Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Akar masalah data pemilih

Akar masalah data pemilih Pemuktahiran Data Pemilih Tetap. ©2012 Merdeka.com/imam buhori

Merdeka.com - September 2014 ini KPU mestinya sudah menetapkan daftar pemilih tetap (DPT) untuk Pemilu 2014 nanti. Namun karena masih ada 65 juta nama yang belum jelas status datanya, maka atas rekomendasi DPR, KPU menunda penetapan DPT.

Ketidakjelasan data 65 juta nama itu meliputi ketiadaan nomor induk kependudukan (NIK), nomor NIK ada tapi kurang atau lebih dari 16 digit. Selain itu, banyak warga yang melaporkan namanya belum masuk dalam daftar pemilih sementara hasil perbaikan (DPSHP). Padahal mereka memiliki hak pilih: berumur 17 tahun atau sudah menikah.

Kekisruhan data pemilih ini seakan mengulang apa yang terjadi pada Pemilu 2009. Saat itu, keributan menjelang pemilu bisa diredam oleh KPU dengan janji bahwa DPT akan beres menjelang hari H pemilihan. Namun janji palsu KPU, membuat kemarahan masyarakat meledak pada hari H pemilihan. Komnas HAM turun tangan, karena ini menyangkut pemenuhan hak politik warga negara.

Temuannya mengejutkan: 30% warga yang memiliki hak pilih tidak dapat memilih karena namanya tidak tercantum dalam DPT. DPR menggunakan hak interpelasi, dan memutuskan anggota KPU dipecat.

Menghadapi kekisruhan data pemilih, kini, KPU bersikap rasional: berterus terang daftar pemilih ada masalah; tidak langsung menjanjikan DPT akan beres, tetapi berkeras hendak membereskannya.

Kali ini, pemilih tidak hanya bisa mengecek keberadaan namanya di kantor-kantor desa/keluarahan, tetapi juga melalui internet.

Partai politik juga memperbaiki sikapnya. Jika lima tahun lalu, mereka asal jeplak dan mengecam KPU setiap waktu; kini, mereka menunjukkan kasus nyata bila ada masalah. Mereka mengumpulkan informasi soal data kependudukan dari bawah, karena KPU memberikan DPS dan DPSHP kepada pengurus partai politik kecamatan. Namun semua itu, tidak serta merta dapat menyelesaikan masalah data pemilih.

Masalah ini sedemikian kompleks, sehingga komitmen dan kerja keras saja takkan cukup. Masalah data pemilih terdiri dari tiga lapis: sistem, manajemen, dan operasional. Ketiganya membutuhkan langkah penyelesaian berbeda.

Pertama, sistem data pemilih. Menurut UU No 8/2012, sistem data pemilih merupakan perpaduan dari sistem data kependudukan yang ada di Kemendagri dan sistem data pemilih yang ada di KPU. Perpaduan itu tidak menghasilkan sistem yang lebih bagus. Selain karena masing-masing memiliki fungsi berbeda, keduanya juga belum matang.

Sistem data kependudukan yang menggunakan NIK dan berbasis pada kartu keluarga belum menjangkau semua warga, karena untuk mendapatkan status penduduk, warga harus memenuhi banyak persyaratan dan mengikuti prosedur adminstrasi. Jangankan di pelosok pegunungan dan di kepulauan terpencil, warga kota yang sudah memiliki kartu keluarga dan NIK saja, belum tentu mengupdate data setiap kali terjadi perubahan: kelahiran, kematian, kepindahan.

Sementara, KPU mengembangkan sistem daftar pemilih berdasar tuntutan konstitusi, bahwa setiap warga negara yang mempunyai hak pilih wajib masuk DPT, tidak peduli mereka tinggal di mana. Masalahnya sistem data pemilih yang dikembangkan KPU sejak Pemilu 2004 tidak mendapat sokongan penuh dari pembuat kebijakan, sehingga hingga kini sistem data pemilih sebetulnya belum sempurna.

Kombinasi dua sistem yang sama-sama belum matang itulah, menjadi sumber utama masalah data pemilih. Dalam kondisi seperti itu, sebaiknya KPU dipersilakan membangun data pemilih sendiri, sampai sistem data kependudukan benar-benar matang. Bagi KPU lebih mudah memperbarui datanya sendiri, dari data pemilu terakhir misalnya, daripada harus menyusun data pemilih baru yang berasal dari Kemendagri.

Kedua, masalah manajemen. Masalah manajemen data pemilih biasanya ditandai oleh anggaran yang belum turun pada kegiatan pendataan sudah berjalan. KPU provinsi dan KPU kabupaten/kota sedang melakukan rekrutmen dan pergantian anggota, padahal pendataan membutuhkan kontrol ketat. Dalam kondisi seperti itu, rasanya mustahil bagi KPU untuk bisa memaksimalkan kerjanya dalam memperbaiki data pemilih.

