Airmata buaya, buaya darat dan buaya pasar
Merdeka.com - Gak dinyana, ada cocoklah nujuman merdeka.com 'Hari Pemilu Yang Susah Dilayani Kemauannya': Umumnya, hari maujud segenap partai peserta pemilu legislatif (pileg) itu klop sama hari penyelenggaraannya 9/4/2014, Rabu Pon. Terkecuali Gerindra, maujud 6/2/2008, Rabu Wage, berwuku Langkir. Sesuai klenikan warisan leluhur, Rabu ketemu Rabu itu buruk.
Juga, shionya pileg 9/4/2014 itu kuda, non-pasangannya Gerindra yang bershio tikus. Wajar, jika kuda kian sewot akibat jadi tunggangannya tikus berorasi politik di depan ribuan kader dan simpatisannya di Gelora Bung Karno barusan.
Maka maujudlah tulisan nasib itu. Gerindra merasa dibuaya-daratin oleh PDIP yang bercapreskan boneka dan berairmata buaya.
-
Siapa yang diusung PDIP? Tri Rismaharini dengan Zahrul Azhar Asumta atau Gus Hans yang diusung PDIP.
-
Apa yang terjadi dengan Gerindra di Pemilu 2019? Pada Pemilu 2019, perolehan suara Partai Gerindra kembali naik, walau tidak signifikan. Partai Gerindra meraih 12,57 persen suara dengan jumlah pemilih 17.594.839 dan berhasil meraih 78 kursi DPR RI.
-
Kenapa PDIP melobi PKB untuk Pilkada Jakarta? 'Atas dasar fakta itu, kami berniat menjalin kerja sama politik dengan PKB. Waktu itu kan PDIP belum bisa mengajukan calon sendiri sebab Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 60 yang membolehkan kami mengajukan calon sendiri belum ada,' tambah dia.
-
Siapa yang ingin diusung oleh PDIP? 'Kalau memang misalnya Pak Anies berpasangan dengan kader kami jadi wagubnya,' Wakil Sekretaris Jenderal PDIP Utut Adianto kepada wartawan.
-
Siapa yang memimpin Gerindra saat ini? Di Bawah Bayang-Bayang Masa Lalu, Kiprah Partai Gerindra Semakin Maju Dalam perjalanan politiknya, Partai Gerindra masih kerap dibayang-bayangi oleh sejarah masa lalu sang tokoh, yakni Prabowo Subianto.
Tahun 2009, Gerindra dan PDIP membikin perjanjian Batu Tulis. Isinya, Prabowo mendukung penuh pencapresan Megawati dengan imbal balik pada tahun 2014 PDIP akan nyokong pencapresan Prabowo. Tapi sekarang, kok Jokowi dibonekakan nyapres 2014 oleh PDIP. Praktis, peluang Prabowo dibuaya-pasarkan.
Mungkin perlu diintip itu Presidensialismo Chileno. Berkat pilegnya bersistem binominal, maka dari sejak awalnya, tanpa harus ganti nama, partai-partai dipaksa berkoalisi secara tertulis, baik dalam penetapan caleg maupun capresnya. Michelle Bachelet yang berpresidenta sejak awal 2014 itu dari Partido Socialista. Tapi dalam pileg maupun pilpres yang diselenggarakan serentak akhir 2013 itu, Bachelet adalah capres kubu Nueva Mayoria (sebelumnya Concertacion de Partidos por la Democracia), yang sejak 1990 membuahkan 5 dari 6 presiden Cile, terdiri dari kongsiannya Partido Democrata Cristiana, Partido Socialista, Partido para la Democracia, Partido Radical Socialista, Partido Comunista, Iyquierda Ciudadana dan Movimiento al Socialismo.
Dalam kubu ini, di Camara de Diputados (DPR Cile), partidonya sang presidenta berkursi hanya 22 persen, sedangkan Partido Democrata Cristiana 33 persen. Gaibnya, perkoalisiannya gak berairmata buaya. Mungkin akibat perjanjiannya di Kertas Tulis dan bukan di Batu Tulis.
