Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Menyimak pesan Jakarta

Menyimak pesan Jakarta Jakarta . ©2012 Merdeka.com

Merdeka.com - Beberapa tahun yang lalu, Paul Graham sempat menulis sebuah esai berjudul Cities and Ambition. Tulisan ini benar-benar membekas dalam diri saya. Dalam buku itu Graham membuat sebuah hipotesis bahwa semua kota di dunia punya peran yang sangat kuat dan luas terhadap hidup para penghuninya. Tiap kota menebar pengaruhnya melalui pesan yang disampaikan pada seluruh penghuni kota.

Kota-kota besar biasanya menyampaikan banyak pesan; beberapa nyaris tak terdengar, hanya berupa bisikan halus, sementara pesan lain mungkin terdengar sangat keras dan tak bisa begitu saja diabaikan. Setiap kota, menurut Graham, punya satu pesan dominan yang setiap hari dikomunikasikan ke seluruh penghuninya.

Ada kota yang begitu jelas menyampaikan pesannya dibanding kota lain. Pesan yang disampaikan New York terdengar begitu jelas bahkan saat Anda baru saja mendarat di bandara JFK. Uang adalah hal yang terpenting di kota ini dan pesan yang disampaikan New York adalah: Uang itu penting. Warga kota New York terobsesi mendapatkan uang sebanyak mungkin. Bahkan mereka yang tidak termotivasi oleh uang sekalipun tak bisa menghindarkan diri dari berpikir tentang uang. Penyebabnya adalah karena biaya hidup yang sangat tinggi di kota ini. Akibatnya, status sosial di New York ditentukan oleh status finansial Anda. Tentu saja faktor lain juga penting tetapi secara umum warga kota New York akan berusaha mendekati Anda kalau mereka menganggap Anda kaya.

Pesan yang disampaikan Los Angeles lebih sulit dipahami karena, seperti juga Jakarta, Los Angeles adalah kota yang luas dengan berbagai lingkungan yang memiliki keunikan sendiri-sendiri. Walaupun begitu, pesan yang disampaikan LA masih bisa terbaca dan pesannya adalah: Jadi terkenal itu penting. Mungkin karena pengaruh industri perfilman di sana, jadi orang terkenal adalah sesuatu yang sangat penting.

Lalu pesan apa sebenarnya yang disampaikan Jakarta pada para penghuninya? Ini juga pertanyaan yang selalu menghantui saya selama dua tahun terakhir. Kenapa penting? Karena pesan yang disampaikan sebuah kota punya pengaruh yang cukup besar pada para penghuninya, termasuk para entrepreneurs dan bisnis mereka. Pesan inilah yang menjadi arus kuat yang membimbing para penghuni kota.

Jadi apa pesan utama yang disampaikan Jakarta? Menurut saya, pesan yang disampaikan kota kita ini adalah bahwa status Anda, khususnya status sosio-ekonomi adalah yang terpenting. Memang pesan ini tidak selalu menjadi pesan yang disampaikan Jakarta setiap saat. Tumbuh dewasa di Jakarta, mendewakan kekayaan hanyalah satu dari beberapa pesan yang disampaikan kota ini.

Sekarang, obsesi pada status adalah pesan dominan yang disampaikan Jakarta. Tanda-tanda munculnya pesan ini terlihat jelas di setiap aspek kehidupan. Dalam setiap kegiatan, orang-orang berusaha menilai Anda dengan cara mengukur seberapa berharganya Anda dan siapa saja orang yang Anda kenal. Koneksi, khususnya orang-orang yang punya pengaruh, benar-benar menentukan. Sama pentingnya dengan kekayaan. Salah satu teman saya yang baru-baru ini datang dari London sempat berkomentar tentang betapa anehnya kebiasaan di sini. Setiap kali ia dikenalkan kepada orang lain, selalu disebutkan apa hubungan orang tersebut dengan salah satu tokoh penting di Indonesia.

Coba saja lihat Mangga Dua dengan segunung tas mewah tiruan yang dijual di sana. Di sana Anda akan melihat hubungan yang kuat antara kekayaan dan status sosial di kota ini. Tas-tas bermerk itu jadi tanda kekayaan, tanda status sosial. Anda juga akan melihat pentingnya status ini dalam keputusan berbelanja para penghuni kota Jakarta. Warga Jakarta akan memprioritaskan pembelian yang juga bersifat sebagai indikator status sosial. Dengan demikian pembelian itu juga akan meningkatkan posisi mereka di dalam masyarakat.

Demam status ini bisa jadi disebabkan oleh beberapa faktor. Yang paling kentara adalah besarnya jumlah kekayaan yang dihasilkan di negeri ini. Puluhan ribu orang Indonesia sekarang berkesempatan menjadi bagian dari kaum elit Jakarta. Dahulu, itu cuma bisa jadi impian mereka. Sekarang, kaum elit baru ini berusaha menunjukkan eksistensi mereka dengan menjadi konsumtif. Kebiasaan inilah yang kemudian ditiru oleh para penghuni Jakarta lainnya yang berhasrat menjadi bagian dari komunitas orang kaya.

