Curhat Korban Tsunami Selat Sunda yang Mengaku Belum Tersentuh Bantuan Pemda
Merdeka.com - Ahmad Jaelani, warga kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang Banten, mempertanyakan aliran bantuan korban tsunami yang masuk ke pemerintah daerah. Ia mempertanyakan karena dirinya yang merupakan korban tsunami tidak pernah tersentuh bantuan oleh pemerintah daerah.
Jaelani mengungkapkan rumahnya rusak dihantam gelombang tsunami dan dirinya sempat tinggal di hunian sementara (huntara) yang di bangun oleh pihak BUMN, bukan dari pemerintah daerah.
"Huntara yang bangun BMUN, CSDR bank mandiri, bukan pemerintah daerah," ujarnya
-
Kenapa keluarga Kanaan harus meninggalkan rumah mereka? Dilansir dari laman Haaretz, pada 1948, tentara penjajah Israel mulai menyerang daerah Musrara, al-Qatamon. Serangan tersebut membuat pemukim yang tinggal di tempat itu terpaksa mengungsi termasuk keluarga Kanaan.
-
Bagaimana angin kencang merusak rumah warga? 'Kebanyakan itu genteng mbak, jadi ada yang asbes. Kalau genteng sampai kabur kena putting beliung itu. Kalau korban Alhamdulillah tidak ada,' kata Heru Cahyono, Kepala Desa Watuagung, mengutip YouTube Liputan6 pada Jumat (12/1).
-
Kenapa rumah Anjasmara di sawah terbengkalai? Sayangnya, rumah tersebut sudah lama terbengkalai dan diketahui sudah tidak terawat lagi.
-
Siapa yang tinggal di rumah tak layak huni? Sudah 15 tahun terakhir, ia tinggal di bangunan tak layak itu bersama suami dan seorang anaknya.
-
Dimana rumah itu ambruk? Viral di media sosial video yang memperlihatkan detik-detik rumah ambruk di Tuban, Jawa Timur.
-
Mengapa rumah ini terbengkalai? Setelah lebih dari satu abad berdiri,tampak rumah ini sekarang menjadi terbengkalai,' demikian dikutip dari keterangan video.
Karena kondisi yang sangat tidak nyaman untuk tinggal, kini Jaelani bersama keluarga membangun rumah seadanya di lokasi yang agak menjauh dari bibir pantai.
"Huntara dapat, tapi kita ingin yang lebih nyaman. Karena huntara atapnya dari seng, panas sekali. Kami ingin yang lebih nyaman, jadi ngebangun gubuk dari bilik bambu, lebih nyaman," ujarnya.
Jaelani mengeluhkan tidak adanya bantuan dari pemerintah daerah, karena yang ia ketahui banyak bantuan yang nilainya hingga miliaran rupiah masuk ke pemerintah daerah. Ia mengungkapkan, pascatsunami selat sunda terjadi setahun lalu, ia menerima bantuan hanya dari relawan saja.
"Dari pemerintah enggak ada di Kecamatan Sumur kalau dari pemerintah enggak ada yah (huntara). Jangankan berupa bantuan bentuk fisik, beras enggak ada juga. Bantuan banyak bukan dari pemerintah tapi dari relawan," katanya.
Jaelani berharap, ada bantuan hunian tetap bagi korban tsunami di Kecamatan Sumur dan juga bantuan pinjaman untuk mereka membuka usaha kembali.
"Harapannya yang paling pokok hunian rumah. Terus sejenis pinjaman untuk usaha lagi. Yang mau buka warung buka warung, yang nelayan bisa beli prahu," ujarnya.
Terkait hunian tetap yang pernah dijanjikan bagi korban tsunami selat sunda, Jaelani mengatakan semuanya hanya baru rencana dan tidak ada realisasinya.
"Saya dengar-dengar baru rencana mau ada huntap, tapi ga tau kapan," katanya.
Kini Jaelani mendirikan sebuah gubuk sederhana untuk ia tinggal di desa Kertamuti, Kecamatan Sumur, yang jaraknya dari bibir pantai kurang lebih 300 meter. Sedangkan rumah sebelumnya yang berada di Pasar Sumur, rata dengan tanah akibat terjangan gelombang tsunami.
(mdk/ded)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pembangunan saluran pembuangan banjir belum cukup menyelamatkan penduduk pesisir dari dampak perubahan iklim.
Baca SelengkapnyaSebetulnya ada wacana warganya akan di relokasi ke sebuah rusun yang nantinya bakal disiapkan oleh Pemprov.
Baca SelengkapnyaDaratan hingga rumah penduduk terancam hilang akibat abrasi yang terus terjadi
Baca SelengkapnyaAir laut yang terus meninggi diduga merupakan dampak dari pembangunan.
Baca SelengkapnyaGempa susulan masih terus terjadi di perairan Tuban Utara atau dekat Kepulauan Bawean
Baca SelengkapnyaJalan setapak, bangunan sekolah sampai lapangan bola kini berubah menjadi lautan.
Baca SelengkapnyaKakek Sanusi kini hanya mengandalkan pemberian tetangga untuk sekedar makan dan bertahan hidup.
Baca SelengkapnyaSudah 15 tahun terakhir, ia tinggal di bangunan tak layak itu bersama suami dan seorang anaknya.
Baca SelengkapnyaDitumbuhi semak belukar, warga mengaku hampir tiap malam membunuh ular.
Baca SelengkapnyaKondisi rumah Idris rapuh. Atapnya terbuat dari daun rumbia yang hampir hancur, dinding anyaman bambunya juga berlubang dan penuh rongga. Ia butuh bantuan.
Baca SelengkapnyaKhadijah baru saja melahirkan ketika gempa mengguncang Maroko pada Jumat.
Baca SelengkapnyaTidak ada lagi jalan setapak menuju desa. Semua tenggelam dalam rob.
Baca Selengkapnya