Peristiwa 27 Juni: Demo Pemberedelan Media Massa, WS Rendra Ditangkap Aparat
Merdeka.com - Tepat hari ini, 27 Juni pada tahun 1994 silam, para wartawan, aktivis, dan seniman melakukan demonstrasi di halaman kantor Departemen Penerangan, Jalan Merdeka Barat, Jakarta. Aksi unjuk rasa tersebut dilakukan untuk memprotes pemberedelan atau pencabutan SIUPP (Surat Izin Usaha Penerbitan Pers) tiga media massa, yaitu Tempo, DeTik, dan Editor.
Ratusan orang melakukan long march ke kantor Kementerian Penerangan untuk mendesak Harmoko, selaku Menteri Penerangan, untuk membatalkan pencabutan SIUPP 3 media. Salah satu sastrawan dibesar yang menjadi sorotan saat mengikuti unjuk rasa tersebut adalah WS Rendra. Penyair kelahiran 7 November 1935 itu, ditangkap oleh aparat sesaat setelah membacakan bait-bait puisinya.
WS Rendra memang dikenal sebagai sosok pemberani yang tidak segan-segan untuk mengkritik pemerintahan. Melalui karya-karyanya, Rendra dengan lantang menentang segala bentuk penindasan dan kekuasaan yang otoriter. Tak heran jika penyair yang dijuluki Si Burung Merak itu dianggap berbahaya oleh rezim Orde Baru.
-
Kapan demo buruh terjadi? Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Latif Usman menerangkan, pada 14.31 Wib, polisi mendapat laporan massa buruh berdemontrasi di jalan arteri tepatnya sekitar exit tol Cikarang.
-
Dimana demo buruh berlangsung? Elemen buruh melakukan rasa di daerah Bekasi, Jawa Barat dan sekitarnya.
-
Siapa yang berdemo di DPR? Sejumlah kepala desa yang tergabung dalam Persatuan Perangkat Desa Indonesia (PPDI) berunjuk rasa di depan Gedung DPR, Jakarta, Kamis (23/7/2023).
-
Apa tujuan warga demo? Dilansir dari akun Instagram @merapi_uncover, mereka mengadakan arak-arakan itu dengan tujuan 'Mberot Jalan Rusak' di sepanjang Jalan Godean.
-
Mengapa mahasiswa demo di tahun 1965? Para mahasiswa yang tergabung dalam Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) itu tidak puas dengan kebijakan pemerintahan Orde Lama. Mereka terus melakukan demonstrasi dan meminta Presiden Sukarno bertindak tegas terhadap PKI dan menteri-menteri yang tidak becus bekerja.
-
Kapan demo RUU Desa terjadi? Sejumlah kepala desa yang tergabung dalam Persatuan Perangkat Desa Indonesia (PPDI) berunjuk rasa di depan Gedung DPR, Jakarta, Kamis (23/7/2023).
Lantas, seperti apa kronologi demo pemberedelan media dan penangkapan WS Rendra? Simak ulasannya yang dirangkum dari jurnal.uns.ac.id dan Liputan6.com:
Latar Belakang Pemberedelan Media
dailymail.co.uk
Aksi demonstrasi yang dilakukan para aktivis, seniman, dan wartawan pada 27 Juni 1994 adalah buntut dari pemberedelan tiga media, yaitu Tempo, Detik, dan Editor. Sebelumnya, pada 21 Juni 1994, Depertemen Penerangan yang dipimpin oleh Harmoko mengeluarkan surat keputusan pencabutan surat izin usaha penerbitan pers (SIUPP) majalah Tempo melalui Surat Keputusan Nomor 123/KEP/MENPEN/1994.
Tak hanya Tempo, Tabloid DeTik dan Majalah Editor juga mengalami nasib serupa. Pemberdelan ini terjadi diduga karena Tempo menerbitkan berita mengenai dugaan korupsi dalam pembelian 39 kapal perang eks Jerman Timur yang diprakarsai oleh B.J. Habibie, yang saat itu menjadi Menteri Riset dan Teknologi.
Dikutip dalam buku Perkembangan Menonjol Pers Indonesia Periode 1991-1994, pemberedelan ini berawal saat Tempo menerbitkan enam laporan terkait pembelian 39 kapal perang bekas dari Jerman Timur. Tulisan pertama mengenai pembelian kapal tersebut, dimuat pada 4 Juni 1994 dengan judul "Jerman Punya Kapal, Indoneisa Punya Beban". Setelah itu, tepatnya pada 11 Juni 1994, Tempo kembali memuat enam artikel investigsi sekaligus yang seakan-akan melucuti kredibilitas Habibie dan Soeharto.
