Cerita pembangunan Kanal Banjir Barat di zaman Belanda
Merdeka.com - Jebolnya tanggul Kanal Banjir Barat (KBB) saat hujan lebat beberapa waktu lalu, membuat aktivitas ibu kota mati. Air bah yang datang dari titik jebol tanggul, menyerang tanpa ampun pusat administrasi Jakarta.
Warga Jakarta memang sudah lama menghadapi persoalan banjir. Sejak pemerintahan Hindia Belanda, banjir merupakan salah satu ancaman terbesar, yang 'wajib' dihadapi warga Batavia (Jakarta) kala itu. Maka tak heran kalau pemerintah Hindia Belanda sekitar tahun 1800-an, merancang konsep besar penanganan banjir.
Pada waktu itu, gubernur Hindia Belanda membuat suatu badan khusus menangani banjir, yaitu Burgelijke Openbare Werken (BOW). Badan ini merupakan cikal bakal terbentuknya Kementerian Pekerjaan Umum.
-
Apa penyebab utama banjir? Banjir terjadi karena berbagai penyebab utama, termasuk hujan lebat, pencairan salju, badai, dan kenaikan permukaan air laut.
-
Kapan banjir terjadi di Jakarta pada masa VOC? Pada masa VOC sendiri telah dilakukan berbagai cara untuk menanggulangi banjir di Batavia (kini Jakarta). Gubernur Jenderal silih berganti mencoba berbagai upaya. Salah satunya adalah Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen yang menjabat pada 1619-1623 dan 1627-1629. Jan Pieterszoon membangun sejumlah kanal untuk mengendalikan air dari sungai-sungai yang membelah Jakarta, salah satunya adalah Sungai Ciliwung.
-
Apa dampak dari banjir? Banjir tidak hanya menghancurkan rumah dan infrastruktur, tetapi juga mengakibatkan kerugian ekonomi yang signifikan.
-
Kenapa Jakarta banjir? 'Penyebab curah hujan tinggi dan luapan Kali Ciliwung,' ujar dia.
-
Di mana saja Jakarta banjir? Data itu dihimpun hingga Jumat 15 Maret 2024 pada pukul 04:00 WIB. 'Kenaikan status Bendung Katulampa dan Pos Pantau Depok menjadi Siaga 3 (Waspada) dari sore hingga malam hari serta menyebabkan genangan di wilayah DKI Jakarta,' kata Kepala Pelaksana BPBD DKI Jakarta, Isnawa Adji dalam keterangan tertulis, Jumat (15/3).Adapun data wilayah terdampak diantaranya Jakarta Selatan.
-
Dimana banjir terjadi? Sejumlah kereta api jarak jauh dari Jakarta tujuan Surabaya mengalami keterlambatan hingga dua sampai tiga jam dari jadwal yang seharusnya, akibat banjir di wilayah Daerah Operasi (Daop) 4 Semarang.
Namun, belakangan diketahui BOW tidak bekerja efektif mengatasi banjir. Ketika air bah menerjang mayoritas wilayah Batavia tahun 1873, badan khusus ini dipelesetkan maknanya oleh masyarakat menjadi Batavia Onder Water.
Persoalan banjir tidak terpecahkan dengan terbentuknya BOW. Setelah banjir merendam Batavia pada 1918 dan menelan banyak korban jiwa, pemerintah Hindia Belanda mulai merancang upaya pengendalian banjir.
Buku tulisan Robert Adhi Kusumaputra, 2010, Banjir Kanal Timur Karya Anak Bangsa, Grasindo, diterangkan, Pemerintah Hindia Belanda mulai merencanakan upaya pengendalian banjir. Kemudian pemerintah kolonial mempercayakan perencanaan itu kepada Profesor Herman van Breen. Herman kemudian diangkat sebagai ketua Tim Penyusun Rencana Pencegahan Banjir.
"Pada saat itu luas kota Batavia masih seluas 2.500 hektar," kata Adhi dalam buku.
Usai dipercaya sebagai ketua tim, Herman segera membuat konsep penanggulangan Batavia pada 1920. Ide dia adalah bagaimana mengendalikan air, mulai dari hulu sungai hingga masuk ke Batavia.
