Perpaduan Tradisi dan Dakwah Islam, Ini 4 Fakta Nyadran dalam Budaya Jawa
Merdeka.com - Menjelang Ramadan, masyarakat Jawa banyak yang berkunjung ke makam-makam. Di sana mereka mendoakan para leluhur, membersihkan makam, menaburkan bunga, dan mengadakan acara kenduri. Di kalangan masyarakat Jawa, tradisi unik itu dikenal dengan nama Nyadran.
Dilansir dari Ngawikab.id, kata “Nyadran” berasa dari Bahasa Sansekerta, “sraddha” yang berarti keyakinan. Nyadran biasanya dilakukan pada hari ke-10 Bulan Rajab atau di awal Bulan Sya’ban.
Dalam tradisi itu, masyarakat akan berdoa untuk kakek-nenek, bapak-ibu, serta saudara-saudari mereka yang telah meninggal. Setelah berdoa, mereka menggelar makan bersama, di mana makanan yang disajikan merupakan makanan tradisional seperti ayam ingkung, sambal goreng ati, urap sayur dengan daun rempah, tempe, tahu bacem, dan lain sebagainya. Lantas seperti apa sejarah tradisi itu bermula?
-
Apa yang dilakukan dalam tradisi Mauludan di Desa Kemuja? Kegiatan dilakukan dengan berkumpulnya masyarakat di masjid pada malam hari sebelum 12 Rabi’ul Awwal dan membacakan kisah hidup tauladan Nabi Muhammad SAW, memanjatkan salam dan shalawat sepanjang malam.Selanjutnya, akan dilakukan ritual doa bersama yang diakhiri dengan menyantap makanan dengan seluruh masyarakat yang disebut dengan Tradisi Nganggung.
-
Bagaimana cara warga Indramayu menyambut Ramadan dengan tradisi Ngunjung? Acara ini menjadi salah satu penanda bagi masyarakat untuk menyambut datangnya bulan suci Ramadan. Biasanya, makam-makam di perdesaan akan menjadi ramai saat warga mengadakan tradisi Ngunjung.
-
Apa tradisi di Kampung Jawa Malaysia? Selain itu, bila ada warga kampung itu yang menikah, mereka juga melaksanakan tradisi rewang.
-
Apa tradisi unik di Banyuwangi untuk merayakan Maulid Nabi? Masyarakat di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, memiliki tradisi unik untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Mereka melakukan arak-arakan telur yang digantung pada pohon pisang. Telur ini dihias menggunakan bungkus warna-warni sehingga tampak memikat.
-
Kenapa masyarakat Desa Kemuja merayakan Mauludan? Mauludan merupakan perayaan yang dilakukan oleh masyarakat Desa Kemuja, Kabupaten Mendo Barat, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dalam memperingati serta penghormatan pada hari lahir Nabi Muhammad SAW yang jatuh pada 12 Rabiul Awal.
-
Apa tradisi warga Jeneponto saat ngantar haji? 'Itulah bagian dari kekeluargaan, jadi bukan orang Jeneponto kalau tidak ramai. Itu ciri khas orang Jeneponto, apa dia sakit atau jemaah haji sudah menjadi kerarifan lokal,' pungkasnya.
Sudah Ada Sejak Zaman Hindu Buddha
©2012 Merdeka.com/Slamet Nusa
Dilansir dari Ngawikab.id, tradisi Nyadran sebenarnya sudah ada sejak zaman Hindu-Buddha. Sejak abad ke-15, para Walisongo menggabungkan tradisi tersebut dengan dakwahnya agar Islam mudah diterima.
Pada waktu itu, para Walisongo berusaha meluruskan kepercayaan masyarakat Jawa waktu itu tentang pemujaan roh yang dalam Islam dinilai musyrik. Namun, agar tidak berbenturan dengan tradisi Jawa, mereka tidak menghapuskan adat tersebut, melainkan menyelaraskan dan mengisinya dengan ajaran Islam seperti membaca Alquran, tahlil, dan doa.