Demo Pemberedelan Media dan Penangkapan WS Rendra
painterest.com
Pencabutan SIUPP pada 21 Juni 1994 tersebut, membuat para wartawan muda bergerak melakukan protes. Keesokan harinya, aksi unjuk rasa genjar dilakukan dari berbagai kalangan, salah satunya penyair WS Rendra. Sosok yang dijuluki Si Burung Merak itu, dengan lantang membacakan bait-bait puisinya di tengah massa aksi.
Aksi njuk rasa yang berlangsung di halaman kantor Depertemen Penerangan tersebut, diikuti oleh ratusan orang yang terdiri dari kalangan wartawan, aktivis, dan seniman. Massa menyanyikan lagu Padamu Negeri yang kemudian dilanjutkan pembacaan sebuah puisi oleh Rendra. Namun, aksi tersebut dibubarkan oleh aparat karena dianggap tidak mengantongi izin.
Demo yang memprotes pemberedelan media tersebut, akhirnya berakhir dengan penangkapan. Beberapa demonstran, termasuk WS Rendra, ditangkap untuk dibawa ke pengadilan. Namun, tak lama kemudian penyair besar itu dibebaskan dan mengadukan terkait pemberedelan tiga media tersebut kepada DPR.
Momentum Kebangkitan Pers di Indonesia
©2016 Merdeka.com/hartanto rimba
Demo pemberdelan media massa pada 1994 tersebut, justru menjadi momentum kebangkitan kebebasan pers di Indonesia. Para jurnalis muda bertemu dan bersepakat untuk mendirikan organisasi alternatif, yaitu Aliansi Jurnalis Independen (AJI). Beberapa jurnalis senior seperti Goenawan Mohamad, Eros Djarot, Fikri, Andreas, dan lainnya saat itu menandatangani Deklarasi Sirnagalih untuk menolak tunduk terhadap pemerintah.
Sebagaimana kita tahu, pers memiliki peranan penting dalam sebuah negara demokrasi seperti di Indonesia. Sebab, pers menjadi wadah untuk menyampaikan aspirasi, media komunikasi, serta kontrol masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Menurut pasal 33 UU No.40 Tahun 1999 tentang pers, dikatakan bahwa pers merupakan media informasi, pendidikan, hiburan, serta kontrol sosial. Untuk itu, sudah seharusnya insan pers mendapat kebabasan untuk mengontrol, mengoreksi, mengkritik sesuatu yang bersifat konstruktif atau tidak membangun. (mdk/jen)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Polda Metro Jaya menangkap sebanyak 16 orang dari demo berujung kericuhan di depan Gedung DPR/MPR RI dan kantor KPU RI
Baca SelengkapnyaRibuan massa turun ke jalanan dan berkumpul di depan gedung DPR RI di Senayan, Jakarta hari ini, Kamis (22/8).
Baca SelengkapnyaDemonstrasi terkait RUU Pilkada di Semarang berakhir ricuh. Puluhan mahasiswa harus dirawat di rumah sakit dan puluhan lainnya ditahan polisi
Baca SelengkapnyaDesta ikut melakukan demonstrasi di depan Gedung DPR/MPR RI bersama para mahasiswa dari seluruh Indonesia.
Baca SelengkapnyaPolisi sudah sempat mengamankan 30 ban bekas sebelum demo berlangsung.
Baca SelengkapnyaPolisi menyiapkan skenario pengalihan arus lalu di lintas di sekitar kawasan gedung DPR/MPR Jakarta Pusat, Kamis (22/8).
Baca SelengkapnyaHasto mengajak seluruh pihak untuk tetap menggelorakan semangat menjaga demokrasi dan kebebasan berpendapat lewat peringatan 28 tahun Kudatuli.
Baca SelengkapnyaSaling dorong yang terjadi membuat pagar balai kota akhirnya jebol. Sebagian massa tampak masuk ke kompleks balai kota. CCTV, tanaman dan paving block dirusak.
Baca SelengkapnyaPDIP Maknai Tragedi Kudatuli sebagai gerakan melawan rezim otoriter
Baca SelengkapnyaKabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Ade Ary Syam Indardi mengatakan, mereka yang ditangkap oleh polisi terkait kasus tersebut berjumlah empat orang.
Baca SelengkapnyaRatusan mahasiswa tiba-tiba menggeruduk gedung DPR, Jumat (17/5) sore.
Baca SelengkapnyaPenampilan teatrikal Kudatuli 27 Juli ini digelar di depan Kantor DPP PDIP di Jalan Diponegoro Nomor 58, Menteng, Jakarta Pusat.
Baca Selengkapnya