Pembunuhan terungkap karena petunjuk mimpi
Merdeka.com - Perintah dan tekanan segera membereskan kasus kejahatan, bagi seorang penyidik polisi itu seperti makanan sehari-hari. Mereka rela begadang semalaman, bahkan tidak tidur selama tiga hari tiga malam untuk mendapatkan bukti-bukti baru dijalani agar kasus segera terungkap.
Seorang perwira polisi di salah satu Mapolres di daerah Jakarta menceritakan pengalamannya saat mengungkap kasus pemerkosaan dan pembunuhan terhadap seorang perempuan di sebuah rumah kos-kosan beberapa tahun silam.
"Tahun 2010 seorang pemilik kos-kosan melaporkan ada kasus pemerkosaan dan pembunuhan. Barang bukti dan beberapa petunjuk sangat minim untuk mencari tahu siapa pelakunya," ujar polisi berpangkat Kompol itu kepada merdeka.com, pekan kemarin.
-
Siapa pelaku pembunuhan itu? 'Diduga korban ditusuk ketika dalam keadaan sedang tidur. Ini masih kita dalami,' ujar dia kepada wartawan, Sabtu (30/11).Gogo menjelaskan, terduga pelaku awalnya menikam ayahnya.
-
Siapa yang diduga sebagai pelaku? 'Kalau musuh kita mah nggak tahu ya, kita gak bisa nilai orang depan kita baik di belakang mungkin kita nggak tahu. Kalo musuh gue selama ini nggak ada musuh ya, mungkin musuh gua yang kemarin doang ya, yang bermasalah sama gua doang kali yak,' ungkapnya.
-
Siapa yang melakukan aksi penembak misterius? Masyarakat dan Media saat itu menyebut para eksekutor sebagai Petrus atau Penembak Misterius. Mereka yakin ada aparat negara di belakang aksi ini. Namun saat itu pemerintah menyangkal.
-
Siapa yang dituduh melakukan percobaan pembunuhan? Bertha Yalter, yang berusia 71 tahun dan berasal dari North Miami Beach, dihadapkan pada tuduhan percobaan pembunuhan dan serangan terhadap seseorang yang berusia di atas 65 tahun setelah diduga menyerang suaminya dalam keadaan marah.
-
Bagaimana polisi cari motif bunuh diri? 'Kita membutuhkan pemeriksaan scientific, kita butuh pemeriksaan DNA, kita butuh pemeriksaan autopsi psikologi yang kemudian secara komprehensif baru nanti bisa kita simpulkan,' kata Kapolres Metro Jakarta Utara, Kombes Pol Gidion Arif Setyawan dalam keterangannya dikutip Kamis (14/3).
-
Apa yang ditemukan di TKP yang dapat menghubungkan pelaku dengan tempat atau individu terkait? Dalam studi yang dimuat di jurnal Forensic Science International: Genetics ini, Patterson dan timnya menemukan bahwa sehelai bulu kucing yang ditemukan di lokasi kejadian dapat menghubungkan pelaku kejahatan dengan tempat atau individu terkait.
Berikutnya, setelah melalui proses penyelidikan yang panjang dan hasil identifikasi jenazah korban, polisi akhirnya mencurigai salah seorang pria yang berprofesi sebagai tukang ojek sebagai pelaku. Pria tersebut diketahui sering disewa korban untuk antar jemput saat pulang dan pergi bekerja.
"Kami lakukan pemeriksaan secara intensif selama 24 jam, ternyata tidak cukup bukti untuk menentukan bahwa dia adalah pelakunya," katanya.
Usai memeriksa tukang ojek tersebut, polisi berumur 39 tahun ini lalu tidur di ruang kerjanya karena merasa lelah. Dia mengaku saat tidur mendapat petunjuk dari korban melalui sebuah mimpi. Dalam mimpi tersebut, korban mencoba memberitahu bahwa pelakunya tinggal di kos-kosan tersebut.
"Korban datang dalam mimpi saya, dia mencoba kasih petunjuk bahwa pembunuhnya adalah pria yang tinggal di kos-kosan itu. Besoknya saya kumpulin semua pria dan saya periksa secara intensif," ujarnya.
Dari hasil pemeriksaan, polisi akhirnya mencurigai beberapa orang, namun demikian tim penyelidikan belum memiliki alat bukti cukup untuk menjadikan seorang tersangka. Polisi pun kembali dipusingkan untuk mencari alat bukti kuat penyebab kematian korban.
"Kita kan berkerja sesuai prosedur, tak bisa langsung tersangkakan orang. Waktu itu mereka tidak mengaku karena semua alibi menguatkan kalau mereka tidak ada di lokasi saat kejadian," katanya.
Malam harinya, dia kembali tertidur dan kembali bermimpi bertemu korban. Dalam mimpi korban mengaku telah diperkosa dan dibunuh oleh pemilik kos yang memiliki alibi telah menemukan korban pertama kali. Sedangkan korban sendiri tewas karena telah dicekik menggunakan sprei yang dikubur di dalam tanah oleh pelaku.
"Alat bukti yang menentukan adalah kain sprei korban yang digunakan untuk mencekik korban. Saat itu kami temukan terkubur di halaman depan oleh pelaku untuk menghilangkan alat bukti. Setelah itu pelaku baru mengaku bahwa dia nafsu melihat korban sehari-hari sehingga berniat menyetubuhinya. Tapi korban melawan dan akhirnya dibunuh," tutur si kompol polisi itu.
(mdk/mtf)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ada Sejumlah Luka, Pria Tewas Membusuk dalam Kamar Kos di Depok Diduga Korban Pembunuhan
Baca SelengkapnyaPembunuh Tetangga di Ogan Ilir Ngaku Didatangi dalam Mimpi: Korban yang Minta Maaf
Baca SelengkapnyaSaat itu korban yang sedang sarapan pagi di rumah kontrakan bersama Sumarni (34) didatangi pelaku.
Baca SelengkapnyaKasus pembunuhan sadis seorang pria berinisial AS (30) di Desa Pranti, Kecamatan Menganti, Kabupaten Gresik, Selasa (28/11), masih diselidiki polisi.
Baca SelengkapnyaPelaku sedang dalam perjalanan ke Jakarta untuk diperiksa di Polda Metro Jaya.
Baca SelengkapnyaSeorang wanita muda ditemukan tewas di sebuah rumah kos di Gang H Daud, Sukmajaya, Depok.
Baca Selengkapnya