Puluhan Rumah di Cilacap Ini Dibiarkan Terbengkalai, Potretnya Bikin Merinding
Merdeka.com - Ada sebuah kampung mati di Cilacap. Namanya Kampung Bunter. Para warganya memilih untuk meninggalkan kampung itu dan pindah ke tempat lain. Rumah-rumah yang telah dibangun dibiarkan terbengkalai begitu saja.
Kampung Bunter berada di Desa Pamulihan, Kecamatan Karangpucung, Cilacap. Rumah-rumah yang masih tampak utuh namun tidak berpenghuni menciptakan suasana angker. Tercatat ada 60 rumah yang dikosongkan di sana.
Lalu apa gerangan yang menyebabkan warga memilih pindah dari kampung itu? Berikut selengkapnya:
-
Apa alasan warga Kampung Mati pindah? Pada zaman dulu, ada sekitar 20 KK yang tinggal di kampung itu. Namun kehidupan di sana sungguh sulit. Selain berada di zona rawan longsor, hasil pertanian di sana sering menjadi serangan monyet ekor panjang. Hal inilah yang membuat warga tidak betah dan akhirnya memilih pindah.
-
Kenapa warga meninggalkan Kampung Mati? Para warga meninggalkan kampung itu sejak terjadi peristiwa longsor. Ditakutkan peristiwa serupa akan terjadi kembali.
-
Kenapa penduduk kampung mati petir meninggalkan kampung tersebut? Saat itu habis maghrib anak saya mainan marmut tiba-tiba didatangi sosok orang memakai blangkon. Orang itu kakinya tidak menapak di tanah. Orang itu mengajak anak saya keliling-keliling. Tiba-tiba saja dia terbang dan berubah wujud menjadi Mak Lampir,' kata Pak Priyono.
-
Apa yang membuat kampung itu terbengkalai? Sementara rumah-rumah di sekeliling rumah Bu Wahyuti tampak terbengkalai. Bagian atap hingga dindingnya sudah dipenuhi tumbuhan merambat.
-
Kenapa kampung mati lebak ditinggal? Kabarnya, kampung ini ditinggalkan warga karena akan dijadikan sebagai bendungan. Proses pengosongan sudah berlangsung cukup lama, hingga kawasan tersebut berubah menjadi hutan.
-
Kenapa warga meninggalkan Kampung Mojokoncot? Menurut Kholik, alasan warga meninggalkan kampung ini karena aksesnya tersembunyi. Dahulu, wilayah ini memiliki belasan rumah dengan puluhan penduduk. Namun sejak 1970-an, warga mulai pindah ke kampung lain.
Kampung yang Ditinggalkan
©YouTube/Jejak Bang Ibra
Pemandangan alam di sekitar Kampung Bunter tampak indah dan damai. Di sana masih terdapat lahan pertanian serta air saluran irigasi yang masih jernih. Namun begitu memasuki kampung yang ditinggalkan itu, suasana angker begitu terasa.
Ada rumah yang tampak masih utuh, namun banyak yang sudah terbengkalai. Parahnya rumah yang terbengkalai itu hanya menyisakan pondasinya saja dan banyak bagiannya yang sudah diselimuti lumut. Belum lagi halaman luasnya yang sudah ditumbuhi semak belukar.
Hal itulah yang terlihat dari kanal YouTube Jejak Bang Ibra pada Mei 2022. Walaupun sudah tak berpenghuni, namun satu dua warga masih terlihat mengunjungi kampung itu.
Penyebab Kampung Bunter Ditinggalkan Penghuninya
©YouTube/Jejak Bang Ibra
Menurut penuturan warga yang rumahnya tak jauh dari sana, Kampung Bunter ditinggalkan warga mulai tahun 2011. Saat itu, warga di sana direlokasi pemerintah ke tempat yang lebih aman untuk ditinggali.
Relokasi itu harus dilakukan karena ada pergeseran tanah atau tanah bergerak yang tepat berada di kampung itu. Kondisi tanah yang labil membuat kampung itu rentan terkena bencana.
“Saya takut juga kalau di sini ada hujan besar yang disertai angin,” kata Pak Awin, salah satu warga yang rumahnya tak jauh dari Kampung Bunter, dikutip dari kanal YouTube Tedhong Telu.
Kondisi Rumah
©YouTube/Jejak Bang Ibra
Adanya pergerakan tanah itu membuat rumah-rumah di Kampung Bunter rentan rusak. Bahkan di beberapa rumah, keretakan yang terjadi sudah terlihat cukup parah.
Padahal semua rumah di sana merupakan bangunan permanen. Karena sudah tak terurus, beberapa rumah di sana sudah menjadi sarang kelelawar.
Walau begitu, masih ada beberapa keluarga yang ternyata memilih bertahan. Namun saat hendak diwawancarai tim YouTube Tedhong Telu, mereka tidak mau mengungkapkan alasannya bahkan tak mau diambil gambar.
Sayang Ditinggalkan
©YouTube/Jejak Bang Ibra
Walaupun sudah direlokasi, ada beberapa warga yang sering datang ke rumah lama mereka di kampung itu. Salah seorang warga mengatakan sayang kalau rumah yang mereka bangun dengan biaya yang tak sedikit itu harus ditinggalkan begitu saja.
“Saya sering tidur di sini. Kasihan rumahnya. Modal sudah besar. Nggak ada yang menempati. Kalau takut sih takut, tapi dibiasakan saja. Yakin saja dengan yang kuasa. Kalau apes itu di mana-mana pasti sama kalau itu sudah dikasih oleh Yang Kuasa,” kata seorang ibu-ibu asal desa itu yang baru kembali dari mencari rumput. (mdk/shr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Bangunan sekolah hingga deretan rumah-rumah warga kini terpaksa kosong hingga mulai termakan usia.
Baca SelengkapnyaDisaat semua warga pindah, keluarga ini memilih bertahan di kampung mati.
Baca SelengkapnyaDulu Dusun Simonet merupakan kampung yang ramai. Tapi kini tak ada satupun warga yanga bermukim di sana.
Baca SelengkapnyaWarga di kampung itu harus direlokasi setelah terjadi peristiwa longsor.
Baca SelengkapnyaSaat musim hujan tiba, kampung itu benar-benar terisolir karena jalan ke sana terhalang aliran air sungai yang deras
Baca SelengkapnyaDitumbuhi semak belukar, warga mengaku hampir tiap malam membunuh ular.
Baca SelengkapnyaAda seorang warga kampung yang hilang dan keberadaannya belum diketahui hingga kini.
Baca SelengkapnyaJalan setapak, bangunan sekolah sampai lapangan bola kini berubah menjadi lautan.
Baca SelengkapnyaKampung Bulak Barat sempat direndam banjir hingga menutupi rumah-rumah warga
Baca SelengkapnyaDari penelusuran yang dilakukan, permukiman ini ditinggalkan penduduknya karena terlalu sering terkena banjir besar.
Baca SelengkapnyaBerikut ini potret kampung mati di Jakarta Timur yang pernah dipakai pengungsian warga negara Vietnam dan bekas panti jompo.
Baca SelengkapnyaRumah-rumah di Desa Sigandul berada di lereng bukit dengan kemiringan yang curam.
Baca Selengkapnya