Ayah Korban Tragedi Kanjuruhan Terisak Ceritakan Kondisi Putrinya: Hidup Saya Hancur
Merdeka.com - Devi Athok, ayah dari Natasya dan Naila, dua korban meninggal dunia akibat peristiwa tragedi Kanjuruhan, terisak-isak saat menceritakan kondisi dua buah hatinya itu. Dia mengaku, dunia tak lagi sama, lantaran dua putri dan mantan istrinya meninggal bersamaan dalam kondisi mengenaskan saat tragedi Kanjuruhan.
Devi bercerita, saat itu kedua putrinya tersebut diajak menonton pertandingan sepak bola oleh mantan istri beserta ayah tirinya di Stadion Kanjuruhan.
"Saya lagi kerja waktu itu, saya mau jemput anak saya, Natasya dan Naila beserta mantan istri saya Geby. Waktu itu update terakhir mereka berada di tribun 13 stadion Kanjuruhan. Nonton bersama ayah tirinya," kata Devi saat menjadi saksi di Pengadilan Negeri Surabaya, Selasa (24/1).
-
Kenapa suporter meninggal di Stadion Kanjuruhan? Banyaknya korban jiwa disebabkan penggunaan gas air mata oleh polisi dan diperparah pintu stadion terkunci sehingga terjadi penumpukan massa di satu lokasi.
-
Bagaimana korban meninggal? 'Dalam proses dari Lampung ke Jakarta ini (korban) pendarahan hebat. Pelaku juga mengetahui bahwa si korban sedang pendarahan. Pelaku ini mengetahui bahwa korban sedang pendarahan hebat, namun dibiarkan saja, sehingga korban kehabisan darah dan meregang nyawa,' kata dia.
-
Siapa yang menjadi korban tewas? Korban meninggal dunia:1. Catur Pancoro (47) warga Tulangan, Sidoarjo.2. Hadi umar F (21), warga Mojo Lebak Mojokerto.3. Aditya Sapulete (38), warga Cungkup Pucuk, Lamongan.
-
Siapa yang kehilangan keluarganya dalam kecelakaan maut? Baru-baru ini, media sosial dikejutkan dengan kabar tragis dari seorang remaja berusia 19 tahun, Abdur Rahman Amir Ruddin, yang harus kehilangan kedua orang tua dan keempat saudaranya akibat kecelakaan maut di Segamat, Malaysia.
-
Siapa yang meninggal? Ketua Umum PP Perbasi, Danny Kosasih, telah meninggal dunia.
Di saat itu, Devi mengaku tiba-tiba mendapatkan kabar dari temannya kalau anaknya meninggal dunia. Dia mendapat kabar pertama jika sang anak Natasya meninggal di Tribun berdiri di area gate 13. Sedangkan anaknya yang kedua, Naila, dikabarkan tergeletak di VIP.
"Dapat kabar teman kalau anak saya meninggal. Waktu itu diberitahu 'anak sampean mas, si Tasya meninggal di tribun berdiri di area gate 13 itu," kata Devi menirukan perkataan temannya.
Dia menyebut, jika saat itu banyak suporter yang minta bantuan polisi namun tak digubris. Sehingga, dengan terpaksa sang anak diangkat sendiri dan dinaikkan ke dalam truk menuju rumah sakit.
"Saat itu saya ditelepon dan langsung berangkat (ke rumah sakit). Di jalanan banyak korban kayak kambing dibonceng," kata dia.
Kondisi Dua Korban
Ditanya jaksa soal kondisi anaknya, Devi bercerita jika dia menyaksikan wajah kedua anaknya sudah gosong dengan mulut mengeluarkan busa. Demikian juga wajah sang mantan istri yang disebutnya juga menghitam.
"Saya menyaksikan si Tasya itu gosong mukanya item (hitam) keluar busa. Waktu itu cuma Tasya si kakak. Enggak tahu si Naila. (Ternyata) wajahnya sudah berubah tidak mengenali. Terus anak-anak (suporter lain) bilang saya disuruh telepon anak saya nomor 1. Ditelepon enggak bisa. (Ternyata) Anak saya kondisinya sama. Lala (Naila) keluar busa sampai saya sedot bau amonia di baju," tandas dia.
Untuk kondisi sang mantan istri, disebutnya juga berwajah gosong, sama seperti kedua anaknya, sang mantan istri juga mengeluarkan busa dari mulutnya.
"Wajahnya enggak bisa dikenali hanya keluarga (yang bisa mengenali) dari bajunya saja. Bengkak kondisinya," tegas Devi.
