Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Sambut Ramadan, Begini Keseruan Tradisi Gunungan Apem di Kulon Progo

Sambut Ramadan, Begini Keseruan Tradisi Gunungan Apem di Kulon Progo keseruan tradisi Gunungan Apem di Kulon Progo. ©2022 Merdeka.com

Merdeka.com - Sebentar lagi Bulan Ramadan tiba. Masyarakat Jawa di berbagai tempat mulai menyambut kedatangan bulan yang suci itu dengan berbagai tradisi.

Di Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, ada sebuah tradisi seru bernama Gunungan Apem. Dilansir dari kanal YouTube Fokus Indosiar pada Senin (28/3), tradisi adat tahunan itu akhirnya kembali digelar setelah terhenti selama dua tahun akibat pandemi COVID-19.

Lantas seperti apa keseruan tradisi asli masyarakat Jawa itu? berikut selengkapnya:

Keseruan Tradisi Gunungan Apem

keseruan tradisi gunungan apem di kulon progo

©2022 Merdeka.com

Pada Minggu (27/3) pagi, puluhan warga dari beberapa pedukuhan di Desa Giripeni, Wates, Kulon Progo, mengikuti sebuah acara kirab budaya. Berangkat dari jalan utama, mereka kemudian berjalan sejauh ratusan meter ke pemakaman setempat. Setelah itu, warga kemudian berhenti di serambi makam sementara warga melanjutkan dengan acara nyadran.Tak hanya itu, warga juga membawa sego bungkus sederhana yang kemudian dinikmati bersama suwiran ayam yang telah dimasak oleh panitia.

“Dalam acara ini kita juga mohon pada Allah SWT semoga arwah yang telah dipanggil duluan diterima di sisi-Nya, diampuni dosa-dosanya, sementara keluarga yang ditinggal diberi kesehatan, keselamatan, serta kemurahan rezeki. Amin,” ucap Menuk, salah seorang warga yang mengikuti acara itu.

Memperebutkan Gunungan Apem

keseruan tradisi gunungan apem di kulon progo

©2022 Merdeka.com

Setelah semua rangkaian acara selesai, gunungan apem selanjutnya diperebutkan warga yang telah menunggu sejak acara dimulai. Untuk kali ini, gunungan banyak diperebutkan oleh anak-anak. Tradisi itu dilakukan sebagai bentuk suka cita warga dan permohonan doa kepada ahli kubur dan ahli waris.

Dilansir dari Liputan6.com, kue apem merupakan simbol makanan yang penuh makna filosofis. Keberadaannya dipercaya sudah ada sejak zaman Wali Songo menyebarkan ajaran Islam di tanah Jawa. Kini keberadaannya dijadikan sebagai sarana silaturahmi antar warga, maupun bentuk permohonan maaf, baik kepada Sang Pencipta maupun kepada sesama. (mdk/shr)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Melihat Tradisi Nyadran, Perayaan Syukur Masyarakat Suku Tengger di Lumajang
Melihat Tradisi Nyadran, Perayaan Syukur Masyarakat Suku Tengger di Lumajang

Tradisi ini digelar setiap perayaan Hari Raya Karo yang jatuh pada tanggal 15 bulan Karo dalam kalender Saka.

Baca Selengkapnya
Mengenal Tradisi Gunungan Ketupat di Nganjuk, Warga Kompak Sedekah dan Saling Memaafkan saat Lebaran
Mengenal Tradisi Gunungan Ketupat di Nganjuk, Warga Kompak Sedekah dan Saling Memaafkan saat Lebaran

Semua warga tampak semringah mengarak gunungan ketupat keliling kampung

Baca Selengkapnya
Potret Kemeriahan Sebar Apem di Klaten Dihadiri Menteri Jokowi, Hormati Keragaman Tradisi dan Budaya
Potret Kemeriahan Sebar Apem di Klaten Dihadiri Menteri Jokowi, Hormati Keragaman Tradisi dan Budaya

Tradisi penyebaran penganan yang terbuat dari tepung beras tersebut bermula dari Kyahi Ageng Gribig .

