Kya Kya, Kawasan Pecinan Surabaya yang Didatangi Pedagang Arab hingga Eropa
Merdeka.com - Kawasan Pecinan di Kota Surabaya yang dikenal dengan sebutan Kya Kya ramai pada awal tahun 2000-an. Kya Kya berada di Jalan Kembang Jepun, Kota Surabaya, Jawa Timur.
Surabaya merupakan salah satu gerbang utama perdagangan di wilayah Indonesia Timur. Tak heran jika banyak pedagang dari China, Arab, hingga Eropa berduyun-duyun datang untuk berdagang. Bahkan, tak sedikit di antara mereka yang menetap di Kota Pahlawan, seperti dilansir Liputan6.com, Kamis (22/7/2021).
Pembagian Kawasan
-
Kenapa Jakarta menjadi pusat perdagangan? Geliat perdagangan berputar cepat di sini bahkan hingga jadi kota pelabuhan yang dikenal dunia.
-
Mengapa pelabuhan Jepara menjadi pusat perdagangan? Pada masa lalu, Pelabuhan Jepara menjadi pusat perdagangan yang amat ramai.
-
Bagaimana Purwakarta menjadi pusat perdagangan? Di sana terdapat peradaban kuno yang meramaikan Sungai Citarum sebagai pusat perdagangan tradisional nusantara.
-
Mengapa orang Hakka datang ke Surabaya? Dikutip dari kanal YouTube Bina Budaya, orang-orang Hakka mengungsi dari Tiongkok karena ada gejolak politik di negerinya. Salah satu tujuan pelarian itu adalah Kota Surabaya.
-
Bagaimana Surabaya jadi kota penting di masa kolonial? Pada masa kolonial Hindia Belanda, Surabaya adalah kota penting karena merupakan pelabuhan ekspor-impor di Nusantara.
-
Kenapa Singapura jadi pusat perdagangan dulu? Kawasan ini ramai sebagai pusat perdagangan karena strategis di Selat Malaka.
©2021 Merdeka.com/bappeko.surabaya.go.id
Pada masa penjajahan Belanda, kawasan Jepun dibagi menjadi beberapa bagian. Bagian selatan Kalimas menjadi kawasan Pecinan yang kemudian dikenal sebagai Kya Kya. Kawasan Pecinan Kya Kya ini pernah ramai pada tahun 2003.
Sementara itu, kawasan utara dijadikan kampung Melayu dan kampung Arab. Kedua kampung ini dibatasi oleh Jalan Kembang Jepun.
Orang-orang Belanda yang berada di Surabaya saat itu kemudian mendirikan permukiman di bagian barat Kalimas. Kawasan tersebut diberi nama Eropa Kecil.
Pusat Kuliner
©2021 Merdeka.com/bappeko.surabaya.go.id
Pada pintu masuk Kya Kya terdapat dua gapura berdekorasi naga. Di gapura tersebut juga ada tulisan "Kya-Kya" yang berarti jalan-jalan. Kemudian, pada bagian kanan dan kiri gapura terdapat dua patung singa.
Pasar yang berada di Kya Kya menjual banyak kuliner khas Tionghoa. Uniknya, resep makanan tersebut diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Setidaknya ada 200 lapak penjual kuliner dan 500 meja makan yang tertata rapi sepanjang kawasan Kya Kya.
Namun pada pertengahan 2000-an, jumlah pedagang di Jalan Kembang Jepun terutama kawasan Kya Kya mulai menurun. Sebab, ada pergeseran pusat perdagangan di segitiga emas yang terletak di Jalan Basuki Rahmat, Jalan Pemuda, dan Jalan Panglima Sudirman.
Selain pusat kuliner, Kya Kya juga menjadi tempat penyelenggaraan berbagai atraksi. Banyak festival yang digelar di Kya Kya. Di kawasan Kya Kya juga terdapat banyak bangunan kuno yang masih berdiri kokoh hingga hari ini, seperti bekas gudang tembakau hingga rumah-rumah.
Jadi Kota Mati
©2021 Merdeka.com/bappeko.surabaya.go.id
Pada malam hari, kawasan Kya Kya serupa kota mati. Pasalnya sudah tidak ada aktivitas perdagangan di sana.
Kya Kya juga semakin sepi karena banyak generasi muda dari etnis Tionghoa yang memilih tinggal dan beraktivitas di kawasan Surabaya Barat yang perkembangannya lebih pesat. (mdk/rka)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dahulu terdapat kapal yang membawa hingga 5.000 pikul lada dari Cirebon
Baca SelengkapnyaDemak masa lalu merupakan kota pelabuhan yang sangat berpengaruh di pesisir Jawa.
Baca SelengkapnyaNusantara lebih dulu eksis jauh sebelum Indonesia merdeka. Simak fakta menariknya.
Baca SelengkapnyaSimak cara penyebaran Islam di Indonesia berikut ini beserta sejarah masuknya.
Baca SelengkapnyaPada abad ke-13 Kota Jambi sudah terkenal sebagai pelabuhan ekspor tekstil.
Baca SelengkapnyaProses masuknya Islam ke Indonesia didasarkan pada tiga teori. Terdapat pula tokoh-tokoh penting dalam proses penyebarannya.
Baca SelengkapnyaKomunitas yahudi di Surabaya sudah eksis sejak sebelum Indonesia merdeka. Mereka bukan orang-orang biasa, ada saudagar kaya raya hingga arsitek bangunan megah.
Baca SelengkapnyaSurabaya dipilih sebagai salah satu lokasi penting promosi mengingat posisinya sebagai pusat ekonomi dan budaya.
Baca SelengkapnyaPada masanya pelabuhan-pelabuhan itu ramai oleh aktivitas perdagangan. Sekarang beberapa di antaranya telah hilang karena proses alam.
Baca SelengkapnyaKeberagaman masyarakatnya mencerminkan Indonesia yang plural, di mana berbagai etnis dan budaya hidup berdampingan secara harmonis di kota ini.
Baca SelengkapnyaTak hanya wilayah Timur saja yang kaya akan rempah-rempah. Pulau Sumatra juga tidak kalah kaya dengan hasil rempah yang juga menjadi incaran pedagang Eropa.
Baca SelengkapnyaKini Ampel tidak hanya terkenal dengan wisata religinya, tapi juga pusat belanja dan kuliner favorit
Baca Selengkapnya