Piringan Hitam dalam perburuan
Merdeka.com - "Coba cek berapa harga vinyl 'Album Vakansi' dari White Shoes & The Couples Company sekarang? Bisa mencapai Rp 2 juta," ujar Managing Editor RollingStone, Wendi Putranto saat berbincang dengan merdeka.com melalui sambungan seluler, Kamis pekan lalu.
"Begitu pula dengan vinyl 'Matraman' dari The Upstairs atau "Beyond Coma and Despair dari Burgerkill, harganya jutaan rupiah" katanya menambahkan.
Belakangan ini memang marak perburuan vinyl atau piringan hitam karya musisi-musisi ternama. Seperti White Shoes & The Couples Company dan The Upstairs, grup band yang pernah menjadi raja pensi di panggung-panggung sekolah era tahun 2006 ini memang tak begitu kesohor di kalangan pendengar musik mainstream. Namun bagi mereka yang dulu duduk di bangku SMA tahun 2004, nama The Upstairs tentunya menjadi kenangan. Apalagi lagu berjudul 'Disko Darurat ' merupakan lagu andalan buat melantai dansa.
-
Kenapa artis Indonesia sering mengalami kesulitan finansial? Namun, kondisi itu hanya berlaku saat mereka berada di puncak karier, di mana mereka mendapat banyak tawaran untuk bermain di berbagai serial atau acara televisi. Namun, ini tidak menjamin bahwa kehidupan mereka akan tetap makmur sampai akhir hayat. Setelah semua kontrak mereka berakhir, mereka mungkin mengalami masa surut. Ini menyebabkan banyak artis mulai dilupakan karena jarang muncul di publik, bahkan ada yang terpaksa menghadapi kehidupan sulit, misalnya tidur di pinggir rel kereta.
-
Siapa saja artis Indonesia yang pernah alami kesulitan finansial? Beberapa selebriti Indonesia mengalami kemiskinan karena tidak bisa bertahan dalam persaingan sengit di industri hiburan. Ada yang Sampai Tidur di Pinggir Rel Kereta, Ini Deretan Artis yang Bangkrut dan Hidup Susah Menjadi seorang artis sering dikaitkan dengan kekayaan berlimpah dan gaya hidup glamor. Namun, kondisi itu hanya berlaku saat mereka berada di puncak karier, di mana mereka mendapat banyak tawaran untuk bermain di berbagai serial atau acara televisi. Namun, ini tidak menjamin bahwa kehidupan mereka akan tetap makmur sampai akhir hayat.Setelah semua kontrak mereka berakhir, mereka mungkin mengalami masa surut. Ini menyebabkan banyak artis mulai dilupakan karena jarang muncul di publik, bahkan ada yang terpaksa menghadapi kehidupan sulit, misalnya tidur di pinggir rel kereta. Tessy Srimulat H. Kabul Basuki, seorang mantan tentara dengan pangkat Kopral Satu, beralih profesi menjadi pelawak terkenal setelah bergabung dalam acara legendaris televisi, Srimulat. Dalam program tersebut, dia sering menghibur penonton dengan peran-peran sebagai wanita atau banci.Namun, ketika popularitas acara Srimulat merosot karena munculnya acara komedi baru, para pemainnya mulai terlupakan. Tambahan lagi, peraturan dari KPI yang melarang peran banci di televisi semakin mempersempit ruang gerak Tessy. Kondisi ini membuatnya frustrasi dan akhirnya ia mengalami masalah dengan obat-obatan terlarang serta mencoba bunuh diri. Ken Ken Wiro Sableng Ken Ken Wiro Sableng, yang juga dikenal sebagai H. Herning Sukendro, adalah seorang aktor Indonesia yang terkenal melalui serial Wiro Sableng yang pertama kali ditayangkan pada tahun 1995. Serial televisi ini sangat populer pada masanya. Namun, meskipun demikian, kesuksesan serial tersebut tidak cukup untuk menjamin masa depan sang aktor.Ken Ken menghadapi