Lima tahun SBY digoyang Century
Merdeka.com - Kasus korupsi bailout Bank Century menjadi salah satu skandal paling besar di negeri ini setelah Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) saat era Presiden kelima Megawati Soekarnoputri. Betapa tidak, skandal dengan nilai Rp 6,7 triliun ini ikut membelit pucuk pimpinan negeri, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Boediono sebagai presiden dan wakil presiden periode 2009-2014.
Kasus Century menjadi besar karena terjadi dana talangan pada saat ekonomi global bergejolak jelang penyelenggaraan Pemilu 2009. Kala itu, Bank Century disebut sebagai bank yang terancam kolaps dan akan berdampak sistemik pada perekonomian Indonesia. Sehingga Bank Indonesia mengucurkan dana talangan kepada bank yang belakangan diketahui menyimpan uang salah satu pengusaha besar di negeri ini.
Kala itu, muncul dugaan jika duit dari talangan Bank Century tersebut hilang dipakai untuk kampanye Partai Demokrat di Pemilu 2009 untuk memenangkan pasangan SBY-Boediono sebagai calon incumbent. Untuk mengungkap dugaan tersebut, bahkan DPR membentuk Pansus Bank Century. Namun karena merasa tidak bersalah, Partai Demokrat pun mendukung dibuatnya Pansus Bank Century di DPR.
-
Apa kerugian negara akibat korupsi Bansos Jokowi? 'Kerugian sementara Rp125 milyar,' pungkasnya.
-
Siapa ajudan Presiden SBY tahun 2009? Komjen Rycko Amelza juga pernah menjadi ajudan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tahun 2009.
-
Siapa yang jadi ajudan SBY di tahun 2009? Komjen Rycko pernah menjadi ajudan SBY pada tahun 2009.
-
Siapa yang korupsi Banpres? Dalam perkara ini, KPK telah menetapkan satu orang tersangka yakni Ivo Wongkaren yang merupakan Direktur Utama Mitra Energi Persada, sekaligus Tim Penasihat PT Primalayan Teknologi Persada tahun 2020.
-
Bagaimana modus korupsi Bansos Jokowi? 'Modusnya sama sebenernya dengan OTT (Juliari Batubara) itu. (Dikurangi) kualitasnya,' ucap Tessa.
-
Apa yang Andre Taulany gunakan untuk dana kampanyenya? Jika dulu saya, 700 juta itu saya perinci. Saya menggunakan sejumlah besar uang itu untuk membuat atribut-atribut (kampanye) dan baliho.
Skandal ini bermula ketika Bank Century mengalami kesulitan likuiditas pada Oktober 2008. Manajemen Century mengirim surat Bank Indonesia pada 30 Oktober 2008 minta pinjaman atau fasilitas repo aset senilai Rp 1 triliun. Kala itu, Boediono masih menjabat sebagai Gubernur Bank Indonesia.
Bank Indonesia sempat menolak memberikan bantuan kepada Bank Century. Namun akhirnya BI memberikan pinjaman. Dari sinilah Bank Indonesia diduga mengotak-atik peraturan yang dibuat sendiri agar Century bisa mendapat Fasilitas Pinjaman Jangka Pendek (FPJP).
Bank Indonesia mengubah Peraturan Bank Indonesia No 10/26/PBI/2008 mengenai persyaratan pemberian FPJP dari semula dengan CAR 8 persen menjadi CAR positif. BPK menduga perubahan ini hanya rekayasa agar Century mendapat fasilitas pinjaman itu. Karena menurut data BI, posisi CAR bank umum per 30 September 2008 berada di atas 8 persen, yaitu berkisar 10,39 sampai 476,34 persen. Menurut BPK, satu-satunya bank yang CAR-nya di bawah 8 persen hanya Century.
BI akhirnya menyetujui pemberian FPJP kepada Century sebesar Rp 502,07 miliar, karena CAR Century sudah memenuhi syarat PBI. Belakangan, BI bahkan memberi tambahan FPJP Rp 187,32 miliar. Sehingga total FPJP yang diberikan BI kepada Century sebesar Rp 689 miliar.
Namun suntikan dan dari Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) tidak hanya berhenti sampai di situ. LPS kembali menggelontorkan uang Rp 2,77 triliun kepada Century. Bulan Desember 2008, lagi-lagi, LPS menyuntikan dananya sebesar Rp 2,201 triliun untuk menutup kebutuhan likuidiatas sampai dengan 31 Desember 2008.
Pada bulan Februari 2009, dan Juli 2009 LPS juga telah menyuntikan dananya kembali sebesar Rp 1,55 triliun dan Rp 630 miliar yang juga dikarenakan untuk memenuhi kebutuhan CAR. Sehingga total Bank Century mendapatkan dana talangan sebesar Rp 6,7 triliun.
Pembengkakan nilai dana talangan ini kemudian yang dipertanyakan oleh sejumlah kalangan. Termasuk yang menyetujui Bank Century diberikan dana talangan yakni Menteri Keuangan saat itu, Sri Mulyani. Dia bahkan merasa tertipu dengan data BI, awalnya hanya Rp 689 miliar kemudian nominalnya berubah fantastis menjadi Rp 6,7 triliun. Sri Mulyani mengaku hanya mengizinkan dana pinjaman kepada Bank Century senilai Rp 689 miliar, dia pun kecewa tiba-tiba angka FPJP berubah menjadi Rp 6,7 triliun.
Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) saat itu malah besar dan meminta agar Polisi menangkap pemegang saham Bank Century, Robert Tantular. JK menilai bahwa Century telah dirampok oleh pemiliknya sendiri. Sejak awal, JK memang tidak setuju jika Bank Century mendapatkan Penyertaan Modal Sementara (PMS) karena dianggap tidak berdampak sistemik meski perekonomian Indonesia sedang diguncang krisis ekonomi global tahun 2008.
KPK juga ikut bergerak dalam kasus ini, bahkan hubungan KPK dengan Kabareskrim kala itu Komjen Pol Susno Duadji sempat panas. Karena Susno mengaku ada lembaga lain yang menyadap ponselnya. Memang saat itu, KPK menduga ada petinggi Polri yang ikut terlibat dalam skandal Bank Century.
Di tengah panasnya pengusutan kasus bailout Bank Century yang melibatkan petinggi Bank Indonesia, tiba-tiba calon incumbent SBY menunjuk Gubernur BI Boediono menjadi cawapresnya di Pemilu 2009. Awalnya, SBY kencang disebut bakal menggandeng Hatta Rajasa sebagai cawapres, namun SBY lebih memilih Boediono dan mendeklarasikan diri sebagai pasangan capres dan cawapres di Bandung pada 15 Mei 2009.
Pasangan SBY dan Boediono akhirnya memang di Pilpres 2009 mengalahkan pesaing terberatnya pasangan Megawati Soekarnoputri dan Prabowo Subianto. Skandal Century ini kemudian tak bisa lepas dari kemenangan SBY dan pasangannya mantan Gubernur BI Boediono di pilpres. DPR kemudian membuat angket kasus Bank Century yang kemudian memanggil sejumlah petinggi negara termasuk Wakil Presiden Boediono ke DPR.
Selama lima tahun berkuasa, SBY-Boediono selalu diguncang pengusutan kasus Century secara politik di DPR. Meskipun Partai Demokrat berkali-kali membantah sama sekali tidak berkaitan dengan kasus bailout Century senilai Rp 6,7 triliun.
Mantan Menko Perekonomian era Gus Dur, Rizal Ramli kala itu bahkan mengeluarkan komentar fenomenal. Dia menyebut jika posisi wapres Boediono sebagai bergaining dengan SBY di bailout Century. Hal ini juga diyakini oleh anggota Timwas Century dari Fraksi PKS saat itu, Fahri Hamzah.
"Kalau saya misalnya, keterangan Rizal Ramli terkait gratifikasi jabatan. Bargain dari Boediono bailout bisa dilakukan asal dia (Boediono) bisa maju jadi cawapres. Ini kan gratifikasi yang bisa diungkap," jelas Fahri di Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu (10/7).
Sampai masa tugas Timwas Century berakhir, tak ada bukti yang menyatakan bahwa SBY dan Boediono terlibat dalam skandal Bank Century. Meskipun, beragam tudingan diberikan politisi Senayan kepada penguasa saat itu. SBY bahkan tak tersentuh, baik di Timwas Century, KPK, Polri juga Kejaksaan Agung terkait kasus ini.
KPK hanya menyeret pemilik Bank Century Robert Tantular, pejabat BI Budi Mulya dan Siti Fadjriyah sebagai orang yang bertanggung jawab atas kasus bailout Bank Century. Tak ada lagi orang baru yang terlibat dalam skandal Century hingga saat ini. Meskipun KPK mengklaim masih terus mengusut otak di balik skandal ini.
"Enggak ada masalah dari audit BPK dan KPK, cuma yang masalah beberapa pelaku dari negeri inilah akan dicari-cari saja. Kepentingan Demokrat pada saat itu dikaitkan dengan aliran dana, tapi tidak pernah terbukti dalam proses hukum, proses pansus dan sebagainya. Tapi yang menjadi referensi utamakan proses hukum, jadi enggak pernah, jadi tak pernah ada (SBY dan Demokrat terlibat)," kata Wasekjen Demokrat Didi Irawadi Syamsuddin saat berbincang dengan merdeka.com, (12/11) lalu.
SBY dan Boediono akhirnya turun dengan lancar pada 20 Oktober lalu sesuai dengan masa jabatannya. Meski selama lima tahun, SBY dan Demokrat selalu dihantam badai skandal Century.
(mdk/rnd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Apakah SBY terkena karma akibat peristiwa 2009? Cek faktanya
Baca SelengkapnyaSBY dalam pidato sempat melontarkan candaan ringan mengenai 'jeruk makan jeruk'
Baca SelengkapnyaSBY juga akan berusaha menambah suara Partai Demokrat di Jawa Tengah, meskipun wilayah tersebut dikuasai oleh PDIP.
Baca SelengkapnyaSBY mengatakan, ada partai yang tak senang jika Demokrat masuk pemerintahan
Baca SelengkapnyaTerlebih, memang ada pihak yang tidak menginginkan Demokrat berada di dalam pemerintahan.
Baca SelengkapnyaWakil Ketua Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI ini pun menjelaskan, jumlah Rp40 juta tersebut tidak langsung dikirim secara full.
Baca SelengkapnyaArtikel ditulis reporter magang kampus merdeka program Kemendikbud: Nayla Shabrina.
Baca SelengkapnyaTernyata, pada masa akhir pemerintahan SBY, ia memiliki harta kekayaan senilai Rp13,9 miliar yang dilaporkan kepada LHKPN.
Baca SelengkapnyaSBY juga mengungkit adanya pihak yang pernah mencoba mengambil paksa Demokrat
Baca SelengkapnyaAHY menceritakan kilas balik partainya yang mengalami gonjang-ganjing dalam lima tahun terakhir.
Baca SelengkapnyaKepada kader Demokrat, SBY memerintahkan untuk bisa kembali ke pemerintahan.
Baca Selengkapnya