Penjual Nasgor di Surabaya Setia Pakai Petromaks di Gerobak, Ciptakan Suasana Makan Romantis
Penjual nasi goreng di Surabaya yang masih setia memasang petromaks di gerobaknya mencuri perhatian.
Penerangan tradisional itu menciptakan suasana terang yang khas
Penjual Nasgor di Surabaya Setia Pakai Petromaks di Gerobak, Ciptakan Suasana Makan Romantis
Seorang penjual nasi goreng (nasgor) di depan kawasan Islamic Center Kota Surabaya masih setia menggunakan petromaks untuk penerangan. Petromaks itu dipasang di salah satu sudut gerobak. Penerangan tradisional itu menjadi lentera saat sang penjual mendorong gerobak berkeliling untuk menjajakan dagangannya. (Foto: Instagram @khofifah.ip)
-
Apa Nasi Minyak? Nasi minyak merupakan salah satu makanan khas dari Palembang, Sumatra Selatan.
-
Bagaimana Nasi Goreng Parahyangan disajikan dulu? Menu ini awalnya dikemas secara sederhana di piring, dan hanya ditutupi plastik steril sehingga mudah untuk dikonsumsi.
-
Bagaimana cara membuat Nasi Gegok? Nasi gegok merupakan kuliner nasi yang dicampur ikan. Setelah itu nasi gegok dibungkus daun pisang lalu dikukus selama kurang lebih 30 menit, hingga nasinya bertekstur lembut.
-
Apa itu Nasi Goreng Parahyangan? Bagi para pengguna kereta api di pulau Jawa, pasti tidak asing dengan menu nasi goreng Parahyangan. Menu ini tersedia di seluruh kereta jarak jauh, dengan rasa yang lezat dan berbumbu khas nusantara.
-
Apa itu Nasi Gegok? Selain nasi tiwul, Kabupaten Trenggalek punya kuliner lain yang tak kalah menarik untuk dicicipi, yaitu nasi gegok. Yang menjadi ciri khas dari makanan ini adalah rasa pedas dari ikan terinya.
-
Siapa yang biasanya menikmati Nasi Minyak? Makanan ini biasa dihidangkan saat acara penyambutan tamu-tamu besar yang berkunjung ke Kesultanan Palembang Darussalam.
Gubernur Terkesan
Belum lama ini, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa bertemu dengan penjual nasi goreng tersebut di depan gedung Islamic Center Surabaya. Ia terkesan dengan keberadaan petromaks di gerobak penjual nasi goreng keliling tersebut.
Dinner Romantis
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa terkesan dengan gerobak nasgor yang dipasang petromaks. "Baru-baru ini saya bertemu dengan penjual nasgor di depan Islamic Center Surabaya yang masih setia menggunakan petromaks. Monggo dilarisi rek. Dinner romantis berteman cahaya remang petromaks," tulis Gubernur Jatim melalui akun Instagramnnya @khofifah.ip, Kamis (13/7/2023)
Sebelum ada listrik, daerah-daerah di Jawa Timur bahkan seluruh Indonesia mengandalkan petromaks sebagai penerangan. Temaram cahaya yang dihasilkan petromaks membuat suasana rumah jadi romantis. Terlebih saat itu tidak ada gadget dan alat elektronik lain. (Foto: Freepik wirestock)
Petromaks Zaman Dahulu
Alat penerangan ini menggunakan bahan bakar minyak tanah bertekanan dan untuk menyalakannya dibutuhkan spiritus. Desain lampu ini ditemukan pada tahun 1910 oleh Max Graetz (1851-1937), CEO perusahaan Ehrich & Graetz yang berpusat di Berlin. Nama Petromax merupakan gabungan kata dari “Petroleum” dan “Max Graetz”. Awalnya, petromax merupakan merek dagang. Nama ini kemudian menjadi sebutan umum untuk desain alat penerangan sejenis. Di Indonesia, pada tahun 1990-an alat ini banyak dipakai untuk penerangan rumah di perdesaan maupun pedagang kaki lima yang berjualan pada malam hari.
Mengenang Petromaks
Pemilik akun Instagram @moh** membagikan kenangannya menggunakan patromaks. "Desa baru ada listrik 1987. Lampu petromaks sangat berjasa bagi pendidikan saya, Waktu itu tidak semua rumah punya petromaks. sehingga di rumah abah saya banyak teman sebaya belajar bersama numpang terangnya sinat cahaya petromaks," tulisnya. (Foto: Freepik)
Populer
Petromaks sangat populer sebelum akses listrik merata, seperti dikutip dari laman resmi Pemkab Gunung Kidul. Bahkan, pada zaman dahulu tidak semua orang mampu memiliki petromaks, hanya orang-orang dari kalangan menengah ke atas yang bisa memilikinya. Tak heran jika sebagian warga berbondong-bondong ke rumah empunya petromaks demi numpang penerangan.