Sambut Ramadan, Begini Keseruan Tradisi Gunungan Apem di Kulon Progo
Merdeka.com - Sebentar lagi Bulan Ramadan tiba. Masyarakat Jawa di berbagai tempat mulai menyambut kedatangan bulan yang suci itu dengan berbagai tradisi.
Di Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, ada sebuah tradisi seru bernama Gunungan Apem. Dilansir dari kanal YouTube Fokus Indosiar pada Senin (28/3), tradisi adat tahunan itu akhirnya kembali digelar setelah terhenti selama dua tahun akibat pandemi COVID-19.
Lantas seperti apa keseruan tradisi asli masyarakat Jawa itu? berikut selengkapnya:
-
Apa itu tradisi Nyumbun? Tradisi nyumbun adalah mencari atau menangkap sejenis kerang yang sudah dilakukan secara rutin setiap setahun sekali.
-
Dimana tradisi Nyumbun dilakukan? Suku ini tinggal di Pesisir sebelah Timur Jambi, tepatnya di Kabupaten Tanjung Jabung Timur dan Tanjung Jabung Barat.
-
Siapa yang melakukan tradisi Nyumbun? Tradisi nyumbun dari Suku Duano Jambi ini mengandung makna mendalam.
-
Dimana tradisi kepungan tumpeng tawon dilakukan? Tradisi Kepungan Tumpeng Tawon atau Kepungan Tumpeng Mogana merupakan sastra lisan tradisi tumpengan yang dilakukan oleh masyarakat di daerah pesisir laut Selatan, tepatnya di Desa Mangunweni, Kecamatam Ayah, Kabupaten Kebumen.
-
Kenapa tradisi Ngobeng di Palembang dilakukan? Tradisi ini sangat tinggi maknanya karena bagian dari adab dalam melayani tamu ketika ada acara sedekahan atau kendurian dan pernikahan yang dilakukan secara lesehan kemudian membagi makanan.
-
Dimana tradisi Gerobagan berlangsung? Dilansir dari Wikipedia, jalur Gerobagan dimulai dari Desa Indrosari, kemudian melewati Desa Amprih, Kelapasawit, Arjowinangun, Sangubanyu, Bocor, dan Setrojenar.
Keseruan Tradisi Gunungan Apem
©2022 Merdeka.com
Pada Minggu (27/3) pagi, puluhan warga dari beberapa pedukuhan di Desa Giripeni, Wates, Kulon Progo, mengikuti sebuah acara kirab budaya. Berangkat dari jalan utama, mereka kemudian berjalan sejauh ratusan meter ke pemakaman setempat. Setelah itu, warga kemudian berhenti di serambi makam sementara warga melanjutkan dengan acara nyadran.Tak hanya itu, warga juga membawa sego bungkus sederhana yang kemudian dinikmati bersama suwiran ayam yang telah dimasak oleh panitia.
“Dalam acara ini kita juga mohon pada Allah SWT semoga arwah yang telah dipanggil duluan diterima di sisi-Nya, diampuni dosa-dosanya, sementara keluarga yang ditinggal diberi kesehatan, keselamatan, serta kemurahan rezeki. Amin,” ucap Menuk, salah seorang warga yang mengikuti acara itu.
Memperebutkan Gunungan Apem
©2022 Merdeka.com
Setelah semua rangkaian acara selesai, gunungan apem selanjutnya diperebutkan warga yang telah menunggu sejak acara dimulai. Untuk kali ini, gunungan banyak diperebutkan oleh anak-anak. Tradisi itu dilakukan sebagai bentuk suka cita warga dan permohonan doa kepada ahli kubur dan ahli waris.
Dilansir dari Liputan6.com, kue apem merupakan simbol makanan yang penuh makna filosofis. Keberadaannya dipercaya sudah ada sejak zaman Wali Songo menyebarkan ajaran Islam di tanah Jawa. Kini keberadaannya dijadikan sebagai sarana silaturahmi antar warga, maupun bentuk permohonan maaf, baik kepada Sang Pencipta maupun kepada sesama. (mdk/shr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tradisi ini digelar setiap perayaan Hari Raya Karo yang jatuh pada tanggal 15 bulan Karo dalam kalender Saka.
Baca SelengkapnyaSemua warga tampak semringah mengarak gunungan ketupat keliling kampung
Baca SelengkapnyaTradisi penyebaran penganan yang terbuat dari tepung beras tersebut bermula dari Kyahi Ageng Gribig .
Baca SelengkapnyaGanjar menyampaikan tradisi Yaa Qowiyyu juga bertujuan untuk menjalin silaturahmi antar tokoh setempat dan masyarakat.
Baca SelengkapnyaTradisi itu berasal dari seorang tokoh syiar Islam di Klaten bernama Ki Ageng Gribig.
Baca SelengkapnyaAda banyak cara yang dilakukan warga Jateng dalam menyambut datangnya Bulan Suci Ramadan
Baca SelengkapnyaPelaksanaan Upacara Memayu dan ider-ideran bertujuan sebagai bentuk penghormatan masyarakat Trusmi terhadap leluhur yang telah banyak berjasa.
Baca SelengkapnyaTradisi Nyepuh jadi cara warga di Ciamis untuk menyambut bulan Ramadan.
Baca SelengkapnyaDi balik pelaksanaannya, tradisi Nyadran memiliki nilai-nilai sosial budaya yang terkandung di dalamnya.
Baca SelengkapnyaPemprov Jawa Barat mengumumkan bahwa Ngunjung khas Kabupaten Indramayu ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB).
Baca SelengkapnyaSebelum arak-arakan gunungan, warga terlebih dahulu menggelar pengajian, pentas wayang kulit, hingga ziarah ke makam leluhur.
Baca SelengkapnyaRatusan warga setempat menggelar kenduri desa dengan menghadirkan 9 jenis tumpeng.
Baca Selengkapnya