kontroversi karena skandal dengan wanita dan penyalahgunaan narkoba, yang menyebabkan namanya perlahan meredup di dunia hiburan. Akhirnya, Ken Ken memilih untuk menjalani hidup sebagai petani di Bogor setelah mundur dari industri hiburan. Bobby Joseph Aktor yang namanya sempat terkenal di era 2000-an ini juga termasuk artis Indonesia yang mengalami kesulitan finansial. Bahkan, diketahui bahwa pria yang lahir di Prancis tersebut pernah menjadi pengemudi ojek online dan berjualan roti di jalan. Meski begitu, Bobby mengaku tak pernah malu melakukan hal tersebut. Namun, pada tahun 2023, ia ditangkap polisi karena terlibat kasus narkoba. Shezy Idris Artis yang namanya sempat tenar di era 90-an hingga awal 2000-an ini juga harus mengalami kesulitan ekonomi, terutama saat pandemi Covid-19. Disebutkan bahwa Shezy harus berjuang demi menghidupi kedua anaknya.Hal ini disebabkan karena dia sudah tidak lagi mendapat nafkah dari suaminya, Krishna Adhyata Pratama. Pada masa itu, Shezy sempat berjualan berbagai macam barang dan makanan seperti dodol, donat, dan baju. Norman Kamaru Seorang mantan anggota Polri yang menjadi viral di media sosial karena tarian Goyang Chaiyya Chaiyya ini pernah tampil beberapa kali di acara televisi. Karena merasa terkenal, ia akhirnya memutuskan untuk meninggalkan kepolisian.Namun sayang, popularitasnya di media sosial tidak cukup untuk membuat Onca Marthinus bertahan lama di industri hiburan. Dia bahkan mengalami kebangkrutan dan perceraian dengan istrinya setelah keluar dari dunia hiburan. Laila Sari Seorang artis Indonesia yang memulai karier di dunia hiburan sejak tahun 1955 juga mengalami masa sulit ketika usianya telah lanjut. Situasinya semakin rumit dengan suami dan ibunya yang sakit, sehingga banyak uang digunakan untuk biaya pengobatan.Akibatnya, Laila Sari harus bertahan hidup dengan membuka warung kecil, dan akhirnya meninggal dunia pada tanggal 20 November 2017. Ronny Dozer Seorang komedian yang cukup terkenal pada tahun 2000-an mengalami masa sulit setelah jarang mendapat kesempatan untuk kembali tampil. Akibatnya, Ronny harus mencari nafkah sebagai sopir taksi online. Kondisinya semakin memburuk dengan penyakit diabetes yang dideritanya sejak tahun 2016. Sejak saat itu, Ronny sering dirawat di rumah sakit hingga akhirnya meninggal dunia pada tanggal 11 November 2021. Bambang Triyono Bambang Triyono berperan sebagai Kentung dalam sinetron Tuyul dan Mbak Yul, yang ditayangkan dari tahun 1997 hingga 2002 dan sangat populer pada zamannya. Sebagai salah satu pemeran utama, Bambang menikmati keadaan keuangan yang baik pada masa itu. Namun, setelah sinetron tersebut berakhir, kariernya mengalami penurunan.Di Yogyakarta, Bambang menghabiskan masa tuanya dan harus tinggal di kos-kosan saat berusia 58 tahun. Kehidupannya di kos-kosan tersebut sangat menyedihkan. Anak-anaknya jarang mengunjunginya, dan kondisinya akhirnya dipantau oleh dinas sosial. Bambang meninggal dunia pada tahun 2015 karena sakit. Reza Nangin Reza Nangin, seorang aktor dan youtuber yang aktif di industri film Indonesia, sering muncul sebagai presenter di televisi. Sebagai seorang artis yang berhasil, dia menikmati gaya hidup yang nyaman dengan keuangan yang stabil. Namun, segalanya berubah drastis ketika pandemi Covid-19 menyerang.Industri hiburan yang lumpuh membuatnya kehilangan pekerjaan, sementara bisnisnya di Bali