11 Januari, Meletusnya Pertempuran Tarakan dalam Perang Dunia II Teater Pasifik
Merdeka.com - Indonesia adalah wilayah yang kaya akan minyak bumi, dan fakta ini telah tersebar luas sejak zaman dahulu, jauh sebelum masa kemerdekaan. Salah satu ladang minyak terbesar dan potensial berada di Tarakan, Kalimantan Utara (dulunya Kalimantan Timur).
Identifikasi kota ini dengan industri minyak bumi mulai dieksploitasi pada akhir abad 19. Adanya potensi kekayaan alam yang sangat besar di kawasan ini terutama sumber tambang minyak bumi, batubara, bijih besi, dan beberapa kandungan mineral lainnya.
Produk-produk tersebut sangat dibutuhkan seiring dengan berkembangnya teknologi industri dalam berbagai aspek yang mendominasi kehidupan manusia pada akhir abad 19 dalam pangsa pasar internasional. Perebutan kekayaan alam dan persaingan industri telah mencapai klimaks pada dekade 1940-an dalam Perang Pasifik serangkaian Perang Dunia II.
-
Kapan pertempuran Okinawa dimulai? Dimulai pada tanggal 1 April 1945, pertempuran ini melibatkan pasukan Sekutu yang dipimpin oleh Amerika Serikat dan pasukan Kekaisaran Jepang.
-
Bagaimana pertempuran Okinawa berlangsung? Pertempuran Okinawa terkenal karena sengitnya pertempuran darat, serangan udara, dan pendaratan pasukan amfibi, serta karena jumlah korban jiwa yang sangat tinggi dari kedua belah pihak.
-
Dimana pertempuran Okinawa terjadi? Okinawa, sebuah pulau strategis di Jepang Selatan, menjadi lokasi pertempuran ini.
-
Di mana Pertempuran Okinawa terjadi? Pertempuran Okinawa berlangsung selama hampir tiga bulan, dari April hingga Juni 1945, di Pulau Okinawa, Jepang.
-
Apa yang terjadi di Pertempuran Okinawa? Pertempuran Okinawa merupakan salah satu pertempuran terbesar dan paling berdarah dalam Perang Dunia II.
-
Kenapa Pertempuran Okinawa penting? Berakhirnya pertempuran Okinawa memiliki dampak signifikan terhadap jalannya Perang Dunia II.
Diketahui pada saat itu Tarakan memiliki fasilitas 700 sumur minyak, kilang, dan pangkalan udara sehingga menjadikannya salah satu tujuan penting bagi Jepang dalam Perang Pasifik. Berikut sejarah meletusnya Pertempuran Tarakan oleh Jepang dalam Perang Dunia II teater Pasifik guna memperebutkan kekayaan alam ini.
Jepang Sebagai Aktor Perang Dunia II
Proses Jepang menuju Perang Dunia II bila dirunut secara detail dapat diawali dari sejumlah perang di berbagai tempat seperti melawan Cina (1894 sampai 1895), Rusia (1904 sampai 1905), melawan kekuatan Jerman terkait semenanjung Shantung (1914 sampai 1915), kemudian di Siberia setelah Revolusi Bolshevik pada tahun 1918 sampai 1922 dan akhirnya dalam gelombang Ekspansi, mengutip publikasi dari unsada.ac.id.
Ekspansi Jepang sekitar permulaan tahun 1930-an, antara lain dengan memperluas pengaruh maupun peranannya di Cina dan Korea. Sebagai akibatnya, terjadilah persaingan-persaingan Jepang dengan pihak Barat terutama di daratan Cina. Ketika Jepang berusaha memperluas pengaruh ke Manchuria, pihak Barat serempak menuduh Jepang melakukan tindakan yang tidak adil.
Serangan Jepang ke Pearl Harbour merupakan awal terjadinya Perang Dunia II. Pada saat Jepang dalam Perang Dunia II inilah, Jepang memutuskan menduduki Indonesia. Keputusan Jepang dalam mengekspansi Indonesia dikarenakan dalam pandangan Angkatan Laut Jepang, sumber daya alam yang dibutuhkan Jepang dapat diperoleh di daerah Selatan di Hindia Belanda.
Pencarian Sumber Daya Alam oleh Jepang
Alasan Jepang harus mencari sumber alam terutama minyak di wilayah lain karena kekalahannya dengan Rusia ketika berusaha memperluas ekspansi melampaui perbatasan Manchuria di Siberia dan Mongolia tahun 1939. Hal yang paling memungkinkan adalah pergi ke selatan, Asia Tenggara.
