WNI Ini Kerja Jadi Petani di Jepang, Gajinya Bikin Semangat
Merdeka.com - Meski terlihat berat, bekerja di luar negeri merupakan impian beberapa orang. Apa lagi, jika bisa bekerja di bidang dan di negara yang disukai.
Seperti yang dialami oleh warga negara Indonesia (WNI) yang bekerja di Jepang ini. Ia yang tengah kuliah mendapatkan pekerjaan paruh waktu di negara Matahari Terbit itu.
Diketahui, ia mempunyai pekerjaan paruh waktu dengan menjadi seorang petani. Meski demikian, gaji yang didapatkan dan sistem kerjanya membuat banyak orang iri. Kisahnya pun viral di media sosial. Berikut selengkapnya.
-
Bagaimana Seni Tani mendapatkan pemasukan? Kepastian pendapatan dari hasil penjualan hasil tani dilakukan melalui pendekatan sistem CSA (Community Supported Agriculture),
-
Apa yang dijual petani muda ini di TikTok? Dyra mengatakan, mereka berjualan petai karena terinspirasi dari orang tua.
-
Siapa yang merintis pekerjaan sebagai petani di Sukomakmur? Walaupun warga asli Sukomakmur, namun Lihun merasakan betul bagaimana sulitnya merintis pekerjaan sebagai petani.
-
Apa masalah yang dihadapi petani? Oh, selamat pagi juga. Masalah saya adalah bahwa ladang ini selalu banjir setiap musim hujan.
-
Apa yang ditemukan oleh petani tersebut? Artefak yang dia temukan berupa batu besar berbentuk agak bulat dan ada tiga retakan terlihat di batu itu sehingga membuat benda itu mirip jamur.
-
Siapa yang menulis artikel tentang petani? Mengutip laman Pondok Pesantren Tebuireng, Kiai Hasyim Asy'ari pernah menulis artikel tentang petani.'Pendek kata, bapak tani adalah goedang kekajaan, dan dari padanja itoelah Negeri mengeloearkan belandja bagi sekalian keperloean.
Gaji Menarik
Tik Tok - heyedle
Seperti informasi yang dilansir dari akun Tik Tok @heyedle, mahasiswi itu tak bekerja paruh waktu sendirian. Ia bekerja bersama teman-temannya yang juga termasuk kelompok mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di Jepang.
Pekerjaan yang kurang menarik minat sebagian para anak muda di Indonesia ini memberikan gaji yang luar biasa banyak. Dengan bekerja selama 8 jam sehari, para mahasiswa itu mendapatkan gaji sebesar Rp 1,3 juta.
Tak Menguras Tenaga
Tik Tok - heyedle
Selain gaji yang diberikan, ternyata ada hal menarik lagi dari pekerjaan paruh waktu menjadi petani tersebut. Adalah sistem kerja yang tidak begitu berat.
Selama 8 jam kerja, para mahasiswa itu hanya menerima tuntutan tugas untuk memasukkan tanah, bibit di naungan plastik menggunakan mesin. Bahkan sistem kerja itu tidak membuat dirinya dan teman-temannya lelah.
Diliput Koran Jepang
Tik Tok - heyedle
Keseruan para mahasiswa itu bertambah ketika koran lokal meliput kegiatan mereka. Mereka diliput koran lokal itu saat mencoba mesin pertanian terbaru saat di ladang.
Dalam kesempatan itu, mereka juga menceritakan segala aktivitas yang dikerjakan. Aktivitas mereka di ladang sangat terbantu dengan bantuan para petani yang sigap. (mdk/dem)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Capres Ganjar Pranowo mendapat curhatan dari para petani di Purworejo
Baca SelengkapnyaSeorang pria asal Indonesia menceritakan kesehariannya saat bekerja sebagai petani di Jepang.
Baca SelengkapnyaKeluh kesah pria eks TKI Jepang yang kini rela bekerja di kampung halaman sebagai tukang bangunan.
Baca SelengkapnyaPria TKI Korea Selatan mendadak viral setelah momen dirinya menerima uang pensiunan dengan jumlah fantastis hingga ratusan juta rupiah
Baca SelengkapnyaOrang sukses tak hanya berasal dari pekerja kantoran dengan jabatan tinggi.
Baca SelengkapnyaSebuah video memperlihatkan seorang petani transmigran yang bekerja keras demi sukses di kemudian hari.
Baca SelengkapnyaPria ini tinggal di asrama perusahaan dan menggunakan perabotan bekas. Tidak itu saja, dia juga membatasi makannya dengan seirit mungkin.
Baca SelengkapnyaSaat bekerja di Brunei, gaji wanita ini sudah lebih dari 1.000 dolar atau sekitar Rp12 juta lebih. Namun, ia memilih pulang kampung.
Baca SelengkapnyaSebelum terjun ke dunia pertanian, Makmur merantau ke Jepang dan bekerja di bidang manufaktur.
Baca SelengkapnyaWalaupun warga asli Sukomakmur, namun Lihun merasakan betul bagaimana sulitnya merintis pekerjaan sebagai petani.
Baca SelengkapnyaTerutama bagi petani yang menggarap lahan kecil. Mereka masih menghadapi tantangan besar dalam memenuhi kebutuhan hidup.
Baca SelengkapnyaSejak lulus SMK, ia merantau ke kota besar agar bisa menabung dari penghasilannya
Baca Selengkapnya