Keunikan Kawin Colongan Banyuwangi, Pasangan Saling Cinta tapi Orang Tua Tak Setuju
Merdeka.com - Masyarakat Using di Banyuwangi, Jawa Timur, memiliki tradisi pernikahan unik yang dikenal dengan sebutan Kawin Colongan. Pernikahan ini dilakukan atas dasar rasa saling cinta antara seorang laki-laki dan perempuan, namun orang tua mempelai perempuan tidak menyetujui hubungan keduanya.
Pada hari tertentu yang telah disepakati keduanya, calon pengantin laki-laki membawa lari gadis pujaan hatinya.
Pelaksanaan Kawin Colongan
-
Apa yang terjadi dengan pernikahan di Indonesia? Dalam sepuluh tahun terakhir, Indonesia telah menyaksikan penurunan tajam dalam jumlah pernikahan.
-
Apa makna tradisi kawin tangkap di Sumba Barat Daya? Tradisi kawin tangkap memiliki makna dalam mengangkat derajat atau untuk menghilangkan rasa malu kepada keluarga laki-laki.
-
Apa yang unik dari pernikahan ini? Momen yang ditunggu akhirnya tiba, setelah keduanya merasa cocok maka hubungan dilanjutkan ke tahap pernikahan. Namun momen unik mewarnai pernikahan mereka karena saat ijab kabul, Mirza menggunakan bahasa Inggris secara penuh.
-
Siapa yang terlibat dalam tradisi kawin tangkap? Tradisi kawin tangkap merupakan perkawinan yang dilakukan dengan cara menangkap perempuan dengan paksa untuk dikawinkan dengan seorang pria yang tidak dicintainya.
-
Bagaimana cara pelaksanaan tradisi kawin tangkap di Sumba Barat Daya? Pelaksanaan kawin tangkap merupakan perkawinan yang terjadi tanpa persetujuan salah satu pihak.
-
Di mana tradisi kawin tangkap dilakukan? Tradisi Kawin Tangkap Mengutip dari jurnal Kawin Tangkap (Studi Sosiologi tentang Makna dan Praktik Kawin Tangkap di Desa Mareda Kalada, Kec. Wewewa Timur, Kab. Sumba Barat Daya) yang dirilis oleh Elsiati Tanggu, dkk.
Saat melakukan colongan alias mencuri sang gadis, laki-laki biasanya ditemani salah seorang kerabatnya. Namun, kerabatnya ini hanya bertugas mengawasi dari jauh.
Dalam waktu 24 jam, laki-laki harus mengirim seorang utusan yang dikenal dengan sebutan colok, yakni orang yang memberitahu keluarga pihak perempuan bahwa anak gadisnya telah dicuri untuk dinikahi. Orang yang mendapat amanah menjadi colok adalah orang yang memiliki kelebihan dan kepandaian, serta dihormati.
Colok ini memberitahu orang tua pihak perempuan bahwa anak gadisnya telah dicuri dan tinggal di rumah pihak laki-laki melalui ungkapan berikut, “Sapi wadon rika wis ana umahe sapi lanang, arane si X” (Sapi perempuanmu sudah ada di rumah sapi laki-laki, namanya si X”. Istilah sapi wadon merujuk pada calon pengantin perempuan, sementara sapi lanang merujuk pada calon pengantin laki-laki.
Bukti Keberanian
©Shutterstock.com/Univega
Setelah mendapat pemberitahuan demikian, pihak orang tua sang gadis yang awalnya kurang setuju akan berubah pikiran. Kedua belah pihak kemudian mengadakan pembicaraan untuk merundingkan pernikahan anaknya.
Ayu Sutarto dalam buku Kamus Budaya dan Religi Using yang diterbitkan Lembaga Penelitian Universitas Jember (2010, hlm. 114-115) mengungkapkan bahwasanya colongan dalam masyarakat Using Banyuwangi tidak dianggap sebagai perbuatan salah. Alih-alih demikian, colongan justru menjadi bukti keberanian dan simbol kejantanan, serta peredam konflik antara dua keluarga. (mdk/rka)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tradisi kawin tangkap merupakan perkawinan yang dilakukan dengan cara menangkap perempuan dengan paksa untuk dikawinkan dengan seorang pria yang tidak dicintai.
Baca SelengkapnyaTradisi ini sebagai simbol penghormatan serta media untuk mempererat silaturahmi antar keluarga mempelai.
Baca SelengkapnyaWanita di Sumba Barat Daya menjadi korban tradisi kawin tangkap.
Baca SelengkapnyaTradisi pernikahan unik di daerah Pariaman ini memiliki budaya yang berbeda dari wilayah lainnya terutama di Sumatra Barat.
Baca SelengkapnyaBerasal dari suku yang berbeda, keduanya justru saling memiliki ketertarikan satu sama lain.
Baca SelengkapnyaPengantin tersebut tak tahu jika orang tuanya menggelar resepsi. Pengantin mengira orang tua hanya menggelar pengajian.
Baca SelengkapnyaMomen pernikahan bagi masyarakat Lampung adalah hal yang sakral dan salah satu unsur kehidupan yang begitu penting.
Baca SelengkapnyaMasyarakat di Desa Margopatut Nganjuk memiliki tradisi Ngalor Ngulon terkait dengan syarat seseorang yang akan menikah.
Baca SelengkapnyaDua sejoli memperjuangkan cinta hingga mendapatkan restu orangtua. Banyak sekali mendapat rintangan yang sulit, namun berhasil dilalui.
Baca SelengkapnyaMitos pernikahan anak terakhir dengan anak terakhir menurut adat Jawa disebut akan bawa malapetaka.
Baca SelengkapnyaBagi masyarakat Batak pernikahan pariban ini ideal dan baik. Bahkan, pariban sudah menjadi kewajiban bagi masyarakat Batak Toba.
Baca SelengkapnyaDalam budaya Jawa, urutan kelahiran sering kali dianggap memengaruhi karakter dan kepribadian seseorang.
Baca Selengkapnya