Prabowo Bakal Bangun Bandara Ganggih di Bali Utara, Ingin Saingi Singapura
Prabowo menekankan pentingnya pembangunan infrastruktur transportasi udara, termasuk bandara di Bali Utara, untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Sekretaris Jenderal Partai Gerindra Bali, I Kadek Rambo Prasetya, memberikan penjelasan mengenai pernyataan Presiden Prabowo Subianto yang menyebutkan rencananya untuk menjadikan Bali sebagai The New Singapore.
"Yang dimaksud bukanlah mengubah Bali menjadi Singapura baru, melainkan mengadopsi konsep bandara modern dan canggih yang ada di Singapura atau Hongkong untuk dibangun di Bandara Bali Utara," jelas Rambo seperti yang dikutip dari Antara, Senin (4/11/2024).
Dalam keterangannya di Denpasar, ia merasa perlu meluruskan pernyataan tersebut karena banyak masyarakat yang tidak setuju jika Bali diubah menjadi Singapura.
Pada hari Minggu (3/11/2024), Presiden Prabowo hadir dalam jamuan makan siang di sebuah warung makan di Denpasar, di mana ia membahas isu pemerintahan. Dalam kesempatan tersebut, Kepala Negara juga menegaskan komitmennya untuk meningkatkan infrastruktur transportasi udara di Bali Utara demi kesejahteraan masyarakat.
"Saya ingin membangun North Bali International Airport, kita akan menjadikan Bali mungkin sebagai The New Singapore atau The New Hongkong, di mana kawasan ini akan menjadi pusatnya," ungkap Presiden yang juga merupakan Ketua Umum Partai Gerindra.
Rambo menegaskan bahwa Prabowo tidak bermaksud untuk mengubah Bali menjadi negara lain, melainkan justru ingin agar Bali tetap mempertahankan budaya yang ada.
Fokus utama dalam pembangunan bandara adalah menerapkan teknologi dan standar internasional, yang mirip dengan bandara-bandara modern di Singapura dan Hongkong. "Ini sejalan dengan prinsip yang selalu ditekankan oleh Pak Prabowo untuk menjaga adat dan budaya Bali dalam pidato-pidatonya sebelumnya," tutup Rambo.
Erick Thohir membatalkan proyek Terminal 4 Bandara Soetta yang bernilai Rp 14 triliun. Apa alasannya?
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengungkapkan bahwa kementeriannya telah melaksanakan langkah efisiensi dengan membatalkan rencana pembangunan terminal 4 di Bandara Soekarno Hatta, Cengkareng, Tangerang.
Sebagai gantinya, fokus dialihkan untuk melakukan perbaikan pada terminal 1, 2, dan 3. Erick menjelaskan bahwa penambahan terminal 4 memerlukan biaya yang sangat tinggi, mencapai Rp14 triliun. Ia pun melakukan kajian mendalam terkait rencana tersebut dan menemukan alternatif yang lebih hemat biaya.
"Setelah kita melakukan review di kepemimpinan kami, ternyata terminal 4 tidak diperlukan, tetapi hanya memerlukan perbaikan pada terminal 1, 2 dan 3 dengan kebutuhan dana hanya sebesar Rp1 triliun, sehingga kita bisa melihat lonjakan kapasitas bandara yang angkanya hampir mencapai 80-100 juta penumpang, itu efisiensi yang luar biasa," kata Erick di Jakarta, Senin.
Keputusan ini menjadi salah satu kisah sukses di Kementerian BUMN. Erick menegaskan bahwa BUMN harus beroperasi dengan cara yang efektif dan efisien, serta bijaksana dalam pengelolaan anggaran, baik dari kas perusahaan maupun dari negara.
Dia menambahkan bahwa langkah ini merupakan komitmen untuk mendukung pembangunan berkelanjutan melalui Proyek Strategis Nasional (PSN) yang berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi.
Dengan pendekatan ini, diharapkan BUMN dapat berperan aktif dalam mendorong perkembangan infrastruktur yang lebih baik dan memberikan manfaat langsung kepada masyarakat.
Perbaikan fasilitas di bandara perlu segera dilakukan
Peningkatan fasilitas di bandara merupakan langkah nyata untuk mendukung kemajuan sektor pariwisata di Indonesia. Selain melakukan perbaikan di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Erick juga berencana untuk merenovasi Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai di Bali, yang menjadi salah satu akses utama bagi wisatawan asing.
"Untuk bandara Bali kita juga melakukan efisiensi, yaitu dengan melakukan renovasi, sehingga harapannya kapasitas penumpang bisa tumbuh dari 24 juta menjadi 32 juta tanpa membangun bandara baru," ucap Erick.
Meski demikian, ia membuka peluang jika ada rencana untuk membangun bandara baru di Pulau Dewata. Menurut Erick, ini merupakan salah satu langkah untuk memenuhi target jumlah wisatawan ke Bali yang diperkirakan akan mencapai antara 50 juta hingga 100 juta di masa depan.
"Di rapat bersama Menteri Koordinator Bidang Perekonomian dan Menteri Pariwisata, pariwisata akan ditargetkan hampir mencapai 20-29 juta untuk lima tahun ke depan. Artinya, dukungan ekosistem tidak lain ada di kita, yakni BUMN, melalui bandara, penerbangan, dan lain-lainnya," ujar Erick Thohir.