Menilik Ponpes Al-Achsaniyyah, Pesantren Khusus Penyandang Autisme di Kudus
Merdeka.com - Di daerah Kudus, Jawa Tengah, ada pondok pesantren khusus penyandang autisme. Namanya Ponpes Al-Achsaniyyah.
Dilansir dari Panduanterbaik.id, pesantren bagi anak berkebutuhan khusus itu dibangun pada tahun 2007 di atas tanah wakaf seluas 3.800 meter persegi atas nama K. Kusmin di Desa Padawang, Kecamatan Bae, Kudus.
Pada mula berdirinya, ponpes itu diberi nama Pondok Pesantren Modern Al-Achsaniyyah. Namun karena pendirinya memiliki ketertarikan pada anak-anak autis, maka ponpes itu kemudian diganti menjadi Pondok Pesantren Autis Al-Achsaniyyah.
-
Kapan Pondok Pesantren Musthafawiyah didirikan? Melansir dari beberapa sumber, ponpes ini didirikan pada 12 November 1912 oleh Syeikh Musthafa bin Husein bin Umar Nasution Al-Mandaily.
-
Dimana letak awal Pondok Pesantren Musthafawiyah? Awalnya, ponpes ini berada di Desa Tanobato, Kabupaten Mandailing Natal.
-
Siapa pendiri Pondok Pesantren Musthafawiyah? Melansir dari beberapa sumber, ponpes ini didirikan pada 12 November 1912 oleh Syeikh Musthafa bin Husein bin Umar Nasution Al-Mandaily.
-
Siapa yang mendirikan pesantren di Situ Wanayasa? Dahulu, sosok ini memiliki peran untuk mengislamkan wilayah Purwakarta, terutama di kaki Gunung Burangrang. Bukan sosok sembarangan, ia merupakan keturunan Banten. Dahulu, Kiai Ageung pernah mendirikan pondok pesantren yang berada di sekitar Situ Wanayasa.
-
Siapa yang membangun Pesantren Bumi Tanah Jawi? Cak Diqin mendirikan Pondok Pesantren (Ponpes) Tahfidz Qur’an Bumi Tanah Jawi di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.
-
Dimana Syekh Basyaruddin mendirikan pesantren? Maka dari itu Syekh Basyaruddin mendirikan pesantren di Gunung Munggut yang berada di utara desa.
Lalu seperti apa pendidikan dijalankan di pondok pesantren itu? Berikut selengkapnya:
Berawal dari Keprihatinan
©YouTube/BETA TV
Dilansir dari Wikipedia, KH. M. Faiq Afthoni mendirikan pondok pesantren itu karena memiliki keprihatinan pada anak-anak penyandang autis. Kebanyakan dari mereka ditelantarkan di jalan dan tidak mendapatkan perhatian publik. Begitupun pada lembaga-lembaga Islam lain, keberadaan anak autis ini masih dipandang sebelah mata.
Di tempatnya sendiri, ponpes itu memiliki nama “Pesantren Tepat Teknologi Islam”. KH Faiq khawatir apabila keberadaan pondok itu diketahui secara jelas, maka dimungkinkan kedatangan masyarakat baik untuk berkunjung maupun memondokkan anak maupun saudaranya yang autis tidak sesuai dengan jumlah SDM yang tersedia di pondok pesantren itu.
Kondisi Santri di Al-Achsaniyyah
©YouTube/BETA TV
Secara garis besar, santri di Ponpes Al-Achsaniyyah dibagi menjadi tiga kelompok yaitu zero (tidak mandiri dan memerlukan pendampingan secara intensif), menengah (sudah mampu berkomunikasi dan melakukan kegiatan meski dengan pendampingan), dan mandiri (bisa melakukan komunikasi dengan santri lain secara pengawasan).
Para santri di Al-Achsaniyyah berasal dari daerah-daerah yang berbeda. Pada tahun 2020 lalu tercatat ada 130 santri yang terdaftar di ponpes tersebut. Sebanyak 80 persen merupakan santri putra, dan 20 persen merupakan santri wanita. Jumlah itu cenderung fluktiuatif karena sebagian santri datang dan pergi.
Sekolah Formal
©YouTube/BETA TV
Pada 2023, pondok pesantren itu menangani anak-anak berkebutuhan khusus lainnya seperti down syndrome, disleksia, hiperaktif, dan lain sebagainya. Selain itu, di dalam kompleks pondok pesantren terdapat juga sekolah SDLB Sunan Kudus.
Kegiatan di pondok pesantren ini dimulai pada pukul 04.00 dengan kegiatan mandi bergiliran. Acara dilanjutkan dengan salat berjemaah dan kemudian mengaji. Sekitar pukul 06.00, anak disuruh berjemur. Kemudian agenda dilanjutkan dengan pemeriksaan kesehatan. (mdk/shr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pimpinan Ponpes Khoirur Rooziqiin, Ali Murtado mengatakan, telah terjadi kesepakatan antara ponpes dengan ahli waris soal akses jalan.
Baca SelengkapnyaPesantren ini berencana mendirikan Posyandu Center of Excellent.
Baca SelengkapnyaBanyak santrinya merupakan mantan penjahat dan pecandu narkoba.
Baca SelengkapnyaPondok Pesantren Al Fatah di Desa Temboro Kabupaten Magetan ini jadi pusat Jemaah Tabligh terbesar di Asia Tenggara. Santrinya bisa naik kuda hingga unta.
Baca SelengkapnyaDinding kayu seadanya hingga sumber air yang jauh dari layak.
Baca SelengkapnyaSelain mengajar, sosoknya disebut telah berhasil mendirikan pesantren yang disisihkan dari gaji sendiri.
Baca SelengkapnyaBegini potret Pondok Pesantren yang berada di puncak pegunungan kapur Ponorogo yang sempat dikenal angker.
Baca SelengkapnyaDi ponpes ini, para santrinya digembleng untuk bisa menjadi seorang hafiz
Baca SelengkapnyaAkses jalan menuju pesantren cukup sempit dan menanjak. Lokasinya juga berada di antara rumah-rumah warga.
Baca SelengkapnyaPesantren tersebut awalnya sebuah gubuk yang difungsikan untuk pengajian rutin.
Baca SelengkapnyaTak hanya desain luar yang persis kapal, di dalamnya dilengkapi kemudi dan jangkar.
Baca SelengkapnyaPuskestren merupakan sebuah klinik yang di dalamnya terdapat fasilitas kesehatan yang dilengkap AC dengan 3 ruang rawat inap dan 1 ruang pemeriksaan.
Baca Selengkapnya