Jaksa pun kembali bertanya, apakah terdapat luka memar pada sang anak.
Devi menjawab, pada saat memandikan kedua jenazah sang anak, dia memastikan tidak terdapat luka lebam pada tubuh kedua anaknya.
"Saya waktu itu memandikan bersama ibu saya dan kakak saya. Saya memandikan ujung rambut sampe kuku enggak ada lebam sedikitpun. Di leher kepala tidak ada sama sekali. Cuma di kepala sebelah kiri katanya kena proyektil gas air mata keluar busa terus dari mulut bau amonia dan hidung (tasya)," kata Devi.
"Naila saya mandikan juga tidak ada luka lebam. Bersih. Cuma dada hitam dan keluar busa dari hidung, mulut sama bau amoniak menyengat," tambahnya.
Dapat Ancaman
Devi Athok, ayah dari korban tragedi Kanjuruhan, Natasya dan Naila mengaku pernah mendapatkan ancaman dari seseorang yang dikenalnya sebagai anggota Polres Malang. Ancaman itu diakuinya berkaitan dengan proses autopsi kedua anaknya yang menjadi korban dalam tragedi Kanjuruhan.
"Saya waktu itu sama pak Taufik dari Polda Jatim (bilang) katanya boleh menyaksikan (proses autopsi). Tapi ternyata tidak boleh," ungkap dia.
Dia menambahkan, saat mengusulkan agar jenazah kedua anaknya diautopsi, pada hari berikutnya dia mendapatkan ancaman dari seorang anggota Reskrim Polres Malang bernama Khoirul saat itu. Ancamannya, disebutkan jika dia tengah dicari polisi dari Polsek Kepanjen.
"Waktu itu pertama tanggal 10 oktober saya bilang pernyataan autopsi PH (Penasihat Hukum) saya. Itu tanggal 11-nya diancam dicari Polsek Kepanjen. Sampai sore harinya 'kamu kok berani mengajukan autopsi harusnya kan polisi yang minta bukan korban. Itu ke balik. (Yang mengatakan) Khoirul (anggota) Reskrim unit 3 Polres Malang," ujar dia.
Atas tragedi ini, Devi mengaku terpukul berat. Dia mengaku kehidupannya telah hancur karena ditinggal mati kedua anaknya. Dia juga mengaku telah ditemui Presiden Jokowi dan diberikan santunan.
"Ada dua amplop yang saya terima. Tapi sampai saat ini tidak pernah saya buka. Karena memang saya tidak butuh. Saya bilang ke pak Jokowi, saya minta keadilan, hukum oknum yang telah membunuh anak saya. Hidup saya sudah hancur," ungkap Devi sembari terisak.
(mdk/gil)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Penemuan jasad ayah dan anak yang telah membusuk di rumahnya, Jalan Balai Rakyat V, Kelurahan Tugu Selatan, Koja, Jakarta Utara membuat geger warga.
Baca SelengkapnyaIbu korban menangis tiada henti saat mengantarkan empat peti jenazah anaknya ke TPU Perigi, Sawangan, Depok.
Baca SelengkapnyaD mengalami KDRT oleh Panca hingga pada akhir pekan lalu hingga akhirnya dirawat di RSUD.
Baca SelengkapnyaSelama mengontrak itu diketahui Panca sama sekali tidak memberikan indentitas berupa KTP atau KK kepada ketua RT setempat.
Baca SelengkapnyaKetum PSSI Erick Thohir menanggapi aspirasi keluarga korban tragedi Kanjuruhan yang menuntut keadilan.
Baca SelengkapnyaPolisi resmi menghentikan perkara ini usai merampung investigasi.
Baca SelengkapnyaHasil autopsi menunjukkan bahwa kakak beradik MB (14) dan BN (7) mengalami luka yang mengerikan.
Baca SelengkapnyaSeorang ayah ingin mengakhiri hidupnya, setelah mengetahui empat anak yang dikunci di dalam kamar mandi tewas.
Baca SelengkapnyaErick menegaskan, bahwa PSSI berkomitmen untuk mendorong pemberian hukuman maksimal.
Baca SelengkapnyaKorban dianiaya dengan cara dicekik pelaku hingga meninggal dunia dan jasadnya langsung dibuang ke sawah yang ada di sekitar rumah tinggal pelaku dan korban.
Baca SelengkapnyaKisah pilu pria ditinggal anak dan istri meninggal dunia.
Baca SelengkapnyaDiduga orangtuanya melakukan penganiayaan hingga tewas terhadap anaknya inisial AF (3)
Baca Selengkapnya