menghadapi kesulitan. Reza bahkan harus menjual rumahnya karena menghadapi kebangkrutan. Putus asa sempat melanda, bahkan membuatnya mempertimbangkan untuk mengakhiri hidupnya. Jupiter Fortissimo Jupiter, yang dikenal sebagai bintang FTV dan telah berperan dalam banyak sinetron, mengalami perubahan hidup yang drastis karena terlibat dalam kasus narkoba. Pada tahun 1982, aktor ini harus menjalani dua kali masa tahanan karena permasalahan tersebut.Keuangannya hancur karena beberapa tahun di penjara dan karir hiburannya merosot. Sebelumnya, ia juga mengakui bahwa kondisi keuangannya sudah memburuk sebelum masuk penjara. Dallas Pratama Puncak karier Dallas Pratama datang saat ia membintangi film Serigala Terakhir. Namun, setelah itu, karirnya mengalami penurunan perlahan. Dallas juga mengalami koma akibat pecah pembuluh darah di otak. Setelah sembuh, ia memilih untuk tidak lagi terlibat dalam dunia hiburan dan memutuskan bekerja sebagai supir taksi online untuk mendukung keluarganya. Ressa Herlambang Kisah kebangkrutan Ressa Herlambang tersebar luas di media sosial. Awalnya, Ressa memulai kariernya di acara pencarian bakat Asia Bagus. Sejak saat itu, kariernya terus meningkat hingga menjadi salah satu penyanyi terkenal di Indonesia.Namun, pada tahun 2010, Ressa mengungkapkan bahwa keluarganya mengalami kebangkrutan dengan kerugian mencapai Rp. 12 miliar. Akibatnya, Ressa mengalami masa-masa sulit dan pernah tidur di tepi rel kereta. Ia juga mengaku pernah meminjam Rp. 5 juta dari Raffi Ahmad untuk bertahan hidup.
-
Kenapa rumah dengan harga mahal sulit laku? Pakar real estat Alex Adabashi memperingatkan bahwa menetapkan harga properti terlalu tinggi dapat menghalangi calon pembeli, bahkan di pasar yang aktif. 'Penjual sering kali ingin mencantumkan harga lebih tinggi untuk memberi ruang negosiasi, tetapi ini juga dapat membatasi minat pembeli,' katanya.
-
Kenapa kain songket Minangkabau mahal? Lebih dari itu, ketika zaman Sriwijaya, kain ini sangatlah mahal dan bernilai tinggi. Hal ini dikarenakan benang emasnya terbuat dari lembaran emas murni yang berasal dari beberapa daerah di Sumatera.
-
Mengapa kampanye uang di Indonesia harus dilarang? Karena itu melarang adanya kampanye uang dan menghindarinya menjadi satu cara untuk memajukan sistem politik Indonesia.
-
Kenapa plat nomor cantik bisa mahal? Selain dengan angka uang unik, harga untuk membuat pelat nomor khusus itu pun tak main-main yang bahkan harganya setara membeli motor baru.
Era itu, jangan kaget jika setiap The Upstairs manggung para penggemarnya yang dikenal dengan Modern Darling bikin suasana di sekitar panggung berwarna-warni. Apalagi band bergenre New wave ini mampu menghibur para penggemarnya dengan hentakan lagu yang bikin jingkrak-jingkrak. "Kalo The Upstair manggung di Parkit, sampe-sampe warna-warni tuh Senayan, " ujar Aditya melalui pesan WhatApps mengenang masa-masa SMA-nya dulu.
Nostalgia itu pun kini menjadi perburuan. Penggemar mereka yang tak lagi muda seperti sepuluh tahun lalu, mulai mencari koleksi-koleksi rilisan fisik mereka. Meski banyak juga yang ogah mengeluarkan fulus buat membeli rilisian fisik, namun bagi para mantan Modern Darling membeli dan memburu rilisan fisik berupa piringan hitam membuktikan jika mereka juga fans yang loyal. "Desember tahun lalu dia ngeluarin Vinyl album Matraman, " kata Aditya yang juga Modern Darlin ini.