Wilayah terkaya di Asia Tenggara adalah kepulauan Indonesia (ketika itu bernama Hindia Belanda), dan sumber minyak yang terdekat di nusantara dari Jepang adalah Pulau Tarakan. Secara geografis pun Tarakan sangat strategis karena menghubungkan jalur laut Australia-Filipina-Timur Jauh.
Dalam upayanya untuk merebut Hindia Belanda, Jepang telah membuat strategi penyerangan bercabang tiga. Disebelah Timur, mereka berencana bergerak memasuki kepulauan Maluku dan Timor, dengan begitu dapat memutuskan jalur komunikasi dan bala bantuan dari Australia.
Di tengah, Kalimantan dan Sulawesi akan direbut, sementara diujung Barat kepulauan Hindia, Sumatra akan diserang apabila kejatuhan Singapura telah dipastikan. Akhirnya, apabila seluruh sasaran ini telah diraih, seluruh pasukan akan dikerahkan untuk merebut Jawa, pusat pemerintahan Belanda sekaligus markas besar komando militer Sekutu di Asia Tenggara.
Pulau Tarakan menjadi awal mula pertarungan Jepang untuk berpartisipasi dalam Perang Pasifik dengan tujuan menguasai minyak bumi nusantara. Jurnal bursa saham Belanda “Amsterdam Effectenblad” tahun 1932 yang berkomentar bahwa “… kwaliteit minjak boemi di Tarakan tjoekoep baik, … sehingga kapal-kapal besar bole ambil minyak dengan segra dan bisa dikasi masuk dalam tank (maksudnya tangki) dengan begitu saja.” (Santosa 2004, vii).
Perang pun tak dapat dihindari ketika Jepang diembargo oleh Amerika dan Sekutu menanggapi aksi ekspansinya ke China. Jepang harus menguasai sumber alam di Asia Tenggara terutama minyak di kepulauan Indonesia agar roda perekonomian mereka dapat terus berputar. Setelah serangan Pearl Harbor, sebulan kemudian Jepang menyerbu sasaran utama Perang Pasifik yaitu sumber minyak di Indonesia.
Jepang Menyerbu Tarakan pada 11 Januari 1942
Pada 1941, produksi pertahun mencapai 4,58 juta barel minyak atau rata-rata produksi harian 12,550 Barrel Oil Per Day (BOPD) (Triharyantoro 2013, 62-63). Sementara itu menurut catatan pihak sekutu, sebelum Perang Dunia Kedua, Tarakan menghasilkan 6 juta barel minyak setiap tahun dengan kualitas “world purest oil” (Santosa 2004, vii). Ini merupakan bukti bahwa Pulau Tarakan adalah salah satu pulau dengan nilai sumber daya alam yang tinggi.
Pada 16 Desember 1941, pasukan Jepang mendarat di Miri daerah Kalimantan Utara, ke Serawak pada 24 Desember 1941, kemudian menerobos masuk ke Pontianak yang jatuh ke tangan mereka pada 28 Desember 1941. Jepang menguasai Hindia Belanda diawali dengan penaklukan Tarakan, Kalimantan Timur pada 11 Januari 1942.
Untuk merebut Tarakan yang saat itu masih dijaga oleh pasukan militer Hindia Belanda, pasukan Jepang berencana untuk mendarat dari dua sisi timur pulau. Satu bagian dari pasukan mereka, Unit Sayap Kanan (dibawah komando Kol. Yamamoto), akan mendarat di pantai dekat Sungai Amal dan menghancurkan pasukan Belanda di sana. Bagian kedua, Unit Sayap Kiri, akan mendarat lebih ke selatan di Tandjoeng Batoe (Tanjung Batu) dan maju ke barat untuk merebut baterai Peningki-Karoengan.
Pada 10 Januari 1942, setelah sebuah Dornier Do 24 milik Marine Luchtvaartdienst (MLD; Layanan Penerbangan Angkatan Laut Belanda) menemukan armada invasi Jepang yang mengarah ke Tarakan, Letkol Simon de Waal memerintahkan agar semua instalasi minyak di pulau itu dihancurkan. Pada pukul 10:00 malam, sebanyak 100.000 ton minyak telah dilalap api.
