan atas atau bangsawan.
-
Kenapa Garang Asem dianggap makanan mewah? Konon, dulunya Garang Asem ini adalah makanan mewah yang hanya dapat dinikmati oleh kalangan atas atau bangsawan.
-
Apa cita rasa utama Garang Asem? Nama Garang Asem di ambil karena makanan tersebut memiliki cita rasa pedas (Garang) dan asam (Asem).
-
Dimana Garang Asem terkenal? Maka dari itu, makanan ini sangat terkenal di kota tersebut.
-
Dari mana asal sayur asem? Sayur asem adalah hidangan yang cocok untuk mewujudkannya.
-
Makanan khas apa yang terkenal di Jawa Barat? Jawa Barat terkenal dengan makanan-makanannya yang memiliki cita rasa pedas gurih.
Ada juga yang percaya kuliner tersebut berasal dari Desa Garang di daerah Kudus. Karena itu garang asem menjadi sangat terkenal di Kudus dan banyak warga di sana yang menjajakan kuliner tersebut.
Kuliner garang asem terbuat dari daging ayam yang dimasak dengan rempah-rempah ditambah belimbing wuluh untuk memberikan rasa asam. Makanan ini diberi cabai untuk memberikan rasa pedas.
Rasa gurihnya didapat dari penggunaan santan yang memanjakan lidah Ketika disantap. Uniknya garang asem dimasak dengan cara dibungkus daun pisang dan dikukus selama beberapa jam.
Dulunya, sajian yang mencampurkan rasa gurih, pedas, dan asam ini hanya bisa dinikmati kalangan bangsawan.
Hal ini dikarenakan penggunaan rempah-rempah dan bahan baku daging ayam kampung harganya relatif mahal pada waktu itu.
Karena rasanya yang nikmat, garang asem kemudian menjadi menu favorit Mangkunegara VI selama bertahta.
Slamet Raharjo, pemilik Resto dan Hotel Omah Sinten di Solo, mengatakan bahwa salah satu kunci dari kenikmatan garang asem adalah belimbing wuluh putih yang tumbuh di Pura Mangkunegaran.
Dengan belimbing wuluh putih, makanan akan terasa lebih segar. Namun jika ditanam di luar Pura Mangkunegaran, buahnya berubah menjadi hijau seperti belimbing wuluh pada umumnya dan rasanya tidak sama lagi.
Garang asem memiliki rasa yang unik dan cocok dinikmati bersama nasi hangat. Rasa pedas dari cabai merah, rasa gurih dari santan, dan rasa asam dari belimbing wuluh mampu menghasilkan perpaduan rasa yang lezat di mulut.
Penyajiannya yang menggunakan daun pisang juga menghasilkan aroma yang menggugah selera.
Kenikmatan garang asem yang menyebar cepat ke seluruh tanah Jawa memunculkan berbagai variasi di beberapa daerah.
Di Pekalongan, kuliner garang asem dibuat dengan daging sapi yang disajikan dengan kuah bumbu kluwek dan ditambahkan telur rebus.
Penyajiannya juga berbeda dari biasanya. Garang asem di Pekalongan tidak dibungkus daun pisang, melainkan langsung disajikan dalam mangkuk. Rasanya pun lebih mirip rawon.