Mengenal Makna Lebaran Ketupat, Simbol Kebersamaan dan Kasih Sayang
Merdeka.com - Idul Fitri merupakan hari raya kemenangan yang dirayakan oleh seluruh umat Islam di dunia. Hari Raya ini selalu disambut secara meriah oleh umat islam yang sebelumnya telah melaksanakan kewajiban puasa Ramadan selama sebulan penuh.
Sementara itu, masyarakat Jawa khususnya Jawa Timur memiliki lebaran lain selain Idul Fitri, yakni Lebaran Ketupat. Jika Idul Fitri dilaksanakan pada tanggal 1 Syawal, Lebaran Ketupat dilaksanakan sepekan setelahnya.
Awal Mula Lebaran Ketupat
-
Kapan Lebaran Ketupat dirayakan? Lebaran Ketupat dilaksanakan satu minggu setelah perayaan Idul Fitri, tepatnya pada 8 Syawal, dan ditandai dengan memakan ketupat.
-
Gimana ketupat bisa jadi simbol Lebaran? Dalam tradisi Jawa, ketupat berasal dari kata kupat yang punya beberapa makna, yaitu ngaku lepat (mengakui kesalahan) dan laku papat (4 tindakan). 4 tindakan yang dimaksud juga berhubungan dengan nilai-nilai Islam, lho.
-
Apa makna ketupat di Lebaran? Dalam tradisi Jawa, ketupat berasal dari kata kupat yang punya beberapa makna, yaitu ngaku lepat (mengakui kesalahan) dan laku papat (4 tindakan).
-
Kenapa ketupat jadi simbol Lebaran? Pemilihan ketupat nggak dilakukan dengan sembarangan. Makanan ini dinilai punya makna filosofis yang cocok dengan momen Lebaran.
-
Kapan Ketupat diperkenalkan sebagai simbol Lebaran? Pada tahun 1600-an, saat Islam mulai menyebar di Jawa, ketupat diperkenalkan oleh seorang tokoh penting dalam penyebaran Islam, yaitu Raden Mas Sahid atau yang dikenal sebagai Sunan Kalijaga.
-
Kenapa orang makan ketupat saat Lebaran? Namun, menurut Khoirul, di era modern ini banyak makanan tradisional mengalami modifikasi untuk alasan kesehatan. 'Tapi, bukan berarti kita melarang orang makan ketupat dan menggantinya dengan oat. Tradisi adalah identitas yang tidak bisa dihilangkan begitu saja,' tegasnya.
©Shutterstock/Andrew L
Dikutip dari nu.or.id, Lebaran Ketupat pertama kali diperkenalkan oleh Sunan Kalijaga. Kepada masyarakat Jawa dikenalkannya dua istilah Bakda, yakni Bakda Lebaran dan Bakda Kupat.
Bakda Lebaran dipahami sebagai prosesi pelaksanaan shalat Ied tanggal 1 Syawal. Termasuk tradisi saling berkunjung antartetangga maupun antarsaudara untuk tujuan saling memaafkan. Sedangkan Bakda Kupat dilaksanakan sepekan setelah Bakda Lebaran. Pada hari itu, masyarakat muslim Jawa umumnya membuat ketupat.
Penyelenggaraan Lebaran Ketupat
© iStock
Lebaran Ketupat dilaksanakan pada tanggal 8 Syawal. Hari di mana berakhirnya puasa Syawal selama 6 hari. Puasa di enam hari pada bulan Syawal ini merupakan sunnah Nabi Muhammad SAW.
Dalam pelaksanaannya, setiap daerah atau lingkungan sosial tertentu di masyarakat memiliki kebijakan berbeda-beda. Di satu sisi, masing-masing orang yang telah memasak ketupat dan sayur mengantarkannya kepada kerabat terdekat serta kepada orang-orang yang lebih tua.
Namun, ada pula yang dalam penyelenggaraannya masyarakat di satu lingkungan berkumpul menjadi satu untuk makan ketupat bersama-sama. Setelah sebelumnya mendengar kajian tentang keislaman yang disampaikan kiai setempat.