Pada pukul 03:00, 11 Januari, Sersan Mayor C.P.E. Spangenberg, yang mengkomandoi titik dukungan Sungai Amal (dengan 53 tentara) melaporkan melihat kapal-kapal pendaratan di dekat pantai. Pada saat itu, Unit Sayap Kanan dari pasukan invasi Jepang mulai mendarat di bagian timur Tarakan.
Pasukan Belanda yang telah mengatur posisi untuk mempertahankan serangan dari arah barat masih tidak yakin bahwa pasukan musuh yang telah berkonsentrasi pada bagian timur pulau itu merupakan kekuatan serangan utama. Pendaratan dan manuver pengalihan masih dipertimbangkan, bahkan ketika pasukan pendaratan Jepang lainnya sudah terlihat pada pukul 05:00 pagi oleh posisi pertahanan di Tandjoeng Batoe, di sisi selatan pulau.
Tarakan Sebagai Saksi Sejarah Masuknya Jepang ke Indonesia
Sepanjang pertempuran Tarakan, Angkatan Udara Hindia Belanda (ML-KNIL) melakukan banyak serangan udara dari Lanud Samarinda II untuk membendung serangan Jepang. Meskipun demikian, karena cuaca buruk, khususnya pada 11 Januari, upaya mereka datang terlambat untuk para pasukan di Tarakan.
Setelah berhasil mengalahkan Belanda, Jepang kemudian melakukan beberapa upaya untuk mempertahankan Tarakan, salah satunya dengan membuat sistem pertahanan. Namun, penguasaan Tarakan tidak berjalan lama dan mereka terpaksa harus meninggalkan Pulau Tarakan karena kekalahan atas serangan kolaboratif kekuatan Sekutu (Amerika, Inggris, Australia, dan Belanda). Tarakan berada di bawah pendudukan Jepang hingga Mei 1945, ketika pasukan Australia merebut pulau ini kembali.
Kurang dikenalnya Tarakan sebagai salah satu peninggalan Perang Pasifik yang merupakan bagian dalam cerita Perang Dunia II mengakibatkan sejarah yang ada di Pulau Tarakan seperti terlupakan di dalam sejarah-sejarah Indonesia. Padahal, Pertempuran Tarakan ini adalah awal mula masuknya Jepang beserta propagandanya yang memporak-porandakan rakyat Indonesia pasca kolonialisme Belanda. (mdk/edl)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pertempuran Okinawa adalah salah satu konflik terbesar yang terjadi pada masa Perang Dunia II di wilayah Pasifik.
Baca SelengkapnyaPertempuran Okinawa menimbulkan korban terbesar dalam Medan Perang Pasifik Perang Dunia II.
Baca SelengkapnyaProses masuknya Jepang ke Indonesia berawal pada masa Perang Dunia II pada tahun 1942.
Baca SelengkapnyaPeristiwa berdarah di Tebing Tinggi, merupakan perjuangan para pemuda melawan penjajah pasca kemerdekaan Indonesia.
Baca SelengkapnyaPertempuran ini mencakup serangkaian operasi militer antara pasukan Kekaisaran Jepang dan Republik Tiongkok.
Baca SelengkapnyaPertempuran Pulau Rennell terjadi dalam konteks kampanye Guadalkanal, yang merupakan salah satu pertempuran sengit dan penting dalam Perang Pasifik.
Baca SelengkapnyaPerjanjian Kalijati adalah awal mula era penjajahan Jepang di Indonesia.
Baca SelengkapnyaGua ini jadi saksi kekuasaan Belanda dan Jepang di masa silam. Kini jadi wisata yang hits dan instagramable.
Baca SelengkapnyaSekitar dua abad silam, geliat produksi logam ini terus meningkat hingga menjadi salah satu yang terbesar di dunia.
Baca SelengkapnyaTepat hari ini, 20 Oktober pada 1945 silam, terjadi pertempuran besar setelah kemerdekaan Indonesia yang disebut Pertempuran Ambarawa.
Baca SelengkapnyaSerangan Umum 1 Maret 1949 adalah sebuah upaya besar dalam perang kemerdekaan Indonesia melawan Belanda.
Baca SelengkapnyaSalah satu kilang minyak tertua di Indonesia ini dulunya sangat berperan penting dalam memasok bahan bakar bagi tentara sekutu saat melawan Jepang.
Baca Selengkapnya