Kemudian dia mulai mengerjakan untuk mengatur volume air, mulai dari saluran kolektor di pinggiran selatan Batavia, kemudian menggiring air ke laut melalui tepi barat kota.
Saluran tersebut yang dikenal Kanal Banjir Barat, kemudian memotong kota mulai dari Pintu Air Manggarai hingga berujung ke Muara Angke.
Pada pelaksanaannya, pengerjaan proyek KBB dilakukan bertahap. Mulai dari pintu air Manggarai ke arah barat, memtong Kali CIdeng, Kali Krukut, Kali Grogol, Hingga Muara Angke.
KBB juga dilengkapi dengan penempatan dua pintu air. Pintu air Manggarai yang berfungsi sebagai pengatur debit air dari Kali Ciliwung Lama, dan pintu air Karet yang berfungsi membersihkan Kali Krukut Lama dan Kali Cideng Bawah, hingga Muara Baru.
Kerja keras Herman tidak sia-sia. Hujan yang mengguyur Batavia kala itu, tidak lagi membawa sengsara warga. Untuk sesaat, warga Batavia tidak perlu resah banjir saat musim hujan tiba.
Akibat beralih fungsinya hutan karet menjadi perkebunan teh di daerah Puncak Jawa Barat, membuat debit air di KBB meluap. Kanal sepanjang 17,3 kilometer itu terasa menjerit menerima kiriman air dari atas.
Untuk mengimbangi debit air yang selalu meningkat tiap hujan datang, akhirnya KBB diperlebar. Proyek utama terbagi dua, yaitu usaha meningkatkan kapasitas daya tampung kanal dan memperkuat tebing kanal.
Pekerjaan itu dilakukan sepanjang 14,7 kilometer dari ruas pintu air Maggarai hingga Pantai Indah Kapuk, dengan menambah kapasitas debit air dari 330 meter kubik per detik, hingga 507 meter kubik per detik.
Perbaruan kapasitas debit air juga dilakukan di hilir pintu Karet dari 557 meter kubik per detik, menjadi 734 meter kubik per detik. Sedangkan di Muara Angke, mengalami penambahan dari 842 meter kubik per detik, menjadi 1.019 meter kubik per detik. (mdk/war)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Bendungan ini dulu jadi lokasi prewedding favorit para penjajah Belanda.
Baca SelengkapnyaLembah Anai dulunya pernah mengalami bencana alam banjir yang cukup parah di era Kolonial Belanda.
Baca SelengkapnyaBanjir menjadi bencana alam yang sering terjadi di kota metropolitan Jakarta. Ternyata, banjir Jakarta telah terjadi sejak lama.
Baca SelengkapnyaMemahami fakta-fakta penting tentang banjir adalah langkah awal yang penting dalam upaya pencegahan dan mitigasi.
Baca SelengkapnyaTanggul peninggalan Belanda ini jebol mengejutkan warga karena berlangsung pukul 04:00 WIB dini hari.
Baca SelengkapnyaBangunan bendungan masih tampak kokoh walau beberapa bagiannya sudah tampak tergerus arus air
Baca SelengkapnyaSejak dulu, Kanal Mookervaart memiliki peran untuk mengendalikan banjir akibat luapan Sungai Cisadane.
Baca SelengkapnyaBanjir adalah salah satu bencana alam yang paling umum dan merusak di seluruh dunia.
Baca SelengkapnyaKondisi airnya berwarna kebiruan. Mata air ini dikelilingi tembok beton yang terhubung ke irigasi buatan Belanda, berpuluh-puluh tahun silam.
Baca SelengkapnyaPembangunannya memakan biaya hingga triliunan rupiah pada saat itu.
Baca SelengkapnyaBanjir merupakan bencana alam yang dapat menimbulkan dampak negatif yang luas dan serius bagi lingkungan, masyarakat, dan perekonomian.
Baca SelengkapnyaAwalnya jadi sumber pengairan sawah, lalu berubah jadi lokasi mencari pasir.
Baca Selengkapnya