Dokter Gadungan Susanto Belajar Ilmu Kesehatan dari Youtube, Kalau Kepepet Cek Google
Kadangkala, ia juga akan bertanya pada perawat atau pun teman-temannya yang pernah berkecimpung dalam dunia kesehatan.
Modal ilmu dari Youtube ini rupanya sudah mendorong kepercayaan diri dokter gadungan Susanto untuk berpraktek
Dokter Gadungan Susanto Belajar Ilmu Kesehatan dari Youtube, Kalau Kepepet Cek Google
Keberanian Susanto menyaru sebagai seorang dokter meski hanya lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA), ternyata bermodalkan ilmu kesehatan secara otodidak. Pria asal Grobogan, Jawa Tengah itu diketahui hanya bermodalkan 'guru' dari youtube untuk mengetahui cara menjadi dokter.
Modal ilmu dari Youtube ini rupanya sudah mendorong kepercayaan diri dokter gadungan Susanto untuk berpraktek. Namun, apa yang dipelajarinya dari Youtube itu hanyalah ilmu-ilmu dasar kesehatan, seperti bagaimana cara mengecek tekanan darah.
Cara dokter gadungan Susanto menggali ilmu ini diungkapkan oleh Kepala Seksi Intelejen (Kasintel) Kejaksaan Negeri Tanjung Perak Jemmy Sandra.
Ia menyatakan, saat pelimpahan berkas dan tersangka atau lazim disebut tahap 2, dirinya sempat bertemu dengan Susanto.
Dari pertemuan itu, Jemmy mengaku sempat berbincang dengan 'dokter' Susanto. Dari perbincangan itu lah, ia mengetahui jika Susanto memang sudah terbiasa dengan ilmu dasar kesehatan.
"Dia bisa cek tensi dan lain-lain yang hal-hal dasar secara otodidak," tegasnya, Kamis (14/9).
merdeka.com
Lantaran yang diketahuinya hanya ilmu dasar kesehatan, maka ia pun mengincar posisi dokter first aid atau dokter yang hanya melakukan pemeriksaan ringan. Pemeriksaan ringan yang dimaksud hanya sebatas pemeriksaan tertentu seperti pemeriksaan tekanan darah, yang tidak memerlukan resep maupun obat.
"Dia bisa cek tensi dan lain-lain yang hal-hal dasar secara otodidak. Tugasnya hanya mengecek kesehatan karyawan, sehingga tidak pernah mengeluarkan resep dan mengobati. Makanya dia cuma mengincar dokter first aid," tambahnya.
merdeka.com
Kemudian, jika kepepet maka google dan Youtube menjadi jawabannya. Kadangkala, ia juga akan bertanya pada perawat atau pun teman-temannya yang pernah berkecimpung dalam dunia kesehatan.
"Menurut pengakuan dia, tidak pernah belajar ilmu kedokteran secara khusus di kampus, tapi belajar secara otodidak melalui Youtube, lalu punya teman-teman di lingkungannya ada dokter dan perawat, dia juga belajar dari situ. Kalau kepepet dia tanya karyawannya atau aplikasi kesehatan," katanya.
Diketahui, meski hanya lulusan pendidikan sekolah menengah atas (SMA), Susanto ternyata cukup percaya diri menjadi seorang dokter. Bahkan karena kelihaiannya menyaru, ia sempat dipercaya menjadi seorang dokter di PT Pelindo Husada Citra (PT PHC) yang memiliki RS dan klinik PHC.
Bukan tanpa modal, modus Suyanto mengelabuhi rumah sakit ternyata bermodalkan identitas palsu seorang dokter asli. Identitas dokter tersebut, ternyata berasal seorang dokter asal Bandung bernama dokter Anggi Yurikno. Lantas, dia bisa mendapatkan identitas dokter Anggi dari media sosial (medsos).
Perkara ini sendiri berawal saat PT PHC Surabaya membuka lowongan pekerjaan untuk mengisi posisi tenaga layanan klinik sebagai Dokter First Aid pada 30 April 2020 silam. Susanto kemudian melamar dengan berkas dan identitas palsu.
Berkas dr Anggi yang dicuri antara lain Surat Izin Praktik (SIP) Dokter, Ijazah Kedokteran, Kartu Tanda Penduduk dan Sertifikat Hiperkes. Susanto mengubah foto pada dokumen-dokumen itu tanpa mengganti isinya. Proses perekrutan hingga interview dilakukan secara daring karena saat itu masih dalam masa Pandemi Covid-19.
Upaya penipuan Susanto pun berhasil. Dia kemudian dihubungi oleh PT PHC untuk menjalani sesi wawancara daring pada 13 Mei 2020 bersama calon karyawan lainnya. Hingga akhirnya, Susanto diterima bekerja sebagai dokter. Dia diterima sebagai dokter Hiperkes Fulltimer di PHC Clinic dan ditugaskan di Klinik K3 PT Pertamina EP IV Cepu sejak 15 Juni 2020 hingga 31 Desember 2022.
Susanto mengklaim mendapatkan upah hingga Rp7,5 juta per bulan, termasuk tunjangan lain dari PT PHC Surabaya. Aksi ini membuat PT PHC Surabaya rugi hingga Rp262 juta. Tindakan penipuan Susanto ini berlangsung hampir sepertiga dari masa kontraknya, yaitu selama dua tahun.
merdeka.com