Gambaran masyarakat Jakarta ini memang salah. Menurut saya, obsesi pada status sosial ini secara kultural meracuni sekaligus merusak moral kita. Namun sejujurnya saja ini justru menjadi sebuah fakta kunci. Bagi entrepreneur, termasuk saya, yang memiliki keyakinan bahwa pesan Jakarta akan tumbuh seiring dengan semakin dewasanya kota ini, pertanyaan yang lebih menarik untuk dieksplorasi adalah bagaimana memanfaatkan pesan Jakarta yang ada saat ini? Menurut saya ada tiga hal penting yang harus dipertimbangkan saat membangun sebuah bisnis berlandaskan pesan yang disampaikan Jakarta saat ini.

Pemosisian produk adalah kuncinya

Produk atau layanan yang trendy secara kultural dianggap relevan dan akan populer besar-besaran. Fokuslah pada estetika produk Anda. Di pangsa pasar ini, tampilan adalah sesuatu yang sangat penting karena produk yang didesain dengan baik selalu diasosiasikan dengan sesuatu yang mahal dan bisa dianggap sebagai simbol status. Anda akan sukses besar kalau Anda bisa menjadikan produk atau layanan Anda sebagai simbol status di Jakarta.

Pentingnya public relations

Bagaimana pasar melihat Anda dan perusahaan Anda adalah sesuatu yang sangat penting. Untuk mendapatkan kesan positif yang kuat dan konsisten, tim manajemen harus proaktif berkenalan dengan orang-orang baru, menjaga hubungan baik dengan sebanyak mungkin orang, sekaligus menjaga reputasi diri mereka. Bila tiga hal ini dijalankan dengan baik, perusahaan Anda akan mengalami peningkatan prestise. Pada akhirnya, ini akan mendatangkan banyak keuntungan, mulai dari proses rekrutmen sampai saat mencari dana.

Dekati orang atau institusi yang berpengaruh

Ini akan jadi pertimbangan penting saat menggalang dana. Saat punya pilihan, startup harusnya mencari dana dari perusahaan yang memiliki pengaruh besar di Indonesia. Tidak jadi masalah kalaupun perusahaan besar ini tidak terlalu paham soal teknis karena yang terpenting adalah kemampuan membuka peluang yang tidak bisa dilakukan oleh investor lain. Selain itu, kemampuan teknis tidak terlalu penting di market ini. Logika yang sama bisa digunakan saat memilih mentor. Walaupun memiliki mentor yang kompeten dan bisa memberikan saran strategis yang baik itu penting tetapi bisa jadi memiliki mentor yang punya jaringan kuat dan bisa membantu membuka peluang Anda.

Kalau Anda pernah berenang di samudera lepas, Anda akan tahu kalau lebih mudah berenang mengikuti arus daripada melawannya. Bisa saja Anda tidak setuju pada pesan yang disampaikan kota ini tapi Anda masih bisa memanfaatkan pesan itu untuk membangun bisnis Anda.

*Penulis adalah partner di Seroja Partners, sebuah perusahaan untuk pengembangan bisnis teknologi informasi dan media multinasional berbasis di Indonesia.

(mdk/war)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Bukti Kerasnya Ibukota, Begini Potret Rumah Warga di Gang Sempit Tetap Rukun dan Damai
Bukti Kerasnya Ibukota, Begini Potret Rumah Warga di Gang Sempit Tetap Rukun dan Damai

Salah satu kawasan memiliki sebuah gang sempit yang begitu menarik perhatian. Meski ukuran gang itu begitu kecil, namun tiap warganya tetap dapat hidup rukun.

Baca Selengkapnya
PDIP Sentil Pj Gubernur DKI Heru Budi: Setahun Menjabat, Komunikasi Publiknya Belum Baik
PDIP Sentil Pj Gubernur DKI Heru Budi: Setahun Menjabat, Komunikasi Publiknya Belum Baik

Gembong juga menyoroti kebijakan Heru mengenai slogan baru Jakarta yang diluncurkannya.

Baca Selengkapnya
Viral Penampakan Gang Kecil di Antara Gedung Tinggi Senayan, Pemandangannya Kontras
Viral Penampakan Gang Kecil di Antara Gedung Tinggi Senayan, Pemandangannya Kontras

Gang tersebut tampak kumuh dan dipenuhi rumah-rumah penduduk.

Baca Selengkapnya
Pemprov DKI Sediakan Banyak Transportasi Umum, Faktanya Cuma Dipakai Segelintir Warga Jakarta
Pemprov DKI Sediakan Banyak Transportasi Umum, Faktanya Cuma Dipakai Segelintir Warga Jakarta

Warga DKI Jakarta yang menggunakan transportasi umum massal baru sekitar 30 persen.

Baca Selengkapnya