Punya Ciri Khas
©2012 Merdeka.com/Slamet Nusa
Dilansir dari Menpan.go.id, masing-masing daerah di tanah Jawa memiliki ciri khas masing-masing dalam menyelenggarakan adat ini. Biasanya dalam upacara ini, masyarakat di beberapa daerah membersihkan makam sambil membawa bungkusan makanan hasil bumi yang disebut sadranan.
Namun tidak semua masyarakat Jawa selalu membawa sadranan ke makam. Di Kecamatan Muntilan, Magelang, masyarakat tidak membawa sadranan saat membersihkan makam. Sehari setelah pembersihan makam, mereka baru menyajikan makanan saat doa bersama untuk mendoakan para leluhur yang telah berjuang di masa lalu.
Diwariskan Secara Turun Temurun
©2012 Merdeka.com/Slamet Nusa
Dalam upacara Nyadran yang dilaksanakan di Makam Petompon, Kelurahan Petompon, Kecamatan Gajahmungkur, Semarang pada tahun 2016, warga sekitar tampak antusias mengikuti acara tersebut.
Antusias warga terlihat di mana mereka memenuhi kawasan makam dan sekitarnya. Tak hanya orang tua, anak-anak dan remaja tampak turut hadir dalam acara itu.
“Tradisi ini selalu digelar setiap tahunnya, sebab tradisi ini sudah turun temurun. Acara ini juga membantu memperkenalkan pada generasi selanjutnya serta memperkuat tradisi Jawa meskipun banyak sekali pengaruh asing yang dapat menghilangkan tradisi ini,” ujar Hermani, salah satu warga yang mengikuti acara itu, dikutip dari Liputan6.com.
Makna Nyadran Bagi Masyarakat Jawa
©2012 Merdeka.com/Slamet Nusa
Dilansir dari Menpan.go.id, masyarakat yang melakukan tradisi Nyadran percaya bahwa membersihkan makam merupakan simbol dari pembersihan diri menjelang bulan suci.
Bukan hanya sebagai bentuk hubungan antara manusia dengan Sang Pencipta, namun juga sebagai bentuk bakti kepada para pendahulu dan leluhur.
Telah dijaga selama ratusan tahun khususnya pada masyarakat di Jawa Tengah dan Yogyakarta, upacara ini selalu menghadirkan rasa hangatnya persaudaraan dan kerukunan. (mdk/shr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Di balik pelaksanaannya, tradisi Nyadran memiliki nilai-nilai sosial budaya yang terkandung di dalamnya.
Baca SelengkapnyaTradisi ini digelar setiap perayaan Hari Raya Karo yang jatuh pada tanggal 15 bulan Karo dalam kalender Saka.
Baca SelengkapnyaZiarah kubur menjadi satu kegiatan yang lazim dilakukan umat Islam.
Baca SelengkapnyaPemprov Jawa Barat mengumumkan bahwa Ngunjung khas Kabupaten Indramayu ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB).
Baca SelengkapnyaRuwahan cukup berbeda dari tradisi penyambutan Ramadan di daerah lain
Baca SelengkapnyaSepekang menjelang bulan suci Ramadan, TPU Karet Bivak mulai ramai dengan peziarah.
Baca SelengkapnyaTradisi Nyepuh jadi cara warga di Ciamis untuk menyambut bulan Ramadan.
Baca SelengkapnyaPada hari raya Lebaran, mereka tidak melaksanakan salat Idulfitri. Pelaksanaan salat mereka ganti dengan membersihkan makam leluhur.
Baca SelengkapnyaZiarah kubur merupakan tradisi yang telah mengakar dalam budaya masyarakat Indonesia, khususnya umat Muslim menjelang bulan Ramadan.
Baca SelengkapnyaUsai Salat Idul Fitri 1445 Hijriah, TPU Karet Bivak dibanjiri warga yang melakukan ziarah.
Baca SelengkapnyaTahlilan digelar setiap hari hingga tujuh hari kematian.
Baca SelengkapnyaBegini penampakan masyarakat Islam Bonokeling di Banyumas Jawa Tengah. Masih memegang kepercayaan Jawa Kuno.
Baca Selengkapnya