Ketiga, masalah operasional di lapangan. SOP pendataaan pemilih sebetulnya sudah bagus. Artinya tinggal dilaksanakan saja oleh petugas di lapangan. Masalahnya, banyak petugas tidak memahami SOP karena tidak mengikuti pelatihan, atau pantarlih yang sudah mahir menunjuk orang lain yang belum terlatih untuk melakukan pendaftaran pemilih. Di sini kontrol PPK dan PPS sangat menentukan. (mdk/tts)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Catat, Surat Keterangan Perekaman KTP Bisa Digunakan untuk Syarat Mencoblos
Catat, Surat Keterangan Perekaman KTP Bisa Digunakan untuk Syarat Mencoblos

Masyarakat belum memiliki KTP tetapi sudah didata dapat menggunakan surat keterangan bahwa mereka telah melakukan perekaman bisa digunakan saat Pemilu

Baca Selengkapnya
Fakta Sebenarnya di Balik Video Viral Warga Geruduk KPU Kota Denpasar karena Tidak Bisa Memilih
Fakta Sebenarnya di Balik Video Viral Warga Geruduk KPU Kota Denpasar karena Tidak Bisa Memilih

KPU Kota Denpasar telah lama memberikan sosialisasi soal pindah memilih tetapi masyarakat masih ada saja yang tidak mengetahui hal tersebut.

Baca Selengkapnya
62.217 Pemilih Terdaftar Ikut Pemungutan Suara Ulang di Kuala Lumpur
62.217 Pemilih Terdaftar Ikut Pemungutan Suara Ulang di Kuala Lumpur

Jumlah DPT tersebut diperoleh dari hasil pemutakhiran data diplenokan saat rapat pada Minggu (3/3) malam waktu setempat.

Baca Selengkapnya
Wamendagri Bima Arya Sebut 1,5 Juta Pemilih Pemula Belum Rekam e-KTP Jelang Pilkada 2024
Wamendagri Bima Arya Sebut 1,5 Juta Pemilih Pemula Belum Rekam e-KTP Jelang Pilkada 2024

Dia mengaku telah menginstruksikan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil di seluruh Indonesia untuk memberikan atensi khusus perekaman kepada pemilih pemula.

Baca Selengkapnya
Ramai Pencatutan KTP untuk Dukungan Dharma-Kun, Ridwan Kamil Tegaskan Soal Aturan
Ramai Pencatutan KTP untuk Dukungan Dharma-Kun, Ridwan Kamil Tegaskan Soal Aturan

Kang Emil membeberkan alasan tak ingin melawan kotak kosong di Pilgub Jakarta.

Baca Selengkapnya
VIDEO: Jelang Pilkada, Presiden Jokowi Blak blakan Fakta Kesalahan Masa Lalu KPU
VIDEO: Jelang Pilkada, Presiden Jokowi Blak blakan Fakta Kesalahan Masa Lalu KPU

Presiden Jokowi hadir dalam rapat konsolidasi kesiapan Pilkada Serentak, Selasa (20/8).

Baca Selengkapnya
Ungkit Pengalaman, Ahok Heran Dharma-Kun Mudah Lolos Tahapan Pilkada Jakarta
Ungkit Pengalaman, Ahok Heran Dharma-Kun Mudah Lolos Tahapan Pilkada Jakarta

Ahok mengaku heran bakal pasangan calon jalur independen Pilkada Jakarta 2024 Dharma Pongrekun-Kun Wardana bisa dengan mudah lolos tahapan Pilkada Jakarta 2024.

Baca Selengkapnya
Demokrat Setuju KPU Tak Tampilkan Grafik Data Pemilu: Belum Valid, Bisa Dinterpretasikan Kecurangan
Demokrat Setuju KPU Tak Tampilkan Grafik Data Pemilu: Belum Valid, Bisa Dinterpretasikan Kecurangan

Zaky sangat menyayangkan bahwa seharusnya formulir C1 bisa secepatnya di unggah ke Sirekap.

Baca Selengkapnya
VIDEO: Arteria PDIP Emosi KPU Alami Kemunduran
VIDEO: Arteria PDIP Emosi KPU Alami Kemunduran "Konyol Kamu, Berhenti Jadi Komisioner"

Dalam rapat tersebut, Arteria Dahlan keras mengkritik KPU karena tidak bisa membuat keputusan dan bergantung pada Bawaslu

Baca Selengkapnya
KPU Akui Ada Salah Input Data Sirekap di 1.700 TPS
KPU Akui Ada Salah Input Data Sirekap di 1.700 TPS

Data Sirekap yang perlu perbaikan bukan hanya pemilihan presiden saja, legislatif DPR RI juga.

Baca Selengkapnya
KPU Ungkap Penyebab Data Perolehan Suara di Sirekap Tidak Akurat
KPU Ungkap Penyebab Data Perolehan Suara di Sirekap Tidak Akurat

KPU menemukan masalah utamanya adalah pada tahap konversi di Sirekap.

Baca Selengkapnya
KTP Warga DKI Dicatut untuk Pilkada Jakarta, KPU Tunggu Rekomendasi Bawaslu Tentukan Nasib Dharma-Kun Wardana
KTP Warga DKI Dicatut untuk Pilkada Jakarta, KPU Tunggu Rekomendasi Bawaslu Tentukan Nasib Dharma-Kun Wardana

KPU DKI Jakarta meminta masyarakat yang merasa data KTP dicatut melaporkan ke Bawaslu.

Baca Selengkapnya