Kebobolan Gerindra itu akibat dari kelengahannya sendiri. Secara alam gaib, persekongkolannya dengan PDIP itu amat sukar. Maujudnya itu kabur. Di satu pihak, mengaku penerusnya PDI Orde Barusan, kelahiran 10/1/1973, Rabu Wage. Jika tanggal itu dijadikan acuan, maka produk gancetan Rabunya PDI sama Rabunya Gerindra adalah air mata jatuh ke perut alias berduka cita. Batu Tulis lalu maujud jadi Batuk Tuli.
Di lain pihak, kalau yang diakui itu tanggal deklarasinya 14/2/1999, maka PDIP bershio kelinci, non pasangannya tikus Gerindra. Karena Gerindra itu guremannya PDIP, maka alih-alih Batu Tulis ya Batur Turis.
Alhasil, Gerindra produk buaya daratan air mata buayanya PDIP itu lalu mbonek jadi air tenang jangan disangka tiada buaya. Maka, "Pilihannya jelas, 9 April nanti mau pilih Kurawa atau Pandawa," kata Prabowo. Alias: mau pilih kekurangwarasan atau jadi santapan dahaganya denawa.
Selain itu, apesnya Gerindra itu gara-gara bikin perjanjian Batu Tulis 15/5/2009, Jumat Pon, berwuku Tambir. Wataknya: gak bisa dijadikan tempat berlindung dan cita-citanya sering gak kesampaian. Dengan dibuaya-daratinnya Gerindra oleh airmata buayanya PDIP itu, bisalah dipastikan, bahwa pada saat nulis-nulis di batu itu, Gerindra khilaf bersesajen nasi uduk, berlaukkan pindang bebek dan ayam.
Sesungguhnya, kalau Gerindra tekun ber-merdeka.com, berbagai jenis kebuayaan akan enteng disongsong. Tapi, apa lacur, nasi sudah jadi bubur. Dan sebaiknya segera ndubur, agar gak mules. Sebenarnya, pencapresan Jokowi itu persoalan enteng. Gerindra mesti berjurus buaya melangsar bak buaya pasar. Peluangnya cantik.
Pertama, Jokowi pengen PDIP menang mutlak agar gampang mresiden. Kalau menang tipis susah katanya, karena ada tawar menawar. Menang mutlak dalam proporsional daftar terbuka suara terbanyak itu mustahil. Kedua, seperti kebiasaannya, ntar di tengah jalan, Jokowi bisa pindah jabatan. Misalnya Nyekjen PBB. Macam Ahok yang bakal nggubernur, maka buaya daratkan Jokowi presiden dan Prabowo berairmata buaya dululah buat ngewapres. (mdk/tts)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyinggung pribahasa musang berbulu domba.
Baca SelengkapnyaHubungan PDIP dengan Jokowi dikabarkan memanas, usai
Baca SelengkapnyaGerindra menyebut tidak bisa mencegah atau melarang kader partai lain mendukung Prabowo.
Baca SelengkapnyaGibran melempar candaan kepada Budiman Sudjatmiko buntut dukungannya ke Prabowo
Baca SelengkapnyaPuan sempat meragukan informasi terkait Gibran yang bakal jadi cawapres Prabowo.
Baca SelengkapnyaMenurut Irma, jika PDIP masih di dalam pemerintahan, maka diibaratkan seperti kura-kura
Baca SelengkapnyaKelakar itu disampaikan Prabowo usai mendapat didukung Partai Bulan Bintang sebagai Capres 2024.
Baca SelengkapnyaPanel Barus menyebut PDIP tengah memainkan taktik bambu
Baca SelengkapnyaPesan yang kedua yakni, kader merasa bahwa Partai Demokrat diprank oleh musang berbulu domba. Dia pun mengaku tertegun dengan kalimat itu.
Baca SelengkapnyaMegawati mendapat pertanyaan dari Presiden Joko Widodo atau Jokowi soal bagaimana suasana pemilihan umum (Pemilu) 2024.
Baca SelengkapnyaMegawati Jawab Kritik Ganjar Capres Petugas Partai, Singgung Posisi Jokowi
Baca SelengkapnyaDi jajaran Ketua-ketua partai politik di Bali, Made Muliawan Arya bisa disebut sebagai yang paling muda usianya.
Baca Selengkapnya