Mengenal Penyakit Mononukleosis dari Penyebab, Gejala hingga Cara Mengobatinya
Mononukleosis disebabkan oleh infeksi virus Epstein-Barr (EBV), yang termasuk dalam keluarga herpesvirus.
Mononukleosis disebabkan oleh infeksi virus Epstein-Barr (EBV) yang termasuk dalam keluarga herpesvirus.
Mengenal Penyakit Mononukleosis dari Penyebab, Gejala hingga Cara Mengobatinya
Penyakit mononukleosis, juga dikenal sebagai "mononucleosis infectious" atau "penyakit ciuman," adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Epstein-Barr (EBV). Ini termasuk dalam kelompok herpesvirus dan dapat menyerang manusia.
Penyakit mononukleosis atau mono, adalah infeksi virus yang menyebabkan demam, sakit tenggorokan, dan pembengkakan kelenjar getah bening, paling sering di leher.
Virus penyebab mono (virus Epstein-Barr) menyebar melalui air liur. Ya, Anda bisa tertular melalui ciuman namun bisa juga tertular dengan berbagi gelas atau peralatan makan dengan penderita mono. Namun, mononukleosis tidak menular seperti beberapa infeksi, seperti flu biasa.
Berikut beberapa informasi penting seputar penyakit mononukleosis seperti penyebab, gejala, dan cara mengobatinya yang penting untuk Anda ketahui.
-
Apa itu penyakit keturunan? Penyakit keturunan juga dikenal sebagai penyakit genetik, yaitu kondisi kesehatan yang disebabkan oleh mutasi atau perubahan pada genetik yang diwariskan dari orang tua kepada anak.
-
Apa saja jenis penyakit keturunan? Ada tiga jenis penyakit keturunan, yaitu Penyakit Monogenik, Penyakit Multifaktorial, dan Penyakit Kromosom.
-
Apa itu leukemia? Leukemia, atau yang lebih dikenal dengan kanker darah, adalah salah satu jenis kanker yang paling sering menyerang anak-anak.
-
Di mana penyakit ini terjadi? Lebih dari 95 siswi di SMU St. Theresa's Eregi Girls Ibu Kota Nairobi, Kenya menderita penyakit misterius sehingga sekolah terpaksa ditutup sementara.
-
Bagaimana cara menyembuhkan penyakit keturunan? Terapi genMetode ini bertujuan untuk mengganti atau memperbaiki gen yang rusak. Caranya dengan memasukkan salinan gen yang berfungsi normal ke dalam sel pasien menggunakan vektor seperti virus yang dimodifikasi.
Penyebab Penyakit Mononukleosis
Melansir laman Mayo Clinic dan Mount Sinai Hospital, penyakit mononukleosis disebabkan oleh infeksi virus Epstein-Barr (EBV), yang merupakan bagian dari keluarga Herpesviridae.
EBV adalah virus yang umum ditemukan di seluruh dunia dan biasanya menyebar melalui kontak langsung dengan saliva yang terinfeksi.
Penyakit ini juga dikenal dengan sebutan "penyakit ciuman" karena salah satu cara utama penularannya adalah melalui ciuman. Selain itu, virus ini dapat menyebar melalui kontak dengan objek yang terkontaminasi atau transfusi darah dari donor yang terinfeksi.
Virus Epstein-Barr menyerang sel-sel darah putih, terutama sel-sel limfosit B, yang merupakan bagian dari sistem kekebalan tubuh.
Infeksi ini menyebabkan respons kekebalan tubuh yang kuat, yang menghasilkan gejala seperti demam, pembengkakan kelenjar getah bening, dan kelelahan yang berlebihan. Selain itu, EBV juga dapat menyebabkan pembesaran limpa dan hati.
Faktor risiko untuk penularan EBV dan perkembangan mononukleosis melibatkan kontak dekat dengan orang yang terinfeksi, seperti berbagi cairan tubuh, peralatan makan, atau kontak langsung dengan saliva yang terinfeksi.
Aktivitas fisik yang intens dan penurunan sistem kekebalan tubuh juga dapat meningkatkan risiko seseorang untuk mengembangkan penyakit ini. Meskipun mononukleosis umumnya dianggap sebagai penyakit yang ringan, dalam beberapa kasus, gejalanya dapat menjadi parah dan memerlukan perhatian medis.
Gejala Penyakit Mononukleosis
Penyakit mononukleosis umumnya dimulai secara perlahan dengan rasa lelah dan rasa sakit umum seperti sakit kepala, dan sakit tenggorokan. Lalu, sakit tenggorokan perlahan bertambah parah. Amandel pun menjadi bengkak dan muncul lapisan kuning keputihan. Seringkali, kelenjar getah bening di leher membengkak dan nyeri. Ruam berwarna merah muda seperti campak juga dapat muncul, dan lebih mungkin akan terjadi jika Anda mengonsumsi obat ampisilin atau amoksisilin untuk infeksi tenggorokan.
Gejala penyakit mononukleosis dapat bervariasi dari ringan hingga parah. Berikut beberapa tanda dan gejala umum yang dapat muncul menandai penyakit ini:
1. Demam: Peningkatan suhu tubuh yang dapat disertai dengan menggigil.
2. Pembengkakan Kelenjar Getah Bening: Terutama di leher dan ketiak. Kelenjar getah bening yang terinfeksi dapat terasa lunak atau nyeri saat disentuh.