Menurut Wendi, kembalinya tren perburuan piringan hitam beberapa tahun belakang ini diyakini karena para penggemar maupun penikmat musik lebih mencari kualitas dari karya musisi itu sendiri. Begitu juga dengan band-band indie yang memang mengandalkan eksistensinya dengan menjual rilisan fisik berupa CD atau kaset merupakan salah satu bentuk yang mendukung terhadap perkembangan industri musik tanah air.
"Yang pasti, sekelompok massa yang diidentifikasi sebagai hipster ini adalah gelombang baru para penggemar musik yang harus diedukasi dan dijaga, karena mereka lah pendukung eksistensi band-band ini di masa depan," ujar Wendi. Dia pun berharap jika perburuan piringan hitam ini bukan hanya menjadi tren sesaat, namun berkelanjutan.
Erix, frontman grup band Endang Soekamti punya pandangan lain soal piringan hitam. Cukup beralasan bagi Erix jika dia bersama Endang Soekamti tak merilis piringan hitam lantaran para penggemarnya tak tertarik dengan Vinyl. Apalagi menurutnya genre Endank Soekamti kurang tepat jika didengarkan dalam format analog tersebut. "Kalau kita soalnya pasti melihat pemetaan pasar dulu. Lagian menurut saya, percuma kalo Endank Soekamti bikin piringan hitam, karena musiknya juga enggak cocok buat dikemas dengan format seperti itu, " ujar Erix melalui seluler, Kamis pekan lalu.
Senada dengan Erix, bagi Arian13 juga frontman grup band Seringai, mengatakan jika tren perburuan piringan hitam saat ini tidak seperti dua tahun lalu. Bukan lah tanpa sebab, ongkos untuk pembuatan piringan hitam yang mahal menjadi salah satu alasan untuk tidak merilis Vinyl. "Memang sekarang produksinya makin mahal dan dollar naik, jadi cenderung nyari profitnya tuh juga susah, makanya cenderung buat seneng-seneng aja sih," ujar Arian saat di temui di kantornya pekan kemarin. (mdk/arb)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Penggantian kemasan polos pada rokok bisa berdampak pada industri turunannya.
Baca SelengkapnyaNICEntertainment selaku promotor acara sampai saat ini belum mengumumkan line up artis yang turut hadir dalam perhelatan musik tersebut.
Baca SelengkapnyaToko musik ini telah lama menjadi surga para penikmat musik lintas generasi khususnya di Kota Bandung.
Baca SelengkapnyaBanyak Rokok Murah, Kebijakan Kenaikan Cukai Jadi Tak Efektif Tekan Konsumsi?
Baca SelengkapnyaCukai hasil tembakau terus turun meskipun jumlah perkokok tidak berkurang.
Baca SelengkapnyaMeskipun kebijakan kenaikan harga dan tarif cukai rokok bertujuan untuk mengurangi konsumsi, namun mayoritas konsumen lebih memilih rokok ilegal.
Baca SelengkapnyaAngka prevalensi perokok tetap tinggi dan penerimaan negara belum optimal
Baca SelengkapnyaDia menyayangkan sikap pemerintah yang tidak melibatkan industri periklanan maupun industri kreatif
Baca SelengkapnyaTutum menilai aturan ini akan menimbulkan kerancuan saat pembelian produk tembakau dan akan menimbulkan berbagai faktor lain.
Baca SelengkapnyaDia juga menilai bahwa dampak atau beban dari kebijakan aturan kemasan rokok polos tanpa merek ini akan menjadi tugas berat bagi Pemerintahan Prabowo-Gibran.
Baca SelengkapnyaAturan kemasan rokok polos tanpa merek menjadi polemik baru bagi perusahaan yang menjalankan usahanya secara legal.
Baca SelengkapnyaKerugian Rp9,1 Triliun Hingga PHK Massal Membayangi Industri Media Jika Iklan Rokok Dilarang
Baca Selengkapnya