Baca Selengkapnya
Ganjar Hadiri Tradisi Ya Qowiyyu di Klaten: Luar Biasa, Dua Tahun Pandemi Tak Bisa Kita Rayakan
Ganjar Hadiri Tradisi Ya Qowiyyu di Klaten: Luar Biasa, Dua Tahun Pandemi Tak Bisa Kita Rayakan

Ganjar menyampaikan tradisi Yaa Qowiyyu juga bertujuan untuk menjalin silaturahmi antar tokoh setempat dan masyarakat.

Baca Selengkapnya
Warisan Budaya Islam di Klaten, Ini Fakta Menarik Tradisi Sebar Apem Yaa Qowiyyu
Warisan Budaya Islam di Klaten, Ini Fakta Menarik Tradisi Sebar Apem Yaa Qowiyyu

Tradisi itu berasal dari seorang tokoh syiar Islam di Klaten bernama Ki Ageng Gribig.

Baca Selengkapnya
Sederet Kegiatan Warga Jateng Sambut Bulan Ramadan, Berebut Gunungan hingga Nikah Massal
Sederet Kegiatan Warga Jateng Sambut Bulan Ramadan, Berebut Gunungan hingga Nikah Massal

Ada banyak cara yang dilakukan warga Jateng dalam menyambut datangnya Bulan Suci Ramadan

Baca Selengkapnya
Sejarah Upacara Memayu, Tradisi Sedekah Bumi Asal Cirebon sebagai Bentuk Penghormatan
Sejarah Upacara Memayu, Tradisi Sedekah Bumi Asal Cirebon sebagai Bentuk Penghormatan

Pelaksanaan Upacara Memayu dan ider-ideran bertujuan sebagai bentuk penghormatan masyarakat Trusmi terhadap leluhur yang telah banyak berjasa.

Baca Selengkapnya
Mengenal Tradisi Nyepuh Khas Warga Ciamis, Sambut Ramadan dengan Hias Kampung hingga Makan Nasi Kuning
Mengenal Tradisi Nyepuh Khas Warga Ciamis, Sambut Ramadan dengan Hias Kampung hingga Makan Nasi Kuning

Tradisi Nyepuh jadi cara warga di Ciamis untuk menyambut bulan Ramadan.

Baca Selengkapnya
Sambut Bulan Suci Ramadan, Begini Serunya Tradisi Nyadran Ala Masyarakat Desa di Boyolali
Sambut Bulan Suci Ramadan, Begini Serunya Tradisi Nyadran Ala Masyarakat Desa di Boyolali

Di balik pelaksanaannya, tradisi Nyadran memiliki nilai-nilai sosial budaya yang terkandung di dalamnya.

Baca Selengkapnya
Warga Makan Bersama di Area Makam, Ini Keunikan Tradisi Ngunjung untuk Sambut Ramadan Khas Indramayu
Warga Makan Bersama di Area Makam, Ini Keunikan Tradisi Ngunjung untuk Sambut Ramadan Khas Indramayu

Pemprov Jawa Barat mengumumkan bahwa Ngunjung khas Kabupaten Indramayu ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB).

Baca Selengkapnya
Melihat Keseruan Tradisi Sedekah Bumi di Demak, Kaya Hasil Tangkapan Laut
Melihat Keseruan Tradisi Sedekah Bumi di Demak, Kaya Hasil Tangkapan Laut

Sebelum arak-arakan gunungan, warga terlebih dahulu menggelar pengajian, pentas wayang kulit, hingga ziarah ke makam leluhur.

Baca Selengkapnya
Gelar Songo, Ritual Bersih Desa Warga Desa Glagah Banyuwangi
Gelar Songo, Ritual Bersih Desa Warga Desa Glagah Banyuwangi

Ratusan warga setempat menggelar kenduri desa dengan menghadirkan 9 jenis tumpeng.

Baca Selengkapnya