3. Kelelahan yang Berlebihan: Kelelahan yang tidak wajar dan berlanjut, bahkan setelah istirahat yang cukup.
4. Nyeri Tenggorokan: Nyeri dan kemerahan pada tenggorokan, seringkali disertai dengan pembengkakan amandel.
5. Pembengkakan Limpa dan Hati: Pada beberapa kasus, dapat terjadi pembesaran limpa (organ limfatik) dan hati.
6. Ruam Kulit: Meskipun tidak selalu terjadi, beberapa orang mungkin mengalami ruam kulit.
7. Sakit Kepala dan Nyeri Otot: Gejala umum seperti sakit kepala dan nyeri otot atau sendi.
8. Hilangnya Nafsu Makan: Beberapa orang mungkin mengalami hilangnya nafsu makan atau perubahan selera makan.
9. Tekanan di Daerah Abdomen: Pada kasus yang jarang terjadi, seseorang dapat merasakan tekanan di daerah abdomen karena pembesaran hati atau limpa.
Gejala mononukleosis biasanya muncul satu hingga dua bulan setelah terinfeksi virus Epstein-Barr. Penting untuk dicatat bahwa tidak semua orang yang terinfeksi EBV akan mengalami gejala, dan beberapa mungkin menjadi pembawa virus tanpa menunjukkan tanda-tanda penyakit.
Komplikasi Penyakit Mononukleosis
Komplikasi mononukleosis terkadang merupakan kondisi yang serius. Berikut beberapa kemungkinan jenis komplikasi yang dapat terjadi;
1. Pembengkakan Limpa (Splenomegali)
Limpa yang membesar adalah komplikasi umum mononukleosis. Pada beberapa kasus, limpa yang sangat besar dapat menyebabkan nyeri di bagian kiri atas perut dan, dalam kasus yang jarang, pecahnya limpa yang dapat menjadi keadaan darurat medis.
2. Kerusakan Hati
Pada beberapa orang, virus EBV dapat menyebabkan peradangan hati (hepatitis), yang dapat menimbulkan gejala seperti kuning pada kulit dan mata (jaundice), nyeri perut, dan peningkatan enzim hati.
3. Penyakit Neurologis
Meskipun langka, mononukleosis dapat terkait dengan komplikasi neurologis seperti meningitis atau ensefalitis, yang dapat menyebabkan sakit kepala, kejang, atau perubahan perilaku.
4. Pneumonia
Pada beberapa kasus, mononukleosis dapat menyebabkan infeksi paru-paru atau pneumonia.
5. Kerusakan Tonsil
Infeksi dapat menyebabkan pembengkakan dan peradangan tonsil, dan dalam beberapa kasus, dapat terjadi pembentukan abses pada tonsil.
6. Reaktivasi Virus Epstein-Barr
Meskipun jarang, virus EBV dapat bereaktivasi pada masa mendatang, terutama pada individu dengan sistem kekebalan tubuh yang melemah.
7. Sindrom Kelelahan Kronis
Beberapa orang melaporkan mengalami kelelahan yang berkepanjangan setelah infeksi mononukleosis. Meskipun belum sepenuhnya dipahami, beberapa kasus sindrom kelelahan kronis telah terkait dengan infeksi EBV.
Penting untuk diingat bahwa komplikasi-komplikasi ini relatif jarang terjadi, dan sebagian besar orang dengan mononukleosis pulih sepenuhnya tanpa pengaruh jangka panjang. Namun, jika seseorang mengalami gejala yang mencurigakan, segera cari bantuan medis untuk evaluasi dan perawatan yang tepat.
Cara Mengobati Penyakit Mononukleosis
Penyakit mononukleosis umumnya tidak memiliki pengobatan khusus dan akan sembuh dengan sendirinya seiring berjalannya waktu. Terapi lebih berfokus pada meredakan gejala dan mendukung tubuh dalam melawan infeksi. Berikut adalah beberapa cara umum yang dapat membantu mengelola penyakit mononukleosis:
Istirahat Cukup - Istirahat yang cukup sangat penting untuk membantu tubuh pulih dan melawan infeksi. Hindari aktivitas fisik yang berlebihan selama masa penyakit.
Konsumsi Cairan yang Adekuat - Minumlah banyak cairan, seperti air, jus, dan kaldu, untuk mencegah dehidrasi dan membantu melawan gejala seperti demam.
Berkumur Air Garam - Berkumur dengan air garam hangat dapat membantu meredakan nyeri tenggorokan.
Penggunaan Obat Simtomatik - Obat pereda nyeri seperti parasetamol atau ibuprofen dapat digunakan untuk meredakan nyeri dan mengurangi demam. Namun, sebaiknya konsultasikan dengan profesional kesehatan sebelum mengonsumsi obat, terutama jika ada kondisi kesehatan lain atau penggunaan obat lain.
Pemantauan oleh Profesional Kesehatan - Segera berkonsultasi dengan dokter atau profesional kesehatan jika gejala berlanjut atau memburuk, atau jika ada tanda-tanda komplikasi seperti pembengkakan yang parah, kesulitan bernapas, atau nyeri abdomen yang intens.
Hindari Aktivitas yang Berpotensi
Membahayakan Limpa - Jika terdapat pembesaran limpa, hindari aktivitas yang dapat menyebabkan tekanan pada limpa, seperti olahraga kontak atau aktivitas fisik yang berlebihan.
Makan Makanan Sehat - Asupan makanan yang sehat dapat membantu tubuh memperoleh nutrisi yang diperlukan untuk memerangi infeksi. Pilih makanan yang mudah dicerna.
Penting untuk mendiskusikan rencana perawatan dan gejala Anda dengan profesional kesehatan. Meskipun mononukleosis umumnya sembuh dengan sendirinya, ada situasi tertentu di mana perawatan medis lebih intensif mungkin diperlukan, terutama jika ada komplikasi yang berkembang. Selalu ikuti petunjuk dan saran dari dokter atau profesional kesehatan Anda.