Berbaju SD, Gerakan Rakyat untuk Demokrasi dan Keadilan Demo di Depan Kantor KPU DIY
Sistem perhitungan KPU melalui Sirekap oleh publik diplesetkan menjadi Simarkup.
Sistem perhitungan KPU melalui Sirekap oleh publik diplesetkan menjadi Simarkup.
Berbaju SD, Gerakan Rakyat untuk Demokrasi dan Keadilan Demo di Depan Kantor KPU DIY
Ratusan orang yang tergabung dalam Gerakan Rakyat untuk Demokrasi dan Keadilan (Garda) melakukan aksi demonstrasi di Kantor KPU DIY, Selasa (20/2). Dalam aksinya ini, belasan massa yang memakai seragam siswa SD ini menggelar aksi teatrikal belajar matematika di halaman Kantor KPU DIY.
Aksi teatrikal ini dilakukan untuk mengkritik KPU terkait proses rekapitulasi perhitungan suara yang diduga mengalami penggelembungan suara disejumlah daerah.
Dalam aksinya ini Garda melakukan kegiatan belajar mengajar di halaman KPU DIY. Kegiatan belajar mengajar ini dinamai sebagai SD Koplak dimana salah satu kegiatannya adalah melayani Program Kejar Paket Kekuasaan.
Dalam Program Kejar Paket Kekuasaan ini ada lima pelajaran yaitu belajar cepat mengubah konstitusi, belajar kiat meraup suara, belajar cuek meskipun melanggar etika, belajar memperalat aparat untuk kepentingan dinasti politik dan belajar melanggar kekuasaan.
Aksi teatrikal ini juga menampilkan interaksi guru dan murid dalam pembelajaran matematika. Sang guru menyiapkan soal penjumlahan matematika dan dijawab oleh murid dengan jawaban yang angkanya ngawur.
Koordinator Garda Agus Becak menyebut aksi teatrikal yang dilakukan di KPU DIY dalam kemasan belajar matematika ini merupakan kritik atas dugaan penggelembungan suara dalam perhitungan rekapitulasi suara di KPU.
"Salah satu yang kami kritik adalah kisruh penggelembungan perhitungan suara. Sistem perhitungan KPU tiba-tiba secara ajaib melonjakkan suara paslon tertentu. Banyak ditemukan perolehan suaranya melampaui jumlah pemilih di TPS," kata Agus Becak.
Agus Becak menilai sistem perhitungan KPU melalui Sirekap oleh publik diplesetkan menjadi Simarkup. Hal ini dikarena ada ketidaksinkronan antara jumlah suara dengan jumlah pemilih di TPS.
"Kami ingatkan tentang pelajaran matematika yang baik dan benar. Ini sebagai bentuk kritik pada praktek penggelembungan suara dalam sistem rekapitulasi suara KPU," terangnya.
"Komisioner KPU kami undang untuk mengikuti pelajaran matematika. Harapannya KPU semakin cerdas dalam penguasaan ilmu matematika sehingga dapat melakukan perhitungan rekapitulasi dengan benar," tutup Agus Becak.