Macam-macam Ketupat
©iStock
Ketupat adalah simbol kebersamaan dan lambang kasih sayang. Dalam tradisi masyarakat Jawa, ada bermacam-macam bentuk ketupat. Masing-masing daerah memiliki arti dan maksud tersendiri terkait ketupat yang mereka buat.
Di antaranya ada Ketupat Bawang khas Madura. Ketupat ini dianggap sebagai ketupat penyedap, sebagaimana bawang yang merupakan bumbu penyedap untuk masakan.
Masyarakat Tegal mengenal Ketupat Glabed. Arti dari Ketupat Glabed adalah ketupat yang dimakan dengan kuah berwarna kuning kental. Penamaan ketupat ini berasal dari ucapan orang Tegal yang mengekspresikan kekentalan kuah ketupat tersebut dengan istilah Glabed-glabed-glabed!.
Selain itu, ada Ketupat Bebanci khas Betawi. Ketupat ini disantap dengan kuah santan berisi daging sapi yang telah diberi berbagai macam bumbu seperti kemiri, bawang merah, bawang putih, cabai, dan rempah-rempah.
Makna dari Kata Ketupat
©Shutterstock
Istilah ketupat memiliki makna tersendiri. Ketupat atau Kupat berasal dari istilah dalam bahasa Jawa yakni “ngaku lepat” atau mengaku salah.
Prosesi mengakui kesalahan pada umumnya diimplementasikan dengan tradisi sungkeman. Anak bersimpuh untuk memohon maaf kepada orang tuanya.
Tradisi sungkeman sekaligus sebagai ajang pembelajaran diri untuk memahami pentingnya menghormati orang tua, tidak sombong kepada mereka serta senantiasa mengharap ridho dan bimbingannya.
Bukti Cinta dan Kasih Sayang
©favim.com
Tradisi sungkeman adalah bukti cinta dan kasih sayang anak kepada orang tuanya maupun sebaliknya. Selain saling memaafkan dalam keluarga, ketupat juga menjadi simbol saling memohon maaf antartetangga.
Dikutip dari nu.or.id, umat Islam dituntun untuk mau mengakui kesalahan dan saling memaafkan dengan penuh keikhlasan yang disimbolkan dengan ketupat tersebut. (mdk/rka)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Lebaran Ketupat dilaksanakan satu minggu setelah perayaan Idul Fitri, tepatnya pada 8 Syawal.
Baca SelengkapnyaTradisi syawalan di Pulau Jawa telah berlangsung lintas generasi.
Baca SelengkapnyaJadi tradisi unik saat Lebaran, ini fakta menarik ketupat.
Baca SelengkapnyaSejarah ketupat di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh budaya dan agama yang datang bersama para pedagang dan penyebar agama.
Baca Selengkapnyalepet menjadi salah satu kudapan yang diperkenalkan Sunan Kalijaga. Biasanya lepet disajikan pada tanggal 1 Syawal.
Baca SelengkapnyaSemua warga tampak semringah mengarak gunungan ketupat keliling kampung
Baca SelengkapnyaSetiap wilayah di Indonesia punya caranya masing-masing dalam menyambut Hari Lebaran
Baca SelengkapnyaKetupat tak hanya sekedar panganan bagi masyarakat di Serang, tetapi mengandung makna nilai keislaman.
Baca SelengkapnyaMenurutnya, ketupat pernah digunakan oleh Sunan Kalijaga dalam penyebaran agama Islam di Pulau Jawa.
Baca SelengkapnyaTradisi Lebaran bukan cuma soal mudik dan makan ketupat. Di berbagai daerah banyak sekali tradisi dilakukan secara turun temurun dan hanya ada saat Lebaran.
Baca SelengkapnyaBodho Kupat sendiri merupakan tradisi yang rutin diselenggarakan masyarakat Lumajang ketika memasuki hari ketujuh Lebaran Idulfitri.
Baca SelengkapnyaPihak cenderung menolak praktik budaya dan kearifan lokal seringkali belum memahami agama dengan komprehensif.